Selasa, 29 April 2025


Agar P4S tetap Swadaya dan Mandiri

10 Nov 2022, 23:50 WIBEditor : Yulianto

Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S)

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Care Giver bernama Ince, anak petani dari NTT, suatu hari memberi nasihat, katanya, "Pak tanaman cabai muda itu jangan dimanja dengan pupuk dan air, secukupnya saja. Biarkan dia berjuang agar akarnya panjang dan kuat." Nah, saran lugunya ini akan diterapkan pada kasus berikut.

P4S adalah singkatan dari Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya. Ini merupakan rekayasa kelembagaan genuin khas Indonesia. P4S didasari oleh kearifan lokal, ciri mulia masyarakat yang ikhlas dan sukarela berbagi ilmu dan pengalaman dalam kehidupan gotong royong di pedesaan yang terkenal.  "Dari Petani dan Untuk Petani"  menjadi moto yang pas karena kondisi tersebut muncul dari masyarakat petani. Kemudian diwadahi kelembagaan formal bernama P4S.

Prinsip P4S adalah keswadayaan, keterpaduan, kemitraan, kemanfaatan dan keberlanjutan. P4S didambakan menjadi lembaga swadaya yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) petani, berdampingan dengan program penyuluhan yang diselenggarakan atas upaya pemerintah.

Dinamika sosial memang terjadi dengan adanya perubahan di perdesaan yang menjadi lebih komersial dibandingkan pada masa lalu. Sampai tingkat tertentu gotongroyong mulai tergerus oleh prinsip efisiensi dan efektivitas. Kelompok lebih kaya mengupahkan wajib kerja gotongroyongnya kepada yang lain agar tidak mengorbankan produktivitas kerjanya yang lebih tinggi. Panen padi yang sebelumnya terbuka untuk umum kemudian dibatasi dengan munculnya sistem ceblokan (yang ikut panen hanya yang telah ikut tandur dengan upah lebih rendah), dan bahkan berubah lagi menjadi tebasan yang lebih praktis.

Hal yang sama pada P4S. Berbagi pengalaman dan pelatihan yang semula gratis dan sukarela, secara bertahap menjadi lebih formal dengan adanya pelatihan yang berbayar.  Kemajuan? Boleh diperdebatkan, kemajuan atau kemunduran ketika gotongroyong menjadi komersialisasi. Petani mencari informasi dan belajar dari pengalaman petani lain, semula atas dasar sukarela, lalu berubah menjadi kerjasama bisnis. 

Pemerintah menempatkan P4S sebagai mitra. P4S diharapkan menyelenggarakan pendidikan dan latihan, berbagi pengalaman, membina dan meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan petani. Dukungan kepada P4S sejatinya disesuaikan dengan kondisi P4S sendiri yang sekarang dikategorikan sebagai Pratama, Madia, Utama dan Aditama, tergantung tingkat kemampuannya dalam membina petani.

Kalau didaftar, kebutuhan P4S memang sangat banyak, tetapi prioritas harus diberikan dalam upaya memberdayakan lembaga swadaya ini semakin berdaya dan mandiri, tidak tergantung apalagi mengharapkan bantuan terus menerus dari pemerintah. Oleh karena itu prioritas dukungan pemerintah harus selektif lebih mengarah kepada konten, metoda dan menggali kreativitas dan inovasi yang bisa mengarah kepada meningkatnya kualitas SDM pertanian dan perdesaan, serta berkembangnya usaha produktif di perdesaan.

Dengan begitu P4S tidak akan terjebak menjadi "Showroom" atau "Menara Gading". Jadi sangat tepat jika P4S didorong dan didukung dengan berbagai cara agar berperan lebih besar dalam memberikan pelatihan kepada petani dengan tetap swadaya dan mandiri. Itulah makna pepatah si Ince dari NTT.

Reporter : Memed Gunawan
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018