Selasa, 18 Februari 2025


Perdagangan Indonesia-Korsel Capai Rp 299,3 Miliar, Fokus Pertanian dan Pangan di 2025

20 Jan 2025, 14:10 WIBEditor : Gesha

Nilai Perdagangan Indonesia-Korea Selatan tembus Rp 299,3 miliar pada 2024. Menyongsong 2025, fokus kerjasama akan diarahkan pada sektor pertanian dan pangan untuk memperkuat ekonomi kedua negara.

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta - Nilai Perdagangan Indonesia-Korea Selatan tembus Rp 299,3 miliar pada 2024. Menyongsong 2025, fokus kerjasama akan diarahkan pada sektor pertanian dan pangan untuk memperkuat ekonomi kedua negara.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi, mengungkapkan bahwa nilai perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan tercatat mencapai 18,3 juta dolar AS atau sekitar Rp 299,3 miliar pada periode Januari hingga November 2024.

Angka tersebut menggambarkan peningkatan yang signifikan dalam hubungan perdagangan kedua negara, yang menjadikan Korea Selatan salah satu mitra perdagangan utama Indonesia. 

"Total volume perdagangan bilateral mencapai 18,3 juta dolar AS pada bulan Januari hingga November tahun lalu," ujar Fajarini saat Forum Bisnis dan Bisnis Matching Indonesia-Korea Selatan yang diadakan di Jakarta Pusat pada Senin, 20 Januari 2025.

Forum ini menjadi momentum penting dalam mempererat hubungan ekonomi kedua negara dan membuka peluang baru bagi pengusaha Indonesia, terutama dalam sektor ekspor.

Fajarini juga menambahkan bahwa Korea Selatan menjadi salah satu negara yang berperan besar dalam meningkatkan sektor investasi di Indonesia.

Pada 2023, sektor investasi Korea Selatan di Indonesia menyentuh berbagai bidang seperti manufaktur, ekonomi digital, serta energi terbarukan.

Ke depannya, harapan besar diletakkan pada sektor-sektor strategis seperti pembangunan infrastruktur, pangan, kendaraan listrik, pertanian, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

“Di antaranya bidang pembangunan infrastruktur, pangan, kendaraan listrik, pertanian dan peningkatan kapasitas SDM untuk pembangunan berkelanjutan,” tambahnya.

Implementasi perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Korea Selatan juga menjadi faktor penting dalam membuka dan memperluas peluang kerja sama antara kedua negara.

Fajarini menjelaskan bahwa perjanjian tersebut memberikan ruang yang lebih besar bagi pelaku bisnis di Indonesia untuk mengakses pasar Korea Selatan, yang sudah dikenal memiliki ekonomi maju dan potensi besar dalam berbagai sektor.

“Melalui acara ini akan membuka jalan bagi hubungan yang lebih erat dan kemitraan yang saling menguntungkan,” kata Fajarini, menegaskan pentingnya forum bisnis seperti ini dalam memperkuat komitmen bilateral.

Forum bisnis ini sendiri diinisiasi oleh ASEAN Korea Center (AKC) dan Korean Importers Association (Koima) sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mendukung pelaku usaha Indonesia, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dalam memperluas pasar ekspor mereka.

Target 2025

Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor Indonesia pada tahun 2025 dapat meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang berarti total kegiatan ekspor pada 2025 diperkirakan akan mencapai US$ 283,22 miliar.

Target tersebut tidak datang begitu saja. Fajarini menyebutkan bahwa pencapaian tersebut akan dilakukan secara bertahap.

“Harapannya bisa mendukung pertumbuhan ekonomi 8%,” ujarnya, menegaskan bahwa target tersebut bukan hanya untuk meningkatkan angka ekspor, tetapi juga untuk mendongkrak perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Ada dua strategi utama yang dijalankan untuk mencapai target ekspor tersebut.

Strategi pertama adalah peningkatan nilai ekspor pada pasar eksisting melalui berbagai forum kerja sama, seperti Forum Bisnis dan Bisnis Matching Indonesia-Korea Selatan.

Forum ini bertujuan mempertemukan pelaku usaha dari kedua negara untuk berdiskusi dan berkolaborasi, yang diharapkan dapat menciptakan peluang baru serta membuka pasar-pasar yang lebih luas bagi produk-produk Indonesia.

Strategi kedua adalah memperluas pasar ekspor Indonesia dengan menjajaki pasar nontradisional, seperti Afrika bagian selatan dan Timur Tengah.

Pemerintah menyadari bahwa diversifikasi pasar sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional yang sudah jenuh.

Dengan demikian, menjajaki pasar baru yang potensial menjadi salah satu langkah strategis untuk memastikan pertumbuhan ekspor Indonesia yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Susanto menyampaikan target ekspor untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada 2025 yang diperkirakan akan mencapai US$ 19,33 miliar atau sekitar Rp 312,95 triliun.

Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, yakni 9,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

UMKM di Indonesia menjadi sektor yang sangat penting karena memiliki peran besar dalam perekonomian nasional dan penciptaan lapangan kerja.

Dalam hal kinerja ekspor Indonesia, pada periode Januari-November 2024, Indonesia berhasil mencatatkan ekspor senilai US$ 241,25 miliar, yang tumbuh sebesar 2,06 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Angka ini terdiri dari ekspor migas yang mencapai US$ 14,34 miliar dan ekspor nonmigas sebesar US$ 226,91 miliar.

Sektor nonmigas menjadi pilar utama dalam perekonomian Indonesia, di mana sekitar 78,8 persen dari total ekspor nonmigas berasal dari industri pengolahan.

Tak hanya itu, Budi Susanto juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 5,1-5,2 persen.

Namun, yang lebih penting, Indonesia diharapkan dapat terus mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun ke depan dan mencapai angka 8 persen pada 2029.

“Pertumbuhan ekonomi ini diharapkan terus meningkat dalam lima tahun ke depan dan mencapai 8 persen pada 2029,” ujarnya, menekankan pentingnya pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bagi masa depan Indonesia.

Reporter : Nattasya
Sumber : Kemendag
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018