Gunung Ruang ketika normal
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Dengan ketinggian yang mencapai 725 mdpl, Gunung Ruang di Kepulauan Sangihe mungkin tidak mencuat tinggi, namun puncaknya masih menarik perhatian dari pulau-pulau sekitarnya, termasuk Tagulandang, Sitaro, dan bahkan Sulawesi Utara.
Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, telah dinyatakan dalam status awas karena potensi erupsi. Data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan aktivitas kegempaan yang cukup tinggi, dengan 944 kali kejadian dalam sehari, terutama gempa vulkanik dangkal.
Julius Rampolii, petugas Pos Pengamatan Gunung Ruang, menyatakan asap kawah utamanya memiliki warna putih dan kelabu, dengan intensitas tebal mencapai ketinggian 1.000 sampai 1.800 meter dari puncak.
PVMBG juga mencatat sebanyak 564 kali gempa vulkanik dangkal, 373 kali gempa vulkanik dalam, satu kali gempa tektonik lokal, dua kali gempa terasa, dan satu kali gempa tremor menerus.
Gunung Ruang, salah satu gunung api aktif di Sulawesi Utara (Sulut), telah mencatat sejarah letusan yang cukup sering. Letusan tercatat pada tahun 1603, 1808, 1810, 1840, 1870, 1871, 1874, 1889, 1904, 1905, 1914, 1915, 1946, 1949, dan yang terakhir pada 25 September 2002.
Erupsi terakhir ini terjadi setelah lebih dari 50 tahun masa istirahat, menghasilkan kolom letusan dengan ketinggian lebih dari 5 km di atas puncak. Bahkan, satelit mendeteksi ketinggian abu vulkanik hingga lebih dari 16 km.
Pada tahun 1808, Gunung Ruang meledak dari kawah pusatnya, menyebabkan seluruh tubuh gunung tertimbun oleh bahan letusan. Meskipun Pulau Tagulandang mengalami kerusakan di bagian barat dan selatan, beruntungnya tidak ada korban manusia. Kemudian, pada 27-28 Agustus 1870, terjadi erupsi yang cukup kuat, mengakibatkan kerusakan total Pulau Ruang, dengan rumah, hewan, dan tumbuhan semuanya hancur.
Pada tahun 1871, erupsi dimulai dengan gempa yang terasa kuat di pertengahan Februari, diikuti oleh longsoran di puncak pada 2 Maret.
Pada malam 3 Maret, suara gemuruh seperti erupsi terdengar di udara, diikuti oleh gelombang pasang yang melanda pantai Tagulandang.
Gelombang pertama, dengan tinggi diperkirakan hingga 25 meter, menewaskan 300 sampai 400 orang di Buhias, dengan gelombang kedua menyusul tak lama kemudian.
Erupsi Gunung Ruang terjadi kembali pada 9 dan 14 Maret, menyebarkan batu dan pasir. Pada 15 November 1874, erupsi hebat terjadi, menyemburkan abu dan batuan pijar, dengan asap erupsi membumbung dari kawah. Longsoran turun di sepanjang lereng gunung, menyebabkan kerusakan tanaman dan pembakaran rumah penduduk.
Erupsi Gunung Ruang pada tahun 2002 merupakan peristiwa eksplosif yang menghasilkan kolom letusan setinggi sekitar 20 km, disertai dengan aliran awan panas yang melanda wilayah seluas 1,6 kilometer bujur sangkar. Sebanyak 1.200 warga harus diungsikan dan beberapa rumah warga hancur akibat erupsi tersebut.
Setelah periode tidur selama 13 tahun, Gunung Ruang kembali erupsi pada Maret 2015. Intensitas kegempaan fluktuatif, antara 25 hingga 30 kali dalam rentang waktu 5 hingga 6 jam.
Bahaya utama dari erupsi Gunung Ruang termasuk hempasan awan panas dan aliran lava yang dapat melanda seluruh pulau, serta jatuhnya bom vulkanik, lapili, dan abu yang masih panas ke pulau-pulau di sekitarnya. Bahaya lahar terbatas di Pulau Ruang.
Saat ini, pada Selasa (16/4/2024), Gunung Ruang kembali erupsi dengan mengeluarkan hujan batu dan awan panas.
Erupsi Eksplosif
Gunung Ruang termasuk dalam kategori gunung berapi kerucut, atau yang juga dikenal sebagai gunung berapi komposit atau stratovulkano.
Ciri khasnya adalah bentuk mengerucut dengan puncak yang curam dan lereng yang landai di bagian bawahnya. Hal ini disebabkan oleh lava dan abu vulkanik yang mengeras saat mencapai permukaan, membentuk gunung berapi dengan struktur yang khas.
Karenanya, erupsi Gunung Ruang tergolong erupsi eksplosif, yang terjadi setelah peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik dan pembentukan awan abu.
Erupsi eksplosif terjadi ketika magma yang lebih dingin dan kental, seperti andesit, mencapai permukaan.
Keberadaan lava yang kental dan kaya akan silika menyebabkan tekanan dalam meningkat saat gas-gas terlarut tidak dapat dengan mudah keluar, yang kemudian dapat mengakibatkan ledakan gas yang melontarkan pecahan batu dan lava ke udara.
Gunung Awu, yang berjarak 153 kilometer ke arah utara dari Gunung Ruang, juga kini dalam status siaga.
Meskipun telah mengalami beberapa peningkatan aktivitas, seperti kenaikan seismisitas terutama dalam bentuk gempa vulkanik, Gunung Awu belum meletus hingga aktivitasnya dinaikkan menjadi siaga pada 16 April 2024.
Selama periode 1-15 April 2024, aktivitas Gunung Awu didominasi oleh gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam.
Data dari PVMBG mencatat satu kali gempa frekuensi rendah, 284 kali gempa vulkanik dangkal, 71 kali gempa vulkanik dalam, 14 kali gempa tektonik lokal, dan 252 kali gempa tektonik jauh.