Kamis, 02 Mei 2024


Geliat Petani Teh di Tengah Pandemi Corona

22 Apr 2020, 14:50 WIBEditor : Indarto

Petani sedang memetik pucuk teh | Sumber Foto:Dok. Istimewa

Setelah China melakukan lock down, kondisi pasokan pasar teh hijau dunia saat ini agak terganggu. Sebab, pemasok teh hijau terbesar dunia, yakni China terjangkit pandemi virus corona.

 TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta-- Imbas pandemi virus corona (covid 19) membuat sejumlah agribisnis "berjalan di tempat", bahkan sebagian lainnya harus tutup sejenak. Namun, hal tersebut tak berlaku bagi petani teh. Justru sebaliknya, petani teh mendapat berkah di saat pandemi corona sedang berlangsung.

Ketua Umum Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo), Nugroho B Koesnohadi mengatakan, permintaan teh hijau dunia selama pandemi corona  tidak mengalami penurunan. Karena itu, dalam situasi seperti ini agribisnis teh bisa menjadi  peluang  untuk mengisi pasar yang "ditinggalkan" China karena lockdown virus corona. 

" Setelah China melakukan lock down, kondisi  pasokan pasar teh hijau dunia saat ini agak  terganggu. Sebab, pemasok teh hijau terbesar dunia, yakni China terjangkit pandemi virus corona," papar Nugroho, di Jakarta, Rabu (22/4).

Menurut Nugroho, pucuk teh petani hampir seluruhnya diolah menjadi teh hijau. Pucuk teh tersebut umumnya dijual ke mitranya, selanjutnya diekspor ke sejumlah negara. "Harga pucuk teh petani yang dijual ke mitra berkisar Rp 3.000 - Rp 4.000 per kg.  Harganya sangat tergantung  mutu pucuknya.  Kalau mutunya bagus harganya akan tinggi," paparnya.

Nugroho mengambil contoh, petani teh yang bermitra dengan salah satu eksportir teh, yakni PT Kabepe Chakra rata-rata mampu menjual pucuk teh segar ke perusahaan sekitar 1.000 ton per bulan. Pucuk teh yang dijual ke pabrik teh hijau milik PT Kabepe Chakra ini kemudian diolah dan selanjutnya diekspor.

Pasar ekspor teh hijau PT Kabepe Chakra, lanjut Nugroho, hampir ke keseluruh dunia. Diantaranya,  Eropa, Amerika, Australia, Afrika (Maroko) dan Asia (Pakistan). "Ekspornya minimal 1.000 ton (made tea) per bulan," ujarnya.

Menurut Nugroho, perusahaan tersebut tak akan kekurangan pasokan bahan baku pucuk teh yang akan diekspor. Sebab,  PT Kabepe Chakra sudah menjalin kemitraan dengan petani teh lebih dari 10 tahu lalu. "Luas kebun petani yang bermitra  tidak kurang dari 2.000 hektar (ha). Salah satunya ada di Pangalengan, Jawa Barat," katanya.

Nugroho mengatakan, dengan adanya pandemi virus corona,  kegiatan perkebunan teh rakyat justru sangat aktif dan dinamis. " Apalagi saat ini masih dalam musim penghujan yang sifatnya "dandang rat" atau relatif banyak hujan dan banyak sinar matahari. Musim seperti ini menjadi musim yang sangat kondusif untuk pertumbuhan pucuk tanaman teh," jelas Nugroho.

Minuman Kesehatan
Sudah bukan rahasia umum,  bahwa teh hijau merupakan minuman kesehatan. Teh hijau yang kaya anti oksidan ini dipercaya mampu meningkatkan ketahanan tubuh.  Karena keunggulannya tersebut, kata Nugroho, teh hijau banyak diminati masyarakat yang menginginkan pola hidup sehat. Tetunya dengan rutin mengkonsumsi teh, akan memberi manfaat kesehatan.

Menurut Nugroho, seharusnya pemangku kepentingan teh,  Dewan Teh Indonesia (DTI) memberitahukan kepada pemerintah (Gugus Tugas Corona) bahwa teh merupakan minuman kesehatan. Artinya, dengan mengkonsumsi teh dapat membantu meningkatkan ketahanan tubuh manusia.

Nugroho juga berpesan kepada petani teh agar menggunakan momentum pandemi corona ini menjadi peluang/kesempatan untuk meningkatkan produksi pucuk teh perkebunan  teh rakyat setinggi-tingginya, sehingga kegiatan perkebunan teh rakyat sangat aktif pada saat  pandemi virus corona berlangsung.

" Tentu  saja kegiatan perkebunan teh rakyat tetap menjalankan protokol corona : phisical dan social distancing serta pakai masker," pungkas Nugroho. 

 

Reporter : Dimas
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018