Senin, 20 Mei 2024


Permintaan Meningkat, Budidaya Kacang Hijau Menggiurkan

13 Nov 2019, 11:12 WIBEditor : Yulianto

Benih kacang hijau Vima 1 | Sumber Foto:Julian

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Kacang hijau menjadi komoditas tanaman pangan yang selama ini masih kurang mendapat perhatian. Namun sebenarnya potensi pasarnya cukup besar, sehingga peluang usaha tani cukup menarik untuk digeluti petani.

Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian, Harris Syahbuddin mengakui, selama ini kacang  hijau memang bukan menjadi komoditas utama, karena pemerintah masih fokus komoditas padi, jagung dan kedelai (pajale). Apalagi upaya pengembangan kacang hijau masih bersumber dari APBN.  “Karena banyak komoditas yang harus ditangani, sehingga tidak memungkinkan pengembangan dalam skala besar,” katanya.

Data Angka Ramalan I BPS 2018, produksi kacang hijau sebanyak 234.718 ton dengan luas panen 197.508 ha dan produktivitas 11,8 ku/ha. Daerah penghasil kacang hijau terbesar yakni Jawa Tengah yang berkontribusi sebesar 53 persen, Jawa Timur 20 persen dan NTB sebesar 11 persen. Sementara Kementerian Pertanian untuk tahun 2019 menargetkan produksi sebanyak 309 ribu ton.

Harris melihat peluang pengembangan usaha tani cukup besar. Apalagi kini Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian sudah mulai mengarahkan semua penelitian, termasuk varietas tanaman untuk tidak lagi berpikir untuk usaha rumah tangga, tapi untuk industri juga. Jadi pemulia tanaman harus berpikir menghasilkan varietas yang diminati kalangan industri. “Dengan industri, proses hilirisasi akan lebih cepat dan kontinuitas terjamin,” ujarnya.

Sementara bagi petani, dengan mengembangkan atau memproduksi komoditas yang sesuai kebutuhan industri, pendapatannya akan naik. Karena hasil produksi bisa langsung diserap industri, petani juga mendapatkan harga yang lebih baik. Selama ini yang banyak mendapatkan keuntungan dalam perdagangan komoditas pertanian adalah pedagang. “Bahkan si sisi lain akan memberikan dampak balik terhadap pengembangan riset pertanian,” katanya.

Saat ini Balai Penelitian Kacang dan Umbi-umbian (Balit KABI), Jember, telah menghasilkan varietas kacang hijau unggul yakni  Vima 1 hingga 5. Untuk Vima bernomor ganjil (1,3 dan 5) warna biji kusam, sedangkan Vima bernomor genap (2 dan 4) bijinya licin. Dari hasil penelitian ternyata produktivitasnya cukup tinggi hingga 2 ton/ha. Sedangkan rata-rata mencapai 1,5 ton/ha.

Kelebihan kacang hijau varietas Vima tersebut yakni berumur pendek di bawah 56 hari dan bisa panen serempak, sehingga petani bisa menghemat biaya panen. Dengan hampir 85 persen masak serempak menjadi daya ungkit industri.

Sementara itu Direktur Pemasaran PT. East West Seed Indonesia (EWSI), Afrizal Gindow mengakui, kacang hijau memang masih banyak yang impor dari Myanmar. Padahal di sisi lain banyak ahli di Indonesia yang menguasai komoditas tersebut. “Kita bisa tergantung dari impor terus menerus. Apalagi peluang pengembangan pasar kacang hijau di dalam negeri cukup besar,” ujarnya.

Menurutnya, selama ini pangan kacang hijau belum banyak disentuh kalangan industri, terutama dari industri perbenihan. Selama ini petani mendapatkan benih kacang hijau hanya dari petani ke petani, sehingga kualitas benihnya tidak terjamin dengan baik. “Karena itu sejak dua tahun lalu, perusahaan kami masuk memproduksi benih kacang hijau dengan mengembangkan benih Vima 1 dari Balit KABI,” ujarnya.

 

Bagaimana industri pangan olahan melihat peluang kacang hijau sebagai bahan baku? Lanjutkan baca halaman 2

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018