Di usia 80 tahun, Prof. Bungaran Saragih tetap jadi cahaya bagi agribisnis Indonesia. Pemikiran dan perjuangannya mengakar kuat dari desa, tumbuh ke kampus, lalu menginspirasi dunia.
TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor -- Di usia 80 tahun, Prof. Bungaran Saragih tetap jadi cahaya bagi agribisnis Indonesia. Pemikiran dan perjuangannya mengakar kuat dari desa, tumbuh ke kampus, lalu menginspirasi dunia.
Sosoknya tenang, senyumnya hangat, dan pemikirannya telah menjelma menjadi fondasi kebijakan agribisnis nasional.
Hari ini, Kamis (17/04) Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec. , genap berusia 80 tahun.
Di IPB International Convention Center, Bogor, ratusan tamu menghadiri forum penghormatan bertajuk “Revisit Pemikiran Agribisnis sebagai Dasar Strategi Re-Industrialisasi.”
Acara ini bukan sekadar selebrasi usia, melainkan refleksi perjalanan intelektual dan kontribusi beliau dalam membangun ekosistem pertanian berbasis ilmu pengetahuan, strategi industri, dan keberpihakan pada petani.
Dari Pematangsiantar
Lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, pada 17 April 1945, Bungaran tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi pendidikan.
Semangat belajar membawanya ke Fakultas Pertanian IPB, tempat ia meraih gelar insinyur (Ir) di bidang Ekonomi Pertanian pada 1971.
Ia lalu melanjutkan studi ke North Carolina State University, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Economics pada 1977 serta gelar Ph.D. di bidang Ekonomi dengan minor Sosiologi Pedesaan pada 1980.
Disertasinya yang berjudul "Economic Organization, Size, and Relative Efficiency: The Case of Oil Palm Plantations in Northern Sumatra, Indonesia” menandai awal kiprahnya sebagai pemikir agribisnis kelas dunia.
Karier Intelektual dan Pengabdian
Jejak langkah Prof. Bungaran Saragih dalam dunia pendidikan dan pemerintahan tak terbantahkan.
Dari kampus ke kabinet, ia menjalani semuanya dengan dedikasi tinggi dan visi yang jelas. Ia menjabat Direktur Pusat Studi Pembangunan IPB (1993–2000), Menteri Kehutanan dan Pertanian (2000–2001), serta Menteri Pertanian RI (2001–2004).
Ketika memimpin kementerian, Bungaran memperkenalkan pendekatan baru dalam pembangunan pertanian, yaitu agribisnis sebagai sistem.
Bukan hanya soal produksi, tetapi juga bagaimana petani terhubung dengan pasar, bagaimana produk pertanian punya nilai tambah, dan bagaimana desa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya di panggung pemerintahan, beliau juga aktif membangun ekosistem pemikiran di berbagai lembaga profesional dan korporasi.
Ia adalah President Commissioner PT Palma Serasih Tbk, Ketua Dewan Pembina PASPI , serta pernah menjadi Ketua Dewan Penasehat PGI (2005–2010).
Nama Bungaran pun tercatat sebagai dewan redaksi media pertanian seperti Agrina, Trobos, dan Infosawit.
Diakui Dunia, Dicintai Bangsa
Nama Bungaran Saragih tidak hanya harum di dalam negeri, tapi juga mendapat pengakuan dunia internasional.
Ia pernah menerima Presidential Award for Development Contribution dari Presiden RI pada 2001, serta Matsuda Award dari ISSAAS pada 2005.
Ia juga menyandang gelar Profesor Kehormatan dari dua universitas bergengsi yaitu George-August University di Jerman dan Tokyo Nodai University di Jepang.
Selain sebagai akademisi dan birokrat, ia dikenal sebagai pemikir dan penulis yang produktif.
Buku-bukunya menjadi referensi penting dalam studi agribisnis di Indonesia, sementara pidatonya di berbagai forum internasional sering menjadi rujukan kebijakan pembangunan pertanian di negara berkembang.
Keluarga: Pondasi Ketenangan
Di balik pencapaian besar itu, Bungaran adalah sosok keluarga yang hangat dan sederhana.
Bersama istri tercinta, ia membesarkan anak dan cucunya dalam nilai-nilai pendidikan, kerja keras, dan pelayanan.
Rumahnya bukan hanya tempat tinggal, tapi juga ruang diskusi, tempat lahirnya ide-ide yang kemudian membentuk kebijakan negara.
Bungaran sering menyebut keluarganya sebagai "pelabuhan paling damai" dalam hidupnya.
Di tengah kesibukan sebagai menteri atau akademisi, ia tetap menyempatkan waktu untuk berkumpul, membaca bersama, atau sekadar berjalan pagi.
Baginya, keluarga adalah kekuatan batin yang menjaga agar langkahnya tetap lurus dan hatinya tetap lembut.
Menanam Ilmu, Menuai Harapan
Dalam usia 80 tahun, Bungaran Saragih masih aktif menulis, berdiskusi, dan membimbing generasi baru.
Dalam sambutannya di acara ulang tahun ke-80, ia menegaskan kembali prinsipnya:
“Agribisnis adalah jalan panjang, bukan jalan pintas. Ia menuntut ilmu, etika, dan cinta tanah," tambahnya.
Ia percaya bahwa pertanian bukan sekadar urusan pangan, tapi juga martabat dan masa depan bangsa.
Karena itu, ia terus mendorong agar generasi muda tak malu menjadi petani, tak lelah belajar ekonomi, dan tak ragu membangun usaha dari akar rumput.
Warisan Bungaran Saragih bukan hanya jabatan atau penghargaan, melainkan jalan pikir.
Ia telah menanam benih ide dan nilai, dan kini bangsa ini tinggal merawat dan menuainya.
Selamat ulang tahun ke-80, Prof. Bungaran Saragih. Terima kasih telah menjadi pelita di jalan agribisnis Indonesia.