Senin, 29 Mei 2023


Ayo Pilah Sampah Organikmu !

19 Jan 2022, 12:47 WIBEditor : Gesha

Ayo pilah sampahmu | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Jika dahulu ada ajakan Buang Sampah Pada Tempatnya, kini sebaiknya ajakan tersebut diubah menjadi Sampahku, Tanggung Jawabku agar masyarakat bisa diajak untuk mulai belajar memilah sampah langsung di rumah tangga sendiri.

"Ajakan ini sebenarnya mensyaratkan untuk membatasi dan mengurangi sampah sehingga sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah tidak bisa diapa-apakan lagi," ungkap Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor, Feby Darmawan dalam webinar "Maggot : Peluang Bisnis Masa Depan" yang digelar TABLOID SINAR TANI, Rabu (19/01).

Mengapa demikian? Feby menceritakan, TPA Galuga yang dimiliki Pemerintah Kota Bogor dengan luasan 38 hektar kini telah mencapai ketinggian 10 meter, dari tumpukan sampah yang dihasilkan masyarakat.

"Sekarang memang baru terpakai 8 hektar. Namun jika ke depan, memilah sampah tidak menjadi kebiasaan, maka sampah cepat menggunung dan dipastikan 10 tahun atau 15 tahun mendatang Kota Bogor akan kesulitan untuk membuang sampah kemana lagi," tuturnya.

Seperti diketahui, lahan menjadi permasalahan krusial bagi Kota Metropolitan untuk berbagai hal, termasuk TPA. Seperti yang dialami Kota Depok yang kesulitan membuang sampah di TPA Cipayung karena sudah overload. Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri memfasilitasnya dengan mengijinkan Kota Depok dialihkan ke TPA Nambo.

Setiap harinya, Kota Bogor menghasilkan sekitar 600 ton per hari dengan 60 persen sampah organik dan 40 persen sampah anorganik. Setiap hari 135 armada truk mengangkut sampah-sampah dari sekolah, rumah tangga, rumah makan/restoran, kantor hingga tempat wisata. 

Biasanya masyarakat membuang sampah langsung ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan diangkut oleh Dinas LH ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).  Sumber sampah tersebut ada yang terpilah dan tak terpilah yang kemudian diangkut oleh gerobak/motor sampah bahkan truk sampah untuk dibawa ke TPS maupun TPS 3R yang memiliki teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak kompos. Dari sini residunya baru diangkut ke TPA.  Kota Bogor sendiri mempunyai 30 lokasi TPS 3R dan 300 unit bank sampah untuk menjadi lokasi pemilahan sampah dari masyarakat. 

Pilah Sampah

Diakui Feby, kebiasaan memilah sampah memang harus dilakukan oleh masyarakat. Namun itu semua kembali pada pilihan masyarakat. Sebab jika tidak terpilah, 100 persen residu dihasilkan dari sampah. Sedangkan pada sampah terpilah hanya ada 20 persen residu saja yang masuk ke TPA.  Kabid ini menjelaskan jika sampah tidak terpilah, bisa menimbulkan banyak permasalahan. Mulai dari penyebab banjir, longsor tumpukan sampah, sumber penyakit bahkan terjadi pencemaran lingkungan. "Jika sampah tidak terpilah, membutuhkan waktu dan membutuhkan biaya yang besar untuk mengolahnya," sebutnya.

Ada beberapa cara pengelolaan sampah yaitu dengan pemilahan sampah tuntas di sumber. Dimana nantinya sampah organik bisa diolah lanjut menjadi komposter cair, komposter padat, maggot maupun bahan biopori. Sedangkan anorganik seperti plastik bisa masuk bank sampah untuk diolah agar memiliki nilai tambah atau didaur ulang. Untuk residu, baru dibuang ke TPA."Sampah domestik (rumah tangga) seperti sayur, buah, aneka daun bisa dimanfaatkan untuk budidaya maggot," tuturnya.

Tahun 2017, Pemkot Bogor sudah mulai mencoba pengelolaan sampah organik dengan budidaya maggot. TPS 3R Dinas LH mampu menghasilkan budidaya maggot dari sampah organik yang dikumpulkan dari beberapa restoran di sekitar. "Bagi masyarakat Kota Bogor yang ingin belajar budidaya maggot, bisa datang ke TPS 3R Paledang milik Dinas LHK Kota Bogor dan akan kami fasilitasi dengan telur maggot untuk bisa dikembangkan sendiri," tuturnya. Hasil panen maggotnya bisa menjadi pakan alternatif bagi ternak, maupun kasgot sebagai pupuk kompos yang relatif lebih singkat daripada kompos konvensional. 

Reporter : NATTASYA
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018