Minggu, 19 Mei 2024


Berkat Mekanisasi, Produktivitas Padi di Ngawi Naik 8 Ton/Ha

24 Jun 2019, 16:51 WIBEditor : Gesha

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi, Marsudi mengatakan program luas tambah tanam (LTT) dan mekanisasi pertanian, berdampak positif terhadap produktivitas padi petani. | Sumber Foto:TABLOID SINAR TANI

“Kalau dulunya dalam ubinan hanya 6-7 ton/ha, saat ini rata sudah mencapai 8 ton/ha (GKP),” ujar Marsudi.

 

TABLOIDSINARTANI.COM, Ngawi --- Berkat kolaborasi dan kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten (Pemkab) Ngawi dalam mengimplementasikan program peningkatan produksi padi melalui program luas tambah tanam (LTT) maupun mekanisasi pertanian, akhirnya mampu mendorong peningkatan produktivitas  petani padi di Kab. Ngawi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi, Marsudi kepada tabloidsinartani.com mengatakan, keberhasilan Kabupaten Ngawi dalam merealisasikan program luas tambah tanam (LTT) dan mekanisasi pertanian, berdampak positif terhadap produktivitas padi petani. 

“Produktivitas  padi petani di Ngawi saat ini rata-rata sebanyak 8 ton/ha (GKP). Bahkan, pada musim tanam (MT I) tahun ini  di sejumlah kecamatan ada yang produktivitasnya mencapai 10 ton/ha (GKP),” kata Marsudi, di Ngawi, Senin, (24/6).

Menurut Marsudi, Kabupaten Ngawi, merupakan salah satu sentra padi yang hingga kini menjadi tumpuan produksi padi di Jawa Timur (Jatim). Karena itu, Dinas Pertanian Kab. Ngawi hingga saat ini terus melakukan percepatan tanam dengan alat dan mesin pertanian (alsintan). Sehingga petani Ngawi bisa tanam dan panen 3 kali/tahun.

“Kalau ada sejumlah sawah yang kebetulan tak ada fasilitas irigasi bisa menggunakan pompa air. Kalau memang tak memungkinkan untuk tanam padi, petani masih bisa tanam palawija seperti jagung dan kedelai pada musim kemarau, seperti yang terjadi saat ini,” papar Marsudi.

Marsudi juga mengatakan, selain penggunaan alsintan, bantuan pemerintah seperti pupuk (bersubsidi) dan benih juga menjadi faktor  pendorong meningkatnya produktivitas padi petani. “Kalau dulunya dalam ubinan hanya 6-7 ton/ha, saat ini rata sudah mencapai 8 ton/ha (GKP),” ujar Marsudi.

Data Dinas Pertanian Kab. Ngawi menyebutkan,  lahan baku sawah di Kab. Ngawi saat ini seluas 50.197 ha. Target luas tambah tanam  pada tahun 2017 lalu sebanyak  85.392 ha.

Dari target luas tambah tanam (LTT) tersebut sampai akhir tahun 2017 lalu sudah tercapai. Bahkan, pada  tahun 2018, dari target LTT sebanyak 133.438 ha, sampai akhir  tahun 2018 sudah  tercapai sebanyak  134.507 ha.

Menurut Marsudi, bertambahnya LTT pada tahun 2018 juga berdampak signifikan terhadap peningkatan produksi padi petani. “Awal Juni tahun 2019 sejumlah sawah di Ngawi sudah mulai panen. Bahkan, jelang akhir Juni 2019 sudah panen raya.  IP di Ngawi saat ini sudah 2,7,” kata Marsudi.

Marsudi juga mengatakan, dari lahan baku di Ngawi pada MT I (November/Desember tanam dan Januari/Februari  panen,red) dan MT II (Maret/April tanam dan Juni/Juli panen) bisa tanam 3 kali 100 %.

Namun, pada musik kemarau (MK, Juli/Agustus) yang bisa tanam 3 kali hanya sekitar 60%.

Berdayakan UPJA

Untuk mengembangkan mekanisasi pertanian di Ngawi, Dinas Pertanian Kab. Ngawi bekerjasama dengan kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) untuk membentuk unit pelayanan jasa alsintan (UPJA). Bantuan alsintan dari pemerintah ini akan dikelola langsung UPJA.

“Melalui UPJA tersebut, anggota poktan maupun gapoktan bisa menyewa alsintan untuk olah lahan hingga panen,” jelas Marsudi.

Marsudi juga mengatakan, sudah banyak alat dan mesin pertanian (alsintan) yang diberikan ke petani. Bahkan, jumlah traktor roda (TR 2) yang swadaya di Ngawi ini jumlahnya sekitar 5 kali lipat dari jumlah bantuan TR 2 yang diberikan ke petani.

Bantuan alsintan tersebut, lanjut Marsudi, berdampak signifikan terhadap olah lahan petani. Artinya, olah lahan petani jadi lebih cepat, tanam lebih cepat dan panen juga lebih cepat.

“Penggunaan alsintan juga lebih efektif dan efisien. Saat panen dengan combine harvester tingkat kehilangan hasilnya sangat rendah. Sehingga, penggunaan alsintan ini juga berdampak terhadap peningkatan produksi padi,” kata Marsudi.

Menurut Marsudi, alsintan yang dikelola sejumlah gapoktan melalui UPJA di Ngawi tak hanya berperan dalam mewujudkan modernisasi pertanian, tapi juga sebagai sumber usaha baru bagi petani

“Tak sedikit petani yang bergabung mendirikan UPJA dan menjalankan usaha sewa alsintan mendapat untung dari usaha tersebut,” jelas Marsudi.

 

Reporter : Indarto
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018