Daging lezat bisa berubah jadi haram jika teknik penyembelihannya asal-asalan! Yuk, kenali cara sembelih yang benar sesuai syariat agar halal, berkah, dan menenangkan hati!
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Daging lezat bisa berubah jadi haram jika teknik penyembelihannya asal-asalan! Yuk, kenali cara sembelih yang benar sesuai syariat agar halal, berkah, dan menenangkan hati!
Menjelang Idul Adha, permintaan terhadap daging sapi, kambing, dan domba melonjak tajam. Namun, di tengah euforia persiapan kurban, ada satu hal yang sering luput dari perhatian masyarakat yaitu teknik penyembelihan.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Juleha Indonesia (JULEHA), Ustadz M. Ali Subarkah, salah dalam menyembelih hewan bisa berakibat fatal.
"Kalau tidak dilakukan sesuai syariat, daging yang kita kira halal bisa jadi haram hukumnya," tegasnya dalam wawancara eksklusif.
Menyembelih hewan kurban bukan sekadar memotong leher dengan pisau.
Ada aturan teknis yang wajib diikuti agar hewan mati secara syar'i dan dagingnya layak dikonsumsi oleh umat Muslim.
Ustadz Ali menekankan enam prinsip dasar yang harus dikuasai oleh setiap juru sembelih halal:
1. Pisau tajam — Bukan hanya tajam, tapi juga bersih dan tidak berkarat.
2. Cepat dan tepat — Proses sembelih harus dilakukan sekali potong, tidak berkali-kali.
3. Putus tiga saluran vital — Yaitu trakea (saluran napas), esofagus (saluran makan), dan dua pembuluh darah utama di leher.
4. Menghadap kiblat — Hewan harus dibaringkan dan diarahkan ke kiblat.
5. Membaca basmalah — Juru sembelih wajib membaca “Bismillah Allahu Akbar” sebelum menyembelih.
6. Penyembelihan di tempat yang benar — Yakni pada pangkal leher, bukan di bagian kepala atau dada.
"Kalau salah satu saja diabaikan, maka status kehalalan dagingnya bisa gugur," ujar Ustadz Ali.
Teknik penyembelihan bukan hanya soal agama, tapi juga menyangkut kualitas dan keamanan pangan.
Hewan yang disembelih secara syar’i akan mengeluarkan darah secara optimal, sehingga daging menjadi lebih higienis dan awet.
“Proses ini memengaruhi tekstur daging, warna, dan bahkan aromanya. Kalau penyembelihan tidak sempurna, darah bisa tertinggal di jaringan otot dan mempercepat pembusukan,” jelasnya.
Selain itu, metode penyembelihan halal juga memperhatikan kesejahteraan hewan (animal welfare).
Dengan proses cepat dan tepat, hewan tidak mengalami stres berkepanjangan atau rasa sakit berlebihan.
“Islam sudah mengajarkan prinsip penyembelihan yang sangat manusiawi sejak 14 abad lalu. Ini bukan hanya ibadah, tapi juga sains,” tambah Ustadz Ali.
Bukan Sembarang Tukang Jagal
Tak semua orang yang bisa memegang pisau lantas layak menjadi juru sembelih halal.
JULEHA mendorong pentingnya pelatihan dan sertifikasi juru sembelih (juleha) agar standar syariah dan teknis bisa terjaga.
Para juleha idealnya memiliki tiga bekal utama yakni Ilmu syariat tentang penyembelihan, Keterampilan teknis penyembelihan yang tepat dan efisien dan kesadaran akan pentingnya kebersihan dan sanitasi.
“Bahkan urusan tangan yang gemetaran saja bisa memengaruhi keabsahan sembelihan. Bayangkan kalau potongannya tidak putus total, atau pisaunya tumpul. Itu bukan cuma masalah kualitas daging, tapi bisa jadi dagingnya tidak halal,” ujar Ustadz Ali mengingatkan.
Fakta di lapangan, menurut JULEHA, masih banyak pelaku penyembelihan hewan yang belum memahami prosedur halal secara utuh.
Tak sedikit pula rumah potong hewan (RPH) yang belum memiliki SDM kompeten sesuai standar sertifikasi halal.
“Masyarakat harus kritis, jangan asal beli daging. Apalagi untuk konsumsi keluarga. Tanyakan apakah yang menyembelih sudah bersertifikat atau paham syariat. Ini penting,” tegasnya.
JULEHA sendiri rutin mengadakan pelatihan dan sertifikasi untuk juru sembelih di berbagai daerah. Pada 2024, lebih dari 20.000 juleha sudah dilatih dan disertifikasi oleh lembaga ini di seluruh Indonesia.
Bukan Sekadar Ritual
Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi juga soal menjalankan amanah ibadah secara benar.
Daging kurban akan dibagikan ke keluarga, tetangga, bahkan fakir miskin.
Jika prosesnya tidak halal, maka seluruh ibadah bisa dipertanyakan kualitasnya.
“Daging kurban itu akan masuk ke tubuh banyak orang. Bayangkan kalau ternyata penyembelihannya keliru, dan orang-orang tak sengaja makan daging yang tidak halal,” ujar Ustadz Ali dengan nada prihatin.
Ia mengajak seluruh masyarakat, panitia kurban, dan pengelola RPH untuk lebih peduli terhadap teknik sembelih halal.
Jangan sampai niat baik beribadah justru ternoda karena kelalaian teknis.
Ustadz Ali berharap literasi tentang penyembelihan halal dapat diajarkan sejak dini, baik melalui lembaga pendidikan Islam, khutbah Jumat, maupun penyuluhan masyarakat.
Ia juga mendorong pemerintah dan lembaga MUI untuk memperketat pengawasan serta memperbanyak edukasi menjelang Idul Adha.
“Penyembelihan halal bukan sekadar urusan juru sembelih. Ini tanggung jawab kolektif. Kalau masyarakat teredukasi, maka mereka akan menuntut kualitas sembelihan yang benar. Otomatis, para pelaku di lapangan pun akan terdorong untuk profesional,” pungkasnya.