TABLOIDSINARTANI.COM, Wonosobo --- Stand Indonesia di Vietnam Food Expo yang diselenggarakan di Ho Chi Minh, Vietnam beberapa waktu lalu menjadi salah satu primadona. Salah satunya adalah berbagai olahan buah organik yang dipajang korporasi petani “Menara Pangan Desa” Wonosobo. Kepiawaian anak-anak muda Indonesia mempromosikan produksi mereka, berhasil menggandeng calon buyer dari berbagai negara.
Keberhasilan menembus pasar export di Vietnam tersebut merupakan peluang kedua menyusul keberhasilan mengexport chips salak dan nanas ke Kanada, yang telah dilakukan beberapa bulan lalu.
Menurut salah satu pengelola Korporasi Petani “Menara Pangan Desa” Danang Suwandono, menceritakan pembelian dari buyer Vietnam, Malaysia dan Singapura akan segera direalisasi setelah proses ISO 22000 dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) selesai.
Salah satu yang sedang dikerjakan adalah renovasi rumah produksi. Direncanakan pada bulan September minggu pertama telah selesai semuanya.
Seperti diketahui, HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) adalah sistem manajemen keamanan pangan yang didesain untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan risiko-risiko potensial yang terkait dengan produksi pangan.
Tujuan utama HACCP adalah untuk memastikan bahwa produk pangan diproduksi dengan standar keamanan yang tinggi, mengurangi risiko kontaminasi atau keracunan makanan, dan melindungi kesehatan konsumen.
Persyaratan HACCP melibatkan langkah-langkah sebagai berikut: Yang pertama adalah Identifikasi Bahaya (Hazard Analysis): Identifikasi semua bahaya yang mungkin timbul selama produksi, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi produk pangan. Bahaya ini bisa berasal dari bahan baku, proses produksi, lingkungan, dan lain-lain.
Selanjutnya adalah Identifikasi Titik Kritis yang Penting (Critical Control Points or CCPs): atau Identifikasi tahapan produksi yang kritis dalam mengendalikan atau menghilangkan bahaya yang telah diidentifikasi.
CCPs adalah titik-titik dalam rantai produksi di mana kontrol harus diterapkan dengan sangat hati-hati untuk menghindari risiko kesehatan.
Yang ketiga adalah Menetapkan Batas Kritis (Critical Limits)yaitu Menetapkan batasan yang jelas dan terukur untuk setiap CCP. Batas ini harus terpenuhi untuk memastikan produk aman. Misalnya, suhu penyimpanan yang aman untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen.
Membuat Sistem Pemantauan (Monitoring System), yang berupa mengembangkan metode pemantauan yang terukur dan terkontrol untuk memastikan bahwa batas kritis tetap terpenuhi pada setiap CCP. Ini melibatkan pengukuran, pengamatan, atau pengujian secara berkala.
Kemudian Tindakan Korektif (Corrective Actions), yaitu Menetapkan langkah-langkah yang harus diambil jika batas kritis tidak terpenuhi pada suatu titik. Tindakan ini harus mengoreksi masalah dan mencegah produk yang tidak aman mencapai konsumen.
Verifikasi atau Memastikan bahwa sistem HACCP berfungsi dengan baik dan efektif. Ini bisa melibatkan pengujian rutin, audit internal, atau pembandingan dengan standar industri.
Terakhir adalah Dokumentasi, semua langkah di atas harus didokumentasikan dengan baik. Ini termasuk catatan tentang identifikasi bahaya, CCPs, batas kritis, langkah-langkah pemantauan, tindakan korektif, dan hasil verifikasi.
HACCP sudah banyak dilaksanakan di Jawa Tengah, oleh Perusahaan atau lembaga yang menexport pangan keluar negeri.
Untuk memperkenalkan produk mereka ke publik, korporasi yang digawangi anak-anak muda ini aktif mengikuti pameran dan bazar. Pada bulan Agustus ini juga korporasi petani yang berada di Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah tersebut telah mengikuti Bazar Pangan Nasional yang diselenggarakan di Jakarta Expo Center.
Pada event tersebut produksi olahan pangan yang berupa bermacam chips buah organik cukup menarik perhatian. Bahkan Presiden Joko Widodo, Menko perekonomian Airlangga Hartarto berkenan mengunjungi stand untuk mendapat info kegiatan korporasi petani ini.
Ditanya tentang tantangan yang dihadapi, Danang menjawab kelangkaan bahan baku buah Nangka salah satunya. Buah Nangka berbuah musiman sedang permintaan pasar kontinyu harus ada setiap minggu.
“Kesulitan lain adalah mengurus perijinan itu, rumit, lama dan mahal ” katanya.
Keluhan Danang ini agaknya mewakili suara teman-teman korporasi petani lain juga. Mereka berharap adanya penyederhanaan prosedur perijinan, sehingga dapat ditempuh dengan mudah, cepat dan murah.
Terutama bagi korporasi petani yang baru tumbuh. Lembaga yang baru saja bertransformasi dari Gapoktan yang bersifat sosial edukasi, menjadi lembaga yang bersifat ekonomi komersial ini memeng masih perlu dituntun dan dibantu agar bisa berdiri tegak.