Rabu, 30 April 2025


Peternak Perlu Paham Teknologi Pakan dan Digitalisasi untuk Menjawab Tantangan Industri Perunggasan

16 Jan 2025, 10:29 WIBEditor : Gesha

Peternak kini harus menguasai teknologi pakan dan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi, kualitas produk, serta menghadapi tantangan besar di industri perunggasan yang terus berkembang pesat.

TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor -- Peternak kini harus menguasai teknologi pakan dan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi, kualitas produk, serta menghadapi tantangan besar di industri perunggasan yang terus berkembang pesat.

Seminar nasional yang digelar Kamis 16 Januari 2025 oleh Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI) menjadi panggung diskusi strategis untuk mendorong transformasi industri perunggasan nasional.

Acara ini menghadirkan pembicara terkemuka seperti Dr. Nasril Surbakti, PhD, VP Feed Technology dari PT Charoen Pokphand Indonesia; Eng. Allah Nawaz, Global Business Development Head dari Poulta Inc.

Hingga Ahmad Komara, Direktur Supply Chain, QA, & Regulatory Affairs PT So Good Food (Japfa Group).

Ketiga narasumber tersebut menyuguhkan perspektif beragam, dari inovasi teknologi hingga keberlanjutan, guna memperkuat posisi industri perunggasan Indonesia.

Dr. Nasril Surbakti membuka diskusi dengan menyoroti pentingnya teknologi pakan dalam meningkatkan produktivitas.

Menurutnya, inovasi dalam produksi pakan tidak hanya membantu mengatasi tantangan seperti fluktuasi harga bahan baku, tetapi juga menjadi solusi untuk menciptakan produk unggas yang berkualitas dan ramah lingkungan.

“Dengan inovasi yang kami kembangkan, tantangan seperti fluktuasi harga bahan baku bisa diatasi. Teknologi pakan juga menjadi kunci untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan industri,” ungkap Dr. Nasril.

Ia menambahkan bahwa kualitas pakan memiliki korelasi langsung dengan kualitas daging dan telur yang dihasilkan.

Teknologi pakan modern, menurutnya, menjadi jawaban atas kebutuhan protein masyarakat yang terus meningkat.

Langkah ini juga mendukung upaya Indonesia dalam mengentaskan stunting dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat.

Digitalisasi Peternakan

Sesi berikutnya diisi oleh Eng. Allah Nawaz, yang membawakan materi tentang Otomatisasi dan Digitalisasi Farming.

Dalam presentasinya, ia memaparkan potensi besar teknologi seperti Internet of Things (IoT), artificial intelligence (AI), dan big data dalam merevolusi cara kerja peternakan unggas modern.

“Digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan,” ujar Allah Nawaz.

“Dengan IoT, peternak dapat memantau kondisi peternakan secara real-time, mulai dari suhu kandang hingga pola makan unggas. Ini membantu mereka membuat keputusan yang lebih cepat dan tepat," tambahnya.

Ia juga menjelaskan bahwa digitalisasi mampu mengurangi risiko kerugian akibat penyakit atau perubahan lingkungan, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.

Menurutnya, teknologi ini menjadi langkah strategis untuk menciptakan peternakan unggas yang lebih tangguh, produktif, dan berkelanjutan.

Keberlanjutan dalam Rantai Pasok

Ahmad Komara dari Japfa Group mengakhiri diskusi dengan membahas pentingnya keberlanjutan dalam rantai pasok industri perunggasan.

Ia menegaskan bahwa keberlanjutan tidak hanya berfokus pada aspek lingkungan, tetapi juga memastikan produk unggas dapat diakses oleh masyarakat luas dengan harga yang terjangkau.

“Kita harus memastikan bahwa setiap tahap dalam rantai pasok, dari peternakan hingga ke meja makan, dilakukan dengan efisien. Hal ini tidak hanya menekan biaya, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan,” ujar Ahmad Komara.

Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi sangat penting untuk menciptakan ekosistem industri perunggasan yang sehat dan kompetitif.

Ia juga menekankan pentingnya inovasi dalam logistik dan distribusi untuk menjaga kualitas produk unggas hingga sampai ke konsumen.

Transformasi Industri Perunggasan

Seminar ini menegaskan peran strategis industri perunggasan dalam mendukung program gizi nasional.

Dengan fokus pada digitalisasi, efisiensi, dan keberlanjutan, sektor ini diharapkan mampu menjadi solusi utama untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat sekaligus mendukung pengentasan stunting di Indonesia.

Langkah-langkah yang diusulkan, seperti pemanfaatan teknologi pakan, otomatisasi peternakan, dan optimalisasi rantai pasok, membuka peluang besar bagi Indonesia untuk bersaing di pasar global.

Melalui kolaborasi lintas sektor, MIPI optimis membawa industri perunggasan nasional menuju masa depan yang lebih cerah.

“Semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun akademisi, harus berperan aktif dalam mewujudkan ekosistem perunggasan yang progresif, berdaya saing, dan mendukung kesejahteraan masyarakat,” tutup Prof. Arnold P. Sinurat, PSD, Presiden MIPI. 

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, MIPI terus berkomitmen untuk mendorong revolusi industri perunggasan Indonesia, menjadikan protein asal unggas sebagai pilar utama dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Reporter : Nattasya
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018