Selasa, 16 April 2024


Anggur Bali, Pesona Buah Subtropis di Nusantara

23 Okt 2018, 18:19 WIBEditor : GESHA

Kebun Anggur di Bali sangat subur dan berpeluang untuk dikembangkan, agar mampu meningkatkan taraf hidup petani disana | Sumber Foto:HUMAS HORTIKULTURA

TABLOIDSINARTANI.COM, Buleleng --- Tak banyak yang tahu jika Tanah Dewata, Bali cocok untuk ditanami buah subtropis seperti Anggur. Potensi ini bisa menjadi pesona hortikultura yang menarik di Nusantara.

"Usaha tani anggur sudah cukup lama berkembang di Kabupaten Buleleng, anggur telah ditanam sejak tahun 1934 di Desa Pengastulan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng", jelas Kabid Hortikultura Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi.

Tanaman anggur muncul di Bali berasal dari Eropa sejak jaman penjajahan dahulu. Jenis anggur yang ditanam saat itu adalah Gross Colman, Isabella, Frakenthaler dan Alphonzo Lavalle.

Dari budidaya jenis anggur yang ditanam tersebut, ternyata jenis Alphonso Lavalle yang beradaptasi sangat baik di daerah tropis seperti di Kecamatan Seririt dan memberikan penghasilan yang cukup tinggi. 

Kemudian sejak tahun 1984 terjadi pengembangan anggur yang demikian luas sampai ke kecamatan lainnya seperti Kecamatan Banjar dan Gerokgak, bahkan sudah mulai merambah secara acak di Kecamatan Sawan dan Kubutambahan.

Sampai saat ini sentra produksi anggur yang dikenal dan ditetapkan menjadi kawasan anggur di Buleleng berada pada 3 (tiga) kecamatan yakni Seririt, Banjar dan Gerokgak. 

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka anggur Buleleng diusulkan untuk mendapat pengakuan varietas. Melalui SK Menteri RI No : 857/kpts/TP.240/12/1985 tertanggal 28 Desember 2005, anggur yang berkembang di Buleleng dilepas menjadi anggur Varietas Bali dan dipasaran dikenal dengan sebutan Anggur Bali.

 

Dorong Industri Olahan

Beberapa varietas anggur lain juga sudah mampu beradaptasi dan cocok dengan iklim di Indonesia di antaranya Probolinggo Super, Probolinggo 81, Kediri Kuning, Bali, Red Prince/Prabu Bestari. Varietas-varietas tersebut sudah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia. 

Hingga sekarang, sentra produksi anggur Indonesia terdapat di Kota Probolinggo (Jawa Timur), Kabupaten Buleleng (Bali) dan Kota Palu (Sulawesi Tengah).

Dari ke tiga daerah sentra tersebut yang paling besar adalah Kabupaten Buleleng. Berdasarkan data BPS menunjukkan bahwa produksi anggur nasional pada tahun 2016 sebesar 9.505 ton dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 11.735 ton atau naek sebesar 23,46 persen.

Menurut Kasie Buah Kabupaten Buleleng Putu Santika, anggur Bali dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar maupun olahan seperti minuman (wine).

"Pemanfaatan anggur untuk konsumsi sebanyak 40?n industri wine sebanyak 60%. Harga anggur segar di pasar berkisar Rp 5.000 – Rp 15.000,- per kg dan perusahaan wine membeli Rp 8.000,- per kg", ujar Putu Santika.

Wine yang diproduksi memiliki kadar alkohol maksimal 10?n diperuntukkan bagi wisatawan asing di beberapa hotel berbintang di Bali. 

Produk olahan lainnya seperti sari buah, dodol anggur dan lainnya belum banyak digarap karena sebatas industri rumah tangga. 

Karenanya, para petani di daerah sentra mengharapkan daya serapnya ditingkatkan sehingga mampu mengatasi masalah kelebihan produksi sekaligus meningkatkan pendapatan. 

Melihat potensi anggur di Kabupaten Buleleng tersebut Direktur Buah dan Florikultura Sarwo Edhy, mengharapkan lebih banyak lagi peran swasta khususnya untuk membangun industri pengolahan kawasan sentra anggur Kabupaten Buleleng.

Karena anggur memiliki nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga taraf hidup petani meningkat. Tidaklah terlalu berlebihan kalau ke depannya Anggur Bali akan menjadi Primadona Anggur Nusantara.

"Kami berharap lebih banyak lagi peran swasta untuk membangun industri pengolahan kawasan sentra anggur. Tidaklah terlalu berlebihan kalau ke depannya Anggur Bali akan menjadi Primadona Anggur Nusantara", jelas Sarwo.

Reporter : Kontributor
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018