Minggu, 19 Mei 2024


Tantangan Masa Depan, Rekomendasi Strategis Untuk Bapanas/NFA

14 Apr 2022, 21:04 WIBEditor : Gesha

Badan Pangan Nasional | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Tantangan pangan Indonesia di masa depan dipastikan akan semakin kompleks. Karenanya, Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) perlu mengambil langkah-langkah strategis dan nyata.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB University), Prof. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut dalam Webinar “Menjawab Tantangan Pangan Masa Depan” yang digelar TABLOID SINAR TANI, Rabu (13/04), mengatakan akan ada bahaya pangan yang harus dihadapi (Indonesia) kalau tidak hati-hati (dalam memproduksi dan mengelola pangan). “Mulai dari alami (perubahan iklim, hama penyakit dan lainnya), hingga perdagangan internasional,” sebutnya.

Prof. Tajuddin mencatat, ada beberapa masalah pangan pokok yang terjadi saat ini dan bisa berkembang hingga masa depan. Pertama, Permintaan lebih basar dari pada pasokan dan fluktuasi harga akan semakin sering terjadi. Kedua, produksi yang semakin terbatas pada daerah tertentu sementara pasar semakin menyebar. Ketiga, fluktuasi produksi semakin sering karena adanya masalah logistik dan distribusi.

Keempat, gejolak harga dan dinamika pasar tidak terkendali. Kelima, stok bahan pangan semakin tidak dapat diprediksi dan data pendukung lemah. Keenam, sistem logistik semakin tidak efisien. Ketujuh, stok dan Peran Pemerintah yang tidak efektif.

Solusi

Tajuddin menawarkan solusi jangka pendek hingga panjang. Dalam jangka pendek, pemerintah harus mengisi kekurangan pasokan melalui pengadaan lokal dan impor melalui perencanaan matang sesuai dengan data supply dan demand.

Solusi jangka pendek lainnya dengan mempersingkat kebijakan dan pengambilan keputusan pengadaan dan distribusi yang terencana dengan baik dan respon cepat. “Dengan adanya Bapanas/NFA ini, pasar tidak perlu ribut karena kurang. Tinggal tambahkan secukupnya sesuai kebutuhan,” tuturnya

Solusi jangka menengah, solusinya memperkuat jaringan sumber dan pengadaan dan Bapanas/NFA harus memiliki data terkini dan akurat untuk perencanaan antisipatif, menjadi institusi yang memutuskan pengadaan dan distribusi pangan. “BULOG juga harus ditugasi sebagai operator tunggal pemerintah,” katanya.

Sementara solusi jangka panjang, Tajuddin menyarankan agar Bapanas/NFA meningkatkan volume bisnis dan kontrol pasar menggunakan stok dinamis dan mobile. Pemerintah saat ini memiliki, mengendalikan dan menguasai 20 persen pasar pangan pokok dan penting.

“Misalnya, Bulog ditugaskan berbisnis 20 persen beras, 20 persen kedelai. Dapat pembiayaan dari mana saja, dan menyalurkannya daripada hanya menjadi iron stock (cadangan beras) yang tersimpan saja di gudang dan keluar biaya simpan, tanpa diketahui kapan keluarnya (sampai beras rusak),” tuturnya.

Karenanya, Prof Tajuddin melihat kerjasama apik antara Bapanas/NFA bersama Bulog yang menjadi operator tunggal pemerintah bisa saling mendukung. “Ketika kita belum mampu mendekati atau sama dengan permintaan, maka keterlibatan pemerintah masih tinggi dan kuat. Pangan adalah hajat orang banyak,” jelasnya.

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018