Minggu, 19 Mei 2024


Guru Besar IPB : Sasaran Pangan Seharusnya Bukan Hanya Swasembada

13 Apr 2022, 11:04 WIBEditor : Gesha

Petani dan hasil panennya | Sumber Foto:ISTIMEWA

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Tantangan pangan Indonesia di masa depan dipastikan akan semakin kompleks. Karenanya, Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof. Tajuddin Bantacut berharap sasaran pangan Indonesia bukan hanya Swasembada semata.

"Ada bahaya pangan yang harus dihadapi (Indonesia) kalau tidak hati-hati (dalam memproduksi dan mengelola pangan). Mulai dari alami (perubahan iklim, hama penyakit dan lainnya), hingga perdagangan internasional," sebut Prof Tajuddin dalam Webinar  "Menjawab Tantangan Pangan Masa Depan" yang digelar TABLOID SINAR TANI, Rabu (13/04).

Prof Tajuddin mencontohkan negara-negara lain yang sudah mulai melakukan perubahan terkait ketersediaan pangan untuk menghadapi tantangan masa depan. "China misalnya sudah mulai meningkatkan pertanaman jagung untuk kepeluan bioetanol, Brazil pun mengolah tebu untuk bioetanol , Thailand sudah kembangkan bioenergi dari bioetanol. Sedangkan Indonesia masih ketergantungan kepada mereka untuk beberapa komoditas," tambahnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Prof Tajuddin berharap agar setiap program pertanian di dalam negeri tak hanya bermuara pada swasembada semata. "Seharusnya membangun pertanian Indonesia untuk komersial dan sehebat-hebatnya dan terjangkau bagi masyarakat serta dikuasai oleh negara. Seharusnya Indonesia berpotensi untuk memberikan pangan bagi dunia," tuturnya.

Menurutnya, dengan perubahan visi seperti ini bisa memberikan pengerahan daya upaya yang maksimal untuk menghasilkan pangan dalam negeri dan untuk pangan dunia. "Termasuk penyuluh yang menjadi rantai produksi pangan di Indonesia," tambahnya.

Seperti diketahui, swasembada menjadi target utama pemenuhan ketahanan pangan yang dicirikan dengan terpenuhinya pangan bagi setiap individu yang cukup, aman, bergizi dan terjangkau. Swasembada pangan khususnya beras penting karena berperan dalam menjaga stabilitas politik, sosial ekonomi dan budaya. Namun, keberlanjutan swasembada beras di masa mendatang menghadapi banyak tantangan akibat peningkatan produksi beras tidak secepat peningkatan kebutuhan beras. 

Tantangan dari sisi produksi beras juga mempengaruhi seperti  konversi sawah, kerusakan irigasi dan pengaplikasian pupuk dan benih unggul bersertifikat belum sesuai rekomendasi. Tantangan lain adalah puso akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)/Dampak Perubahan Iklim (DPI), tingginya lossses pascapanen, dan rendahnya rendemen. 

 

 

Reporter : NATTASYA
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018