Jumat, 26 April 2024


Yayat Priyati, Memberdayakan Mantan TKW

25 Peb 2015, 16:13 WIBEditor : Tiara Dianing Tyas

Mantan buruh migran, terutama Tenaga Kerja Wanita (TKW) kerap kesulitan mencari pekerjaan setelah tidak lagi bekerja di luar negeri. Peluang tenaga kerja tersebut justru ditangkap Yayat Priyati.

Sebagai pemilik kelompok usaha pengolahan hasil ternak P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya) Liseli, Sukabumi, Jawa Barat, Yayat memberikan jalan ke luar bagi TKW yang tak ingin lagi kembali bekerja di negeri orang lain.

Bekerjasama dengan WCC (Woman Crisis Center), P4S Liseli memberdayakan mantan buruh migran yang berasal dari Timur Tengah yang kesulitan mendapatkan pendapatan di kampung halaman. “Mereka kami ajarkan menjual produk-produk Liseli dengan sistem ambil barang dulu, setelah laku baru mereka bayar. Dengan demikian mereka dapat memperoleh keuntungan tanpa harus mengeluarkan modal yang besar,” kata Priyati.

Produk-produk yang dihasilkan Liseli antara lain yoghurt, dodol susu, abon ayam, abon puyuh, telur asin asap dan olahan susu lainnya seperti puding susu dan kue mangkuk ubi susu. Kegiatan usaha Liseli makin berkembang sejak digencarkan program “Gerimis Bagus” atau Gerakan minum susu untuk anak sekolah pada tahun 2006 di Sukabumi.

Tujuan dari Gerimis Bagus adalah untuk meningkatkan asupan gizi bagi anak sekolah. Namun, masih banyak anak yang tidak suka minum susu atau alergi terhadap susu, sehingga muncullah ide untuk mengolah susu menjadi yoghurt dan dikemas dalam kemasan stik yang menarik bagi anak-anak.

Dengan cara itu kata Priyati, anak-anak yang tidak suka minum susu atau alergi terhadap susu dapat mengkonsumsi secara aman. Apalagi yoghurt buatan P4S Liseli memiliki cita rasa yang enak dan aman bagi penderita lactose intolerance, tapi zat gizinya tidak berbeda dengan susu.

Usaha Liseli juga bertujuan meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah di Sukabumi mengingat wilayah Sukabumi merupakan sentra produksi susu. Dalam produksinya, Liseli menggunakan 100% produk susu lokal yang berasal dari Kabupaten Sukabumi. “Hingga kini kami mampu menyerap 25 persen produksi susu dari seluruh produksi di Sukabumi,” katanya.

Untuk produksi abon ayam dan telur asin asap, ungkap Priyati, Liseli membeli bahan baku dari peternak sekitar. Sedangkan bahan baku abon puyuh adalah burung puyuh afkir (yang sudah tidak bertelur) dan puyuh jantan dari peternak.

Inovasi Sendiri

Untuk proses produksi yoghurt, Priyati mengatakan, pihaknya menggunakan alat inkubator sendiri, yaitu sungkup pucuk jati yang merupakan hasil penelitian salah satu anggota Liseli. Alat ini pernah mendapatkan penghargaan dari BPOM tahun 2013 sebagai produk inovasi berdaya saing.

P4S Liseli juga memiliki laboratorium kecil untuk pemeriksaan susu segar dan hasil produk, terutama yoghurt. Dengan uji organoleptik dan uji laboratorium akan diketahui berat jenis, kadar alkohol dan keasaman. “Jika terdapat keganjilan baru diuji dengan mikroskop,” katanya.

Selain itu, lanjut Priyati, bibit yoghurt yang digunakan juga selalu dikonsultasikan dengan Balai Besar Penelitian di Cimanggu. Berdasarkan penelitian, produk yoghurt Liseli dapat bertahan selama dua hari jika disimpan dalam suhu ruangan. Bahkan bisa bertahan dua minggu jika dimasukkan dalam kulkas. Sedangkan jika disimpan dalam freezer dapat bertahan lebih dari dua bulan.

Produk-produk Liseli juga sangat ramah lingkungan. Sisa limbah dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pupuk organik ini juga menghasilkan keuntungan karena dapat dijual dengan harga Rp 5 ribu/botol.

Selain sebagai tempat produksi, lokasi Liseli juga sering menjadi tempat untuk pelatihan bagi para mahasiswa baik dari dalam maupun luar kota. Tia/Yul

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018