Rabu, 11 Desember 2024


Mengungkit Produksi Susu Ditengah Gempuran Produk Impor

19 Apr 2024, 11:56 WIBEditor : Yulianto

Kawal Produks? Susu Kemand?r?an Pangan dan Prote?n yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani di Jakarta, Rabu (17/4). | Sumber Foto:Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Di tengah gempuran produk impor, pemerintah saat ini terus mendorong peningkatan produksi susu dalam negeri. Berbagai stratagi pun dilakukan untuk mengakselerasi produksi susu. Ini menjadi peluang investasi bagi pelaku usaha.

Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Makmun mengatakan, dibandingkan penduduk di Asia Tenggara, konsumsi masyarakat Indonesia terbilang masih sangat rendah hanya sekitar 16 kg/kap/tahun jauh dibandingkan Vietnam 20 kg, Singapura 50,9 kg, Malaysia sebanyak 65 kg dan Thailand 44 kg. Bahkan Brunei,  konsumsi susunya sudah sangat tinggi hampir mencapai 130 kg/kap/tahun.

“Jika kita lihat secara umum konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, termasuk susu belum tinggi. Karena itu, konsumsi susu perlu digerakkan agar angka stunting menurun,” katanya Makmun saat Webinar Kawal Produksı Susu Kemandırıan Pangan dan Proteın yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani di Jakarta, Rabu (17/4).

Meski konsumsi susu masyarakat masih rendah, ternyata kebutuhan masih mayoritas dipasok dari luar negeri. Dengan kebutuhan susu IPS sebanyak 3,96 juta ton, produksi susu dalam negeri hanya memasok 0,84 juta ton, sehingga sisanya harus diimpor sebanyak 2,23 juta ton. Rendahnya produksi susu dalam negeri tidak lepas dari populasi sapi perah di dalam negeri yang hanya 513.557 ekor.

Makmun mengatakan, kebutuhan susu meningkat 6 persen per tahun, sedangkan kenaikan produksi susu hanya 1 persen pertahun. Artinya, peningkatan produksi tidak seimbang dengan peningkatan kebutuhan. :Ini peluang investasi untuk ternak sapi perah. Apalagi calon Presiden terpilih akan memprogramkan minum suus gratis,” katanya

Saat ini produksi susu Indonesia dihasilkan dari 84 IPS dalam bentuk susu UHT. Dari jumlah tersebut 14 IPS bermitra dan menyerap susu segar dari peternak. Karena itu, kemitraan ini yang harus digerakkan untuk meningkatkan produksi susu di dalam negeri.

Untuk meningkatkan produksi susu segar di dalam negeri, Makmun menjelaskan, pemerintah akan melakukan akselerasi pemasukan sapi perah dari Brazil. Untuk itu, kini telah diusulkan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pemasukan Ternak dan/atau Produk Hewan dalam Hal Tertentu yang Berasal dari Negara atau Zona dalam Suatu Negara Asal Pemasukan.

Selain itu menurut Makmun, perlu harmonisasi peraturan. Diantaranya, revisi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2023 tentang Persyaratan Pemasukan Ternak dalam Hal Tertentu yang Berasal dari Negara atau Zona dalam Suatu Negara Asal Pemasukan.

Klaster Sapi Perah

Pemerintah saat ini sudah menyusun Model Pengembangan Klaster Sapi Perah. Dalam model ini pemerintah mendorong pembentuk korporasi yang nantinya dapat melakukan pengadaan sapi perah, penyediaan konsentrat, manajemen klaster, pendampingan teknis, penjamin pinjaman atau avalis, serta memberikan pelayanan reproduksi dan kesehatan hewan.

Korporasi ini akan memberikan fasilitas dan binaan kepada peternak atau kelompok ternak yang memiliki 5-10 ekor sapi perah. Selain itu juga menyediakan lahan HPT (rumput/jagung) yang mana tiap 1 ha lahan untuk 8 ekor sapi.

”Model ini sebagai bentuk yang boleh diikuti. Namun bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Kami berharap dengan membuat klaster produksi susu merata di seluruh Indonesia dan nantinya akan tumbuh industri hilir dekat klaster tersebut,” katanya.

Pemerintah sebenarnya telah membuat cetak biru persusuan nasional. Baca halaman selanjutnya.

BAGI SAHABAT SINAR TANI YANG TELAH MENGIKUTI WEBINAR INGIN MENDAPATKAN MATERI DAN E SERTIFIKAT KLIK LINK DI BAWAH INI:

Link Materi WEBINAR : Klik Disini !!!

Link e Sertifikat WEBINAR: Klik Disini !!!

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018