Tumpang selir jagung | Sumber Foto:Joko W
Dengan bergulirnya waktu BPP Kecamatan Talango bersama 78 Poktan yang menyebar di 8 desa (sesuai karakteristik dan potensi wilayah) melakukan kaji terap tumpang selir. “Demonstrasi kaji terap pola tanam dan jarak tanam dilakukan untuk komoditi jagung hibrida pada musim tanam 2018/2019,” katanya.
Kegiatan yang dilaksanakan di tiga wilayah Gapoktan Desa dengan lima lokasi demplot melibatkan 43 Poktan Binaan. Diantaranya, Gapoktan Agro Perdana Desa Essang dengan Demplot Kaji Terap Jarak Tanam 30 X 40 X 80 cm (Jarwo 2 : 1). Sedangkan kaji terap tumpang selir melibatkan 12 Kelompok Tani.
Sedangkan untuk Gapoktan Al Karomah, Desa Gapurana dengan Kaji Terap jarak tanam dan tumpang sari. Sementara wilayah Gapoktan Moro Jadi, Desa Palasa dengan dua Kaji Terap Jarak Tanam dan Tumpang Selir yang melibatkan 12 Poktan Desa Palasa dan 6 Poktan anggota Gapoktan Gotong Royong Desa Poteran. “Kaji Terap (demplot, red) ini sebagai media belajar bersama bagi pelaku utama usahatani,” katanya.
Joko Wardi mengakui ada berbagai kendala yang dihadapi penyuluh. Misalnya, rendahnya bahan organik tanah membuat lapisan olah tanah menjadi tipis. Selain itu, musim hujan pendek dengan intensitas curah hujan rendah, sehingga air merupakan faktor pembatas dalam usah tani.
Namun demikian dari hasil kaji terap, Joko mengatakan, produksi yang dihasilkan jauh lebih tinggi dibandingkan cara petani. Bahkan dari 43 pengurus poktan, sekitar 88,37 persen merasa puas dengan produksi yang dihasilkan dan sesuai harapan petani. “Bahkan mereka siap dan sanggup untuk mencoba dan mengembangkan polatanam sistem tumpang selir,” ujarnya.
Setelah tiga tahun berjalan, Joko melihat pola tanam tumpang selir dengan jarak tanam sistem jajar legowo lebih berkembang. Hampir 65 persen petani yang bergabung dalam kelompok tani menggunakan pola tanam tumpang selir sistem jajar legowo. “Petani menganggap lebih menguntungkan, karena dalam satu musim tanam atau musim hujan bisa panen empat kali,” ujarnya.
Karena itulah, Joko menilai, pola tanam sistem tumpang selir sangat cocok untuk dikembangkan, khusus di lahan kering dibandingkan sistem tanam tumpang sari. “Tumpang selir juga dapat meningkatkan indeks pertanaman. Dari IP 100 ke IP.200 dan yang IP 200 menjadi IP 300 untuk komoditas jagung hibrida,” katanya.
Menurut Joko, pola tanam tumpang selir menggunakan dua komoditi yaitu jagung dengan tanaman sisipan kacang-kacangan (kacang tanah atau kacang hijau), petani bisa panen tiga kali jagung. Dengan demikian, pola tanam tumpang selir di lahan kering, selain meningkatkan IP tanaman jagung, pendapatan petani juga meningkat.
Joko mengungkapkan, untuk wilayah kelompok yang sudah didukung sarana sumur pompa air dangkal, pada musim kemaraupetani justru memilih komoditi hortikultura yang lebih strategis. Diantaranya, semangka, cabai rawit dan sayuran dataran rendah lainya.
Kini sudah terbukti, jika beberapa tahun yang lalu petani menganggap lahan kering identik dengan kemiskinan, maka kedepan petani akan beranggapan bahwa lahan kering merupakan bagian masa depan pertanian dan kekuatan ekonomi perdesaan. Pola tanam tumpang selir di lahan kering (tegalan) mampu meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya.