Diperlukan strategi yang aplikatif untuk dapat mendorong pengembangan usahatani kedelai bagi terwujudnya ketahanan pangan Indonesia.
Selama ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri, tetapi belum juga bisa mencapai swasembada, meskipun akhir-akhir ini angka capaian produksi cenderung ada peningkatan. Pada tahun 2014 produksi kedelai sebanyak 955,00 ribu ton biji kering meningkat sebanyak 175,01 ribu ton (22,44 persen) dibandingkan tahun 2013. Demikian juga produksi kedelai tahun 2015 diperkirakan juga terjadi peningkatan. Produksi kedelai tahun 2015 (Aram I) diperkirakan sebanyak 998,87 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 43,87 ribu ton (4,59 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 24,67 ribu hektar (4,01 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 0,09 kuintal/hektar (0,58 persen).
Kebijakan pengembangan program usahatani kedelai yang telah dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain dianggap belum maksimal dan belum mampu meningkatkan kemampuan usahatani kedelai di Indonesia. Serangkaian kebijakan yang telah diprogramkan dan dilaksanakan juga dirasa belum mampu menyentuh hingga level petani di tingkat bawah. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu strategi yang aplikatif sehingga dapat mendorong pengembangan usahatani kedelai yang berdampak kepada terwujudnya ketahanan pangan Indonesia.
Bayu Rizky Pratama dan Hardiansyah Nur Sahaya di Jawa Tengah melakukan penelitian dengan menggunaan Metode Analisis Hierarki Proses (AHP) dengan tujuan untuk mengetahui program manakah yang perlu didahulukan atau diprioritaskan dalam upaya mengembangkan usahatani kedelai. Dalam penelitian tersebut digunakan beberapa pihak yang dianggap berkompeten yang mewakili. Dalam penelitiannya menggunakan 5 kriteria yaitu 1) kriteria budidaya, 2) kriteria pengadaan dan distribusi input dan 3) kriteria kelembagaan tani dan penyuluh, 4) kriteria pasca panen dan 5) kriteria pemasaran.
Hasil yang diperoleh berdasarkan kriteria budidaya ditunjukkan sebagai berikut:
Hasilnya menunjukkan bahwa aspek pemberian subsidi input produksi sesuai kebutuhan petani menjadi prioritas utama karena untuk mengembangkan usahatani kedelai, dibandingkan yang lainnya seperti pembukaan kesempatan seluas-luasnya kepada pihak swasta untuk berinvestasi dalam bidang pupuk dan menyerahkan harga pada mekanisme pasar (tanpa subsidi), penyediaan sarana produksi pertanian yang tepat waktu, jumlah, harga dan mutu. Pemberian subsidi pupuk terkadang dilakukan secara parsial menyebabkan timbulnya exces demand (tuntutan yang berlebihan). Suplai pupuk bersubsidi dalam jumlah yang kecil mendorong timbulnya pasar gelap, jadi menurut responden aspek pemberian subsidi input produksi seperti subsidi pupuk perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Hasilnya menunjukkan bahwa aspek penyuluhan untuk penguatan kelembagaan petani menjadi prioritas yang lebih utama dibandingkan yang lainnya (pemberian insentif bagi kelembagaan tani yang aktif, revitalisasi kelembagaan penyuluhan, memaksimalkan pemberdayaan kelembagaan petani). Penguatan kelembagaan petani dilakukan melalui forum pertemuan antara kelompok tani dengan dinas maupun lembaga swasta yang memiliki peran dalam pengembangan usahatani kedelai.
Hasilnya menunjukkan bahwa aspek pemberian bantuan mesin pengering kepada kelompok tani menjadi prioritas utama dibandingkan yang lainnya (penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran petani melakukan penanganan pasca panen yang tepat dan pengendalian harga kedelai). Fakta menunjukkan rusaknya hasil panen dikarenakan kurangnya bantuan mesin pengering pada saat curah hujan yang sangat tinggi. Bantuan mesin pengering mutlak diperlukan untuk meminimalkan tingkat kehilangan hasil dan mempertahankan kualitas hasil panen biji kedelai.
Hasilnya menunjukkan bahwa aspek bantuan permodalan bagi kelompok tani untuk pembelian kedelai menjadi prioritas utama dibandingkan yang lainnya (pembentukan kemitraan kelompok tani dengan pedagang besar dan pembentukan kemitraan kelompok tani dengan pabrik tahu atau pengguna kedelai lainnya secara langsung). Bantuan modal untuk pembelian kedelai dimaksudkan untuk mengurangi rantai pemasaran yang terlalu panjang dari petani sampai dengan konsumen. Melalui fasilitas bantuan permodalan kelompok ini diharapkan kelompok tani dapat membeli biji kedelai, sehingga petani tidak menjual kedelai secara perorangan kepada pedagang besar atau industri pengolahan kedelai. Hal ini diharapkan dapat menaikan posisi tawar petani dalam hal pemasaran biji kedelai.
Kesimpulan
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto