Minggu, 20 April 2025


Ahli Gizi Soroti Pergantian Susu dengan Daun Kelor dan Telur di MBG

24 Des 2024, 11:50 WIBEditor : Gesha

Pergantian susu dengan daun kelor dan telur di MBG jadi sorotan. Ahli gizi ungkap potensi manfaat dan risiko perubahan ini bagi kesehatan. Apakah nutrisi tetap seimbang?

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Pergantian susu dengan daun kelor dan telur di MBG jadi sorotan. Ahli gizi ungkap potensi manfaat dan risiko perubahan ini bagi kesehatan. Apakah nutrisi tetap seimbang?

Dokter sekaligus Ahli Gizi Masyarakat, Dr. Tan Shot Yen, menyoroti penggunaan telur dan daun kelor sebagai alternatif susu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Menurut Tan, daun kelor memiliki kandungan zat besi non-heme.

"Zat besinya non-heme, jadi penyerapannya tidak optimal, dan asam aminonya pun tidak lengkap," ujarnya.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, zat besi non-heme adalah jenis zat besi yang berasal dari bahan nabati seperti sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan legum.

Tan juga menekankan bahwa kandungan kalsium dalam bahan nabati tidak bisa disamakan dengan produk hewani.

"Telur lebih unggul dibandingkan susu, tetapi daun kelor masih jauh untuk menggantikannya. Kelor itu hanya sayur biasa," tegas Tan.

Ia juga menyoroti popularitas daun kelor yang menurutnya terlalu dibesar-besarkan, karena didukung oleh industri olahan kelor yang dikelola sejumlah pejabat.

Tan membandingkan kandungan zat besi daun kelor dengan beberapa sayuran lain berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia.

Berikut datanya:

Zat Besi Non-Heme (nabati):

Bayam Merah: 7 mg

Daun Ubi Merah: 6,4 mg

Daun Kelor: 6 mg

Bayam Hijau: 3,5 mg

Zat Besi Heme (hewani):

Daging Sapi: 2,8 mg

Hati Ayam: 15,8 mg

Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa dalam program MBG, beberapa daerah kesulitan menyediakan susu karena ketiadaan sapi perah.

Sebagai alternatif, menu susu dapat diganti dengan telur dan daun kelor.

"Telur dapat memenuhi kebutuhan protein, sedangkan kelor diharapkan mencukupi kebutuhan kalsium anak-anak," jelas Dadan.

Meski demikian, ia memastikan bahwa di daerah yang memiliki peternakan sapi perah, susu tetap menjadi bagian dari menu MBG untuk mendukung produksi lokal.

"Program MBG bertujuan mendorong pengembangan sumber daya lokal, bukan meningkatkan impor," tutupnya.

Reporter : Nattasya
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018