TABLOIDSINARTANI.COM, Lampung Selatan --- Banyak cara sejumlah Pokdakan atau Pokanri mendapatkan bahan baku pakan mandiri. Seperti yang dilakukan Pokdakan Mandiri Sentosa, Desa Marga Agung, Kec. Jati Agung, Kab.Lampung Selatan ini tak hanya memanfaatkan ikan rucah, dedak, tepung jagung dan vitamin sebagai bahan baku pakan mandiri. Bahkan, mereka memanfaatkan tumbuhan indigofera sebagai bahan baku pakan mandiri yang kandungan proteinnya 27,5%.
"Ada banyak bahan baku lokal untuk membuat pakan mandiri. Selain tepung ikan (dari ikan rucah), jagung, dedak, vitamin, kami juga memanfaatkan indigofera yang biasanya digunakan untuk pakan ternak," kata pendamping Poktan Mandiri Sentosa, Suroto, di Lampung Selatan, Rabu (25/9).
Menurut Suroto, formulasi pakan mandiri yang dikembangkan Pokdakan Mandiri Sentosa tak hanya dari protein hewani tapi juga nabati (indigofera), sehingga kualitas pakan yang dihasilkan cukup bagus. "FCR pakan yang kami buat 1:1, kadar proteinnya 34,7%," ujarnya.
Suroto mengaku, tiap hari sudah mampu memproduksi pakan mandiri 2 kwintal. Selama ini pakan ikan yang diproduksinya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya yang sebanyak 20 orang dengan luas kolam 838 meter persegi. "Semuanya untuk memenuhi kebutuhan pakan lele. Jenis pelletnya berupa pellet tenggelam," ujarnya.
Dia juga mengatakan, pakan mandiri berbahan baku lokal ini kalau dijual harganya antara Rp 6.000-Rp 7.000/kg." Penggunaan pakan mandiri berbahan baku lokal ini sangat membantu pembudidaya. Selain bisa menekan cost budidaya, pembudidaya di sini bisa panen lele tiap 2 bulan sekali," paparnya.
Untung Berlipat
Suroto mengakui, pembudidaya yang memanfaatkan pakan mandiri margin keuntungannya bisa dua kali lipat dibanding ketika menggunakan pakan pabrikan. Untuk budidaya lele yang ditebar di kolam sebanyak 2.000 ekor, dalam waktu 2 bulan bisa panen sekitar 1,5 kwintal.
Menurut kalkulasi Suroto, dengan harga lele Rp 16 ribu/kg, pembudidaya bisa meraup untung Rp 2,4 juta/musim. Apabila dikurangi dengan biaya pakan dan benih sekitar Rp 1,3 juta/musim, pembudidaya masih mendapatkan keuntungan Rp 1,1 juta/musim (2 bulan).
Suroto juga mengungkapkan, kalau pembudidaya menggunakan pakan pabrikan yang harganya minimal Rp 10 ribu/kg, maka pembudidaya hanya mendapatkan margin keuntungan Rp 560 ribu/musim. "Jadi, kalau menggunakan pakan mandiri margin keuntungannya bisa dua kali lipat," pungkasnya.