Selasa, 17 September 2024


Tetap Semangat, Saat Kemarau Menyengat

25 Sep 2023, 12:44 WIBEditor : Yulianto

Acara Ngobras di Karawang bersama Kepala BPPSDMP, Prof. Dedi Nursyamsi | Sumber Foto:Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Karawang---Kemarau panjang yang menerjang sentra produksi pangan mulai dirasakan petani. Minimnya ketersediaan air membuat petani harus pinter-pinter menyiasati kondisi cuaca tersebut agar tak gigit jari karena tanamnya kekeringan.

Begitu juga yang dilakukan petani di Karawang. Sebagai salah satu sentra produksi padi, Kabupaten Karawang menjadi penyangga pangan nasional, terutama untuk kebutuhan Kota Meteropolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Karena itu, jika terjadi gagal panen, maka imbasnya pada pasokan beras, khususnya ke ibukota DKI Jakarta.

Penyuluh Pertanian Kabupaten Karawang, Trisna Gunawan mengatakan, secara umum di wilayah Kerawang kapasitas air terbilang cukup banyak. Namun untuk menjangkau wilayah tengah Karawang membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga sulit untuk melakukan pengolahan lahan.

“Ketika air menjangkau tengah air mudah rembes,” katanya saat Ngobras on the spot: Biar El Nino Menyengat, Petani Tetap Semangat yang berlangsung di Desa Jayamakmur, Kecamatan Jayakerta, Karawang, Selasa (12/9).

Uuntuk mengatasinya, Trisna bersama penyuluh pertanian di Karawang mengenalkan teknologi Alternate Wetting and Drying (AWD) kepada petani. AWD sendiri dapat digunakan petani untuk mengukut kapasitas air sehingga penggunaan air bisa dilakukan secara efisien.

Upaya lainnya yang dilakukan Trisna dalam menghadapi fenomena kekeringan adalah mengajak petani membuat Intermittent Irigation atau sistem irigasi berselang. Dengan teknik tersebut, petani menerapkan pola seminggu digenangi air, seminggu kemudian dikeringkan.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Karawang, Edi Suryana mengakui, ada sejumlah area persawahan yang rawan terdampak kekeringan saat musim kemarau. Seperti area persawahan di wilayah utara dan selatan Kabupaten Karawang.

Selain, berkoordinasi dengan Perum Jasa Tirta (PJT) II, Jatiluhur terkait pasokan air irigasi, pihaknya juga meminta petani menyiagakan pompa air. “Baik pompa air dari bantuan pemerintah maupun milik pribadi, itu harus disiapkan untuk mengantisipasi kelangkaan air pada musim kemarau,” kata Edi. Ke depan, pihaknya akan mendorong pembuatan embung di wilayah Karawang selatan dan wilayah Karawang utara.

Untuk mempertahankan Karawang sebagai lumbung padi, DPKP Kabupaten Karawang, Jawa Barat saat ini telah menetapkan sekitar 87 ribu ha lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B). Lahan tersebut tidak akan beralih fungsi dalam jangka waktu selama 30 tahun ke depan.

”Alhamdulillah Karawang ini sudah 2 tahun berturut turut sebagai kabupaten tertinggi kedua di Indonesia setelah Indramayu sebagai sentra padi nasional,” katanya seraya menambahkan, sebenarnya saat musim kemarau seperti saat ini, petani sedang tersenyum karena harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp 7.200/kg.

Persoalan yang bakal dihadapi petani saat El Nino adalah serangan hama dan penyakit tumbuhan. Hal ini disampaikan petani Karawang. Baca halaman selanjutnya.

 

Reporter : Tim Sinta
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018