Rabu, 30 April 2025


Menuai Untung dengan Polikultur Rumput Laut

13 Peb 2019, 16:01 WIBEditor : Gesha

Rumput laut masyarakat Pantura Jawa sudah bisa menuai untung

Rumput laut yang diproduksi pembudidaya rata-rata bisa dijual ke pengepul dengan harga antara Rp 5.800-Rp 7.500/kg.

 

TABLOIDSINARTANI.COM, Sidoarjo --- Rumput laut masih menjadi komoditas unggulan perikanan budidaya. Selain budidayanya mudah,  rumput laut juga bisa dibudidaya dengan sistem polikultur dengan bandeng atau udang. Berkat polikultur budidaya rumput laut dengan bandeng atau udang inilah sejumlah pembudidaya di Pantura Jawa menuai untung.

Kelompok Pembudidaya Samudera Hijau Satu adalah salah satu kelompok pembudidaya yang telah mengintegrasikan rumput laut dengan udang dan bandeng. 

Kelompok pembudidaya rumput laut yang berlokasi di Dusun Tanjungsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) sudah puluhan tahun mengadopsi polikultur rumput laut dengan bandeng dan udang.

“Masyarakat di sini sudah banyak yang menggantungkan hidup pada budidaya rumput laut yang diintegrasikan dengan udang dan bandeng,” kata Ketua Kelompok Pembudidaya Samudera Hijau Satu, H.Mustofa.

Karena banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari budidaya rumput laut, maka Dusun Tanjungsari mendapat julukan sebagai Kampung Rumput Laut. Bahkan, produksi rumput laut yang dibudidaya masyarakat Dusun Tanjungsari cukup bagus.

“Di musim kemarau masyarakat di sini bisa panen rumput laut kering sekitar 600 ton,” ujar Mustofa.

Mustofa juga menjelaskan, harga rumput laut saat ini cukup bagus.  Rumput laut yang diproduksi pembudidaya rata-rata bisa dijual ke pengepul dengan harga antara Rp 5.800-Rp 7.500/kg.

 

Namun, ketika musim penghujan tiba, produksi rumput laut turun drastis. “Seperti pada awal Januari 2019 lalu, kami hanya mampu memproduksi rumput laut sekitar 197 ton (kering). Memang siklus atau trennya seperti ini. Di musim kemarau produksi meningkat taja, tapi kalau memasuki musim penghujan produkinya menurun,” jelas Mustofa.

Menurut Mustofa, rumput laut yang diproduksi Kelompok Pembudidaya Samudera Hijau Satu sudah mampu memenuhi kriteria ekspor dengan kadar air 15 persen. Rumput laut yang dihasilkan juga bersih dan dan proses pengolahan sudah memenuhi standardisasi.

Menteri Kelautan dan Perikaan Susi Pudjiastuti  mengapresiasi budidaya rumput laut yang dilakukan masyarakat Desa  Kupang, Kec. Jabon, Sidoarjo. 

Agar produksi rumput laut di musim penghujan tetap bagus,  Susi menyarankan masyarakat membangun para-para untuk menjemur rumput laut agar dapat kering meskipun tidak disinari matahari. 

Menurut Susi, untuk menunjang pengembangan rumput laut di Desa Kupang, Kec. Jibon, KKP akan memberi bantuan bibit rumput laut yang  sudah dikembangkan dengan teknik kultur jaringan. 

“Bibit rumput laut dengan  teknik kultur jaringan ini kualitasnya akan lebih baik lagi. Kalau lebih sehat nanti hasilnya lebih banyak lagi untuk bapak dan ibu semua,”  ujar Menteri Susi saat mengunjungi pembudidaya rumput lau.

Tembus Ekspor

Rumput laut yang dibudidaya masyarakat Dusun Tanjungsari diharapkan bisa tembus pasar ekspor. “Selama ini Tiongkok masih menjadi pasar rumput laut terbesar,” ujarnya.

Karena itu, Menteri Susi berjanji akan membantu masyarakat  Dusun Tanjungsari dan sekitarnya mencarikan pasar ekspor yang lebih baik untuk menampung rumput laut hasil budidaya mereka.

Hingga sekarang, kartel perdagangan yang diterapkan Tiongkok membuat rumput laut Indonesia sulit menembusnya.

Meskipun begitu,  Ia  meminta masyarakat untuk tidak berputus asa.  “Saya berjanji akan mencarikan pasar alternatif lainnya,” ujarnya.

Guna mengembangkan potensi rumput laut di Dusun Tanjungsari dan sekitarnya, lanjut Susi,  kelompok pembudidaya rumput laut yang sudah membentuk koperasi bisa mengajukan pinjaman ke  Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP).

“BLU LPMUKP menyediakan pinjaman dengan bunga yang jauh lebih kecil dibandingkan bank, yaitu hanya sebesar 3 persen/tahun,” ujarnya.

Susi juga menyarankan pembudidaya rumput laut untuk mengurus resi gudang (dokumen bukti kepemilikan barang yang disimpan di gudang), sehingga untuk dapat meminjam modal ke bank tidak diperlukan jaminan lainnya.

“Saya lihat bapak dan ibu semua sudah cukup. Rumput lautnya sudah mencukupi bisa bikin semua senang, hidup tidak susah, kalau berlebih itu tentunya cita-cita kita semua. Tapi kan paling tidak,  sudah tidak susah tho dengan adanya rumput laut? Alhamdulillah,” kata Susi. 

 

Reporter : INDARTO
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018