Jumat, 13 Juni 2025


Teriakan Susi Pudjiastuti Menggema: Stop Tambang Nikel, Lindungi Surga Dunia Raja Ampat!

10 Jun 2025, 17:41 WIBEditor : Gesha

Teriakan lantang Susi Pudjiastuti menggema hingga ke jagat maya, menyerukan penghentian tambang nikel demi menyelamatkan keindahan alam Raja Ampat yang disebutnya sebagai surga dunia.

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Teriakan lantang Susi Pudjiastuti menggema hingga ke jagat maya, menyerukan penghentian tambang nikel demi menyelamatkan keindahan alam Raja Ampat yang disebutnya sebagai surga dunia.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi lingkungan di Raja Ampat yang semakin terancam akibat ekspansi pertambangan nikel dan industrialisasi di sektor hilir.

Melalui unggahan di media sosial, Susi secara terbuka meminta Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan aktivitas penambangan tersebut demi menjaga kelestarian ekosistem laut dan mempertahankan mata pencaharian masyarakat nelayan setempat.

Susi Pudjiastuti menegaskan bahwa penghentian tambang nikel di Raja Ampat adalah keharusan moral dan ekologis.

Ia mendesak pemerintah untuk menempatkan kelestarian lingkungan sebagai prioritas utama di tengah gencarnya dorongan industrialisasi dan kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik serta industri baja.

Laporan dari Auriga Nusantara, sebuah organisasi lingkungan independen, mengungkap bahwa luas lahan tambang di kawasan ini bertambah sekitar 494 hektar hanya dalam kurun waktu 2020 hingga 2024, angka yang meningkat tajam dibanding lima tahun sebelumnya.

Kini, total izin tambang nikel di wilayah Raja Ampat mencapai lebih dari 22.420 hektar. Ekspansi ini bukan tanpa dampak.

Aktivitas tambang telah memicu deforestasi, pencemaran air, dan ancaman serius terhadap kehidupan bawah laut.

Sedimen dari kawasan tambang terbawa hingga ke laut, merusak terumbu karang yang selama ini menjadi habitat berbagai spesies laut endemik.

Direktur Auriga Nusantara, Timer Manurung, menyatakan bahwa selama proses penambangan tetap berlangsung, kerusakan terumbu karang tidak akan bisa dihindari.

Sedimen yang terbawa air laut akan terus mengubur ekosistem laut, memusnahkan kehidupan yang ada di dalamnya.

Bahkan, Ahli ekologi laut, Edy Setyawan, yang selama ini bekerja di kawasan Raja Ampat, mengonfirmasi bahwa penurunan kualitas air laut telah dirasakan warga sejak aktivitas tambang dimulai.

Banyak nelayan lokal mengeluhkan hasil tangkapan yang menurun drastis.

Selain itu, sektor pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi lokal pun turut terancam.

Pada tahun 2023, Raja Ampat mencatat kunjungan lebih dari 19.800 wisatawan, meningkat drastis dibanding tahun sebelumnya.

Namun, bila kerusakan lingkungan terus berlangsung, potensi pariwisata berkelanjutan pun bisa sirna.

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018