TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta----.Pembangunan pertanian 4.0 yang dicanangkan Kementerian Pertanian (Kementan) di Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), akhir Juni 2019 lalu sangat tepat diaplikasi ke petani milenial di sejumlah daerah. Bahkan, pembangunan pertanian berbasis teknologi 4.0 sangat mungkin diterapkan untuk mendorong terbentuknya pertanian presisi.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim) Chendy Tafakresnanto mengatakan, pertanian 4.0 memang diarahkan untuk petani-petani milenial. “ Kita sudah bentyk petani dan santri milenial di sejumlah daerah. Mereka selama ini telah diberi motivasi terkait dengan aplikasi inovasi teknologogi canggih,” kata Chendy, di Jakarta (23/7).
Menurut Chendy, generasi milenial ada kecenderungan tak mau bertani langsung di bawah terik matahari (berpanas-panas, red). Karena itu, petani milenial sangat tertarik dengan pertanian yang inovatif. “ Untuk itu, petani milenial harus didekatkan dengan sistem pertanian yang memanfaatkan teknologi canggih. Salah satunya adalah mekanisasi robotik yang saat ini dikembangkan Litbang Pertanian,” jelas Chendy.
Chendy juga mengatakan, untuk mengaplikasi pembangunan pertanian 4.0 dan mendorong terbentuknya pertanian presisi tak semuanya harus diaplikasi di Jawa. “Memang pada tahap awalnya harus dicari pilot project di Jawa dengan kondisi lahan datar. Nah, pelaksanannya ke depan bisa dilakukan secara bertahap,” ujar Chendy.
Menurut Chendy, pembangunan pertanian 4.0 yang mengarah pada terbentuknya pertanian presisi sudah dilakukan di Karawang, Jawa Barat . Di daerah tersebut ada lahan sekitar 1.000 ha yang dimanfaatkan sejumlah petani milenial untuk mengembangkan pertanian secara modern.
“Bahkan, yang dilakukan di Karawang itu tak sekadar pertanian presisi. Tapi sudah mencakup pertanian yang berbasis korporasi pertani mulai dari hulu-hilir,” jelas Chendy.
Chendy juga mengatakan, pertanian presisi yang berbasis korporasi pun juga ada regulasi dari pemerintah. Nah, pada tahun 2019 pertanian 4.0 yang mengarah ke pertanian presisi sudah dimulai.
Syarat Terbentuknya Pertanian 4.0
Menurut Chendy, untuk mewujudkan mimpi terbentuknya pertanian 4.0 yang mengarah pada pertanian presisi perlu beberapa persyaratan khusus. Salah satu syarat utamanya adalah, adanya irigasi teknis di suatu kawasan. Persyaratan lainnnya adalah, SDM atau petani juga terkontrol. Artinya, petaninya harus “melek” teknologi.
“Yang tak kalah pentig adalah, sistem regulasinya terkait prasarana dan sarana produksi jangan sampai telat,” ujar Chendy.
Chendy juga mengingatkan, untuk aplikasi teknologi 4.0 harus tepat sasaran. Sehingga, aplikasi teknologi harus efektif dan efisien. “ Misalnya, petani bisa nyebar benih dan pupuk yang tingkat efisiensinya bisa mencapai 60% dibanding dengan cara-cara manual,” kata Chendy.
Menurut Chendy, untuk mengaplikasi pertanian 4.0 yang mengarah pada pertanian presisisi harus dilakukan inventarisasi lahan terlebih dahulu. Artinya, lahan yang akan dimanfaatkan nanti cocok atau tidak. Proses selanjutnya adalah teknologi yang dimanfaatkan petani untuk meningkatkan hasil inovatif tidak?
“Kalau teknologinya hanya mampu meningkatkan hasil, tapi tak menguntungkan petani, itu bukan inovasi. Sehingga, teknologinya harus efektif dan efisien. Artinya, kalau inputnya 5 dan outputnya 10 itu baru inovatif karena ada unsur efisinya,” kata Chendy.
Chendy juga mengatakan, dalam mengaplikasi teknologi 4.0 menuju pertanian presisi, petani perlu dukungan benih unggul sesuai spesifikasi lokal dan musim. “Karena itu, benih unggul yang diperuntukkan ke petani kami harapkan varietasnya banyak dan sesuai spesifik lokal. Selain itu, petani juga harus memperhatikan agronomis daerahnya supaya tanamnya tumbuh dengan baik,” pungkas Chendy.