Es Krim Batok Kelapa
Industri kuliner di Indonesia terus berkembang. Berbagai kreatifitas bermunculan menghiasi persaingan dalam menjajakan usaha kuliner. Makin kreatif, konsumen pun kian penasaran.
Salah satu usaha kuliner adalah es krim. Di kota hujan, Bogor ada usaha es krim batok kelapa. Biasanya buah kelapa hanya disajikan sebagai minuman pelepas dahaga, ataupun pelengkap es buah.
Tapi kreatifitas anak muda Aldi, Alvi, Lulu dan Icha menjadikan buah kelapa sebagai atau sajian makanan penutup yang unik dan menarik. Empat pemuda-pemudi itu lalu mengembangkan bisnis es krim dengan nama Allucads atau Alluca dessert shop, yang terletak di Jalan Adnawijaya No. 110 Bogor Utara, Kota Bogor.
Bagi masyarakat Bogor mungkin tak heran mendengar nama itu, karena Alluca merupakan pioneer es krim kelapa pertama di Bogor. Alluca merupakan singkatan dari nama empat pendirinya.
Aldi mengatakan, usaha bersamanya ini berawal dari hobi kuliner makanan unik. Saat akan memulai usaha awalnya Lulu mencari informasi di internet mengenai makanan unik. Tak sengaja dia menemukan gambar makanan dengan wadah batok kelapa yang isinya jagung manis dan ketan. Sayangnya makanan itu hanya ada di Thailand.
Kemudian muncul ide membuat sebuah usaha yang sama seperti makanan Thailand tersebut. “Karena di Bogor belum ada makanan yang seperti itu, kami melihat ada peluang besar membuka usaha makanan yang sama. Tapi kami sesuaikan dengan lidah orang Indonesia,” ujarnya saat diwawancarai.
Usaha yang sudah dijalani selama sembilan bulan ini awalnya hanya berjualan di daerah kampus IPB Dramaga dengan menggunakan salah satu mobil pribadi. Namun, yang menjadi kendala adalah jarak antara kampus IPB dengan gerbang sangat jauh, sehingga masyarakat sulit mengenal.
Akhirnya mereka memutuskan pindah ke daerah Kampus Universitas Pakuan yang tempatnya cukup strategis. Awalnya mereka mencoba berjualan selama seminggu dan juga mengikuti bazar yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.
Respon konsumen pun sangat positif. Tiap hari laku lebih dari 200 porsi KOCI. Karena penjualan ini sangat menguntungkan, akhirnya pada 4 Juni 2015 mereka membuka store Alluca di sebuah ruangan berukuran 2 x 3 meter di jalan Adnawijaya. Konsumen juga dimanjakan dengan tempat duduk yang nyaman di halaman kios.
Namun, sekarang store kecil Alluca dialih fungsikan untuk pemesanan take away. “Kami ingin memberikan pelayanan yang maksimal agar konsumen lebih nyaman. Idul Adha kemarin kami baru membuka tempat yang berukuran lumayan dekat store kecil kami,” ujar Aldi.
Tak Sekadar Makanan Penutup
Sajian yang mereka buat merupakan dessert, dengan nama coconut dessert with ice cream and mochi atau yang lebih dikenal dengan sebutan KOCI. Meski disebut dessert atau makanan penutup, tapi yang Allucads sajikan tak hanya sebagai santapan penutup. Lebih dari bisa menjadi makanan ringan yang dapat dinikmati kapan saja.
KOCI ini merupakan dessert yang berisi daging kelapa muda, es krim, nata de coco, mochi dan ditambah topping pilihan konsumen. Sajian ini sangat unik, karena menggunakan batok kelapa sebagai wadah. Harganyapun terjangkau hanya Rp 18 ribu.
Aldi menambahkan, setiap harinya bisa menghabiskan 200-250 porsi KOCI atau sekitar 100-125 buah kelapa. Namun saat sepi pengunjung hanya habis 100-150 porsi KOCI.
Kelapa yang digunakan adalah yang muda dan dibudidayakan sehingga ukuran sama. Diambil dari pemasok kelapa yang berada di Bogor. “Pada awal usaha ini, kami memesan dari pasar. Namun ukuran kelapanya banyak yang tidak sesuai. Karena kebanjiran orderan kami mempercayakan kepada pemasok,” ujar Aldi lagi.
Meski kini juga bermunculan usaha yang mirip, setidaknya ada dua sampai tiga usaha yang sama persis. Aldi menganggap sebagai suatu yang wajar. Bagi mereka yang terpenting adalah menjaga kualitas rasa agar tidak berubah dan memberikan pelayanan yang lebih maksimal. “Jika semua dapat kami pegang, konsumenpun tentu akan kembali,” katanya.
Aldi berharap ke depan atau awal Maret sudah bisa mengembangkan usaha dengan konsep delivery. Sedangkan untuk pengembangan dalam bentuk kerjasama usaha, Aldi belum berniat untuk hal itu, karena usahanya belum menginjak setahun.
Menurut Aldi, jika usaha dengan teman-temannya ini sudah satu tahun, paling tidak bisa mengetahui kemungkinan apa yang akan terjadi selama satu tahun ke depan. “Daripada saya mengecewakan pihak yang ingin kerjasama, lebih baik saya tahan dulu untuk sementara,” paparnya. Sefti/Yul