Polbangtan Bogor menjalin kerjasama dengan Pemerintah Korea Selatan dan EPIS Korea untuk memulai proyek Smart Green House, yang akan berlokasi di salah satu lahan Tefa Polbangtan Bogor, Rabu (25/10) | Sumber Foto:Istimewa
TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor -- Untuk memaksimalkan potensi petani milenial, Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Korea Selatan untuk menghadirkan era baru pertanian melalui proyek Smart Green House.
Dalam upaya meningkatkan teknologi pertanian, Polbangtan Bogor menjalin kerjasama dengan Pemerintah Korea Selatan dan EPIS Korea untuk memulai proyek Smart Green House, yang akan berlokasi di salah satu lahan Tefa Polbangtan Bogor, Rabu (25/10)
Polbangtan Bogor, bagian dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, kini memiliki fasilitas Teaching Factory (Tefa) Smart Greenhouse (SGH). Fasilitas ini bertujuan untuk mengenalkan sistem budidaya tanaman yang menggunakan teknologi canggih.
Rudi Hartono, Pelaksana harian Direktur Polbangtan Bogor, menjelaskan bahwa Smart Green House adalah lahan pertanian canggih yang dilengkapi dengan teknologi tinggi. Mulai dari penyiraman, pengaturan suhu, hingga pemberian vitamin kepada tanaman, semuanya diotomatisasi.
SGH digunakan sebagai fasilitas pembelajaran bagi mahasiswa Polbangtan Bogor, di mana mereka dapat memahami cara bertani dengan menggunakan teknologi modern.
Rudi menyebut bahwa petugas hanya perlu memonitor melalui layar informasi dan menjaga kebersihan lingkungan SGH, sehingga teknologi ini sangat membantu mereka dalam tugas pertanian.
Namun, saat tiba saat panen, proses panen masih dilakukan secara manual karena teknologi untuk memanen secara otomatis belum tersedia.
Melalui kerjasama ini, diharapkan para petani milenial dapat belajar tentang varietas unggul, nutrisi, formulasi, media tanam, dan sistem kerja menggunakan teknologi dari Korea Selatan.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, sangat mengapresiasi upaya kolaborasi ini. Dia menekankan bahwa dalam era industri 4.0, para pelaku pertanian perlu memahami pentingnya digitalisasi, teknologi, dan inovasi.
Dedi menyadari bahwa persaingan global yang ketat harus disikapi dengan usaha yang lebih efisien, lincah, dan produktif, baik dalam pertanian maupun bisnis lainnya. Dia juga menegaskan bahwa masa depan pembangunan pertanian terletak pada Agribisnis, dan itu memerlukan pengelolaan yang modern, seperti Smart Farming, yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Dengan adanya kerjasama dan kolaborasi, Dedi meyakini bahwa Smart Farming adalah masa depan pertanian, dan dia mendorong para pelaku pertanian untuk mendalami konsep ini melalui pelatihan.