Senin, 29 Mei 2023


Maggot, Bisnis Unik dan Menarik

07 Sep 2022, 10:56 WIBEditor : Yulianto

Webinar Bimtek Trik Budidaya dan Peluang Bisnis Maggot | Sumber Foto:Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Sampah menjadi persoalan rumit yang kini dihadapi berbagai daerah, bahkan menjadi masalah besar bagi lingkungan. Karena itu harus ada jalan keluar untuk mengatasi masalah sampah tersebut. Salah satunya dengan mengembangkan maggot.

Meski berasal dari sampah atau limbah, maggot bisa menjadi peluang bisnis emas. Potensi pengembangan usaha dari maggot bukan hanya untuk pupuk organik, tapi juga pakan ternak. Bagi yang ingin menekuni budidaya maggot, biayanya pun relatif murah.

Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana cara budidaya maggot dan peluang bisnisnya, Tabloid Sinar Tani menyelanggarakan Webinar Bimbingan Teknis: Trik Budidaya dan Peluang Bisnis Maggot di Jakarta, Rabu (7/9). Bagaimana bisnis maggot?

Ketua Umum Paguyuban Peggiat Maggot Nusantara, M. Ardhi Elmeidian mengatakan, dalam pengembangan bisnis maggot BSF persoalan yang perlu diselesaikan adalah di bagian hulu. Untuk bagian hilir akan lebih mudah menyesuaikan jika persoalan hulu juga bisa terselesaikan. “Sekarang ini hulu belum begitu clear. Kalau hilir lebih siap, barang tersedia, maka hilir mudah membentuknya. Jadi dihulu perlu ada perbaikan,” kata Ardhi.

Persoalan di hulu yakni bahan baku (sampah dan limbah organik). Tidak kalah penting dibagian hulu yakni, regulasi pemerintah. Saat ini sebenarnya sudah ada UU No. 18 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah (PP) No. 81 Tahun 2012, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), termasuk Permen mengenai Bank Sampah.

Namun Ardhi melihat regulasi yang ada tersebut masih sangat kurang, karena belum menyinggung maggot BSF sebagai solusi konkrit pengurangan sampah organik, termasuk  Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur. “Contoh yang baik adalah di Kabupaten Banyumas. Di kabupaten tersebut Bupatinya sangat interaktif dengen merevisi Perda, sehingga pengolahan sampah cukup berhasil dan produksi maggot juga besar,” tuturnya.

Dalam bisnis maggot menurut Ardhi ada yang spesial yakni bahan bakunya limbah dan sampah. Karena itu, peran pemerintah cukup besar dalam mendorong bisnis ini, terutama mengenai lahan, infrastruktur, sarana dan prasarana dan operasional.

“Jadi kita harus sama-sama mendorong agar terbit peraturan mengenai pengembangan sampah dan maggot. Dari pada menunggu kebijakan, kami mulai saja dengan memberikan contoh,” katanya. Saat ini anggota Peguyuban Peggiat Maggot Nusantara telahmengelola sampah organik dapur (SOD) 80,9 ton/hari dengan hasil 14 ton/hari produksi maggot BSF.

Ragam Produk Maggot

Ketua P4S Harmani, Hendra Kurnia Harasjid juga mengakui, peluang usaha maggot memang cukup besar. Bukan hanya untuk pakan ternak, tapi juga dalam bentuk fresh maggot, dry maggot dan tepung maggot, bahkan minyak maggot. “Bahkan saat kami studi banding ke Jerman, maggot diolah menjadi makanan, seperti permen dan pasta. Namun di Indonesia memang ada pembatas seperti kehalalan,” ujarnya.

Dengan banyaknya manfaat dari maggot, Hendra mengatakan, kini telah berkembangan inovasi produk maggot. P4S Harmani kini telah membuat produk nutrisi berupa cairan untuk mempercepat pertumbuhan maggot, sehingga panen lebih cepat.  “Kalau masuk industri, standarnya harus mempunyai protein tinggi,” ujarnya.

Bagi pelaku usaha yang berminat ingin mengembangkan maggot, Hendra mengatakan, P4S Harmani tengah mempersiapkan paket waralaba budidaya maggot. Nanti pihaknya akan menyiapkan segala kebutuhan infrastruktur seperti bibitnya, kemudian P4S Harmani ekan membeli hasil panen. “Maggot ini peluang usaha yang bagus. Untuk peggiat maggot baru kami siap mendampingi hingga panen,” katanya.

Sementara itu, Ketua Unit Maggot Koperasi MSP Mojokerto, Santoso Bekti Wibowo mengatakan, pengembangan maggot merupakan salah satu upaya membangun kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah. “Sebelum ada koperasi, permasalahan sampah selalu mendapat demo dari masyarakat karena terkait bau, sehingga banyak permasalahan terkait TPA,” ujarnya.

Dengan membangun koperasi yang bersinergi dengan TPA, Santoso mengungkapkan, pihaknya memanfaatkan limbah di TPA tersebut. Untuk sampah organik, Koperas MSP membuat maggot, sedangkan sampah anorganik diolah menjadi pupping, genteng dan bahan bangunan lainnya.

Koperasi MSP saat ini berdiri di lahan seluas 6 ribu meter persegi dan mengelola sampah organik sebanyak 2,5 ton/hari dengan produksi maggot 2 kuintal/hari. Koperasi MSP juga mengelola lahan pertanian dan perikanan seluas 25 ha. Berlokasi di TPA Karang Dieng Kabupaten Mojokerto, Koperasi MSP menyiapkan tempat pendidikan maggot.

Dengan memproduksi pakan ikan dari maggot, Santoso mengakui, dapat menurunkan biaya untuk pakan ikan. Jika harga pakan ikan industri mencapai Rp 10 ribu/kg, maka pakan ikan dari maggot hanya Rp 5 ribu/kg. “Kami sudah menjalin kerjasama dengan industri pakan ternak untuk memasarkan produk,” katanya.

Santoso mengakui, memang masalah krusial. Diharapkan dengan apa yang dilakukan Koperasi MSP menjadi contoh, bukan hanya masyarakat umum, tapi juga pengusaha untuk memanfaatkan TPA di seluruh Indonesia. “Bagi pemula, kami menyediakan tempat dan waktu untuk belajar. Kami sangat terbuka. Seperti di negara maju, pengelolaan maggot sudah mengarah pada industri, tapi kita belum,” tambah Santoso.

Bagi Sahabat Tabloid Sinar Tani yang ingin mendapatkan materi dan e Sertifikat bisa diunduh di link bawah ini.

Link Materi : Materi Webinar Bimtek Trik Budidaya dan Peluang Bisnis Maggot

Link e Sertifikat : Materi Webinar Bimtek Trik Budidaya dan Peluang Bisnis Maggot

Link SINTA TV :

Reporter : Julian
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018