Peta jalan peningkatan produksi susu
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi susu dan daging sapi nasional kini terus dikebut. Sejak Mei 2024, berbagai langkah strategis telah dilakukan, termasuk mengundang lebih dari 10 kali para stakeholder untuk mendorong investasi di sektor peternakan, baik skala besar, menengah, maupun kecil.
“Kami sudah melakukan mitigasi dan penyebaran investasi sapi perah, yang diharapkan dalam lima tahun ke depan bisa memberikan dampak signifikan,” ujar Ketua Kelompok Pengolahan Direktorat Hilirisasi Hasil Peternakan, Ditjen PKH Boethdy Angkasa saat webinar Generasi Emas Dimulai dari Meja Makan, beberapa waktu lalu.
Saat ini, Indonesia masih bergantung pada impor susu hingga 80%. Namun, dengan strategi yang diterapkan, pemerintah menargetkan swasembada susu dalam lima tahun mendatang. Apalagi, susu menjadi bagian program Makan Bergizi Gratis (MBG), sehingga makin meningkatkan permintaan.
Boethdy mengungkapkan, setidaknya ada tujuh hingga delapan pelaku usaha telah berkomitmen untuk mendatangkan sapi perah maupun sapi potong guna mendukung program swasembada daging dan susu. “Kami mengajak para pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam penyediaan sapi indukan dan meningkatkan produksi susu nasional,” tambahnya.
Namun, Boethdy mengakui, investasi di sektor peternakan, terutama sapi perah, membutuhkan kesiapan infrastruktur, termasuk lahan untuk hijauan pakan ternak. Pemerintah saat ini tengah bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga untuk memastikan ketersediaan lahan yang sudah ‘clear and clean’ bagi para investor.
Dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap impor susu dan daging, pemerintah juga mempercepat impor sapi perah dan sapi potong dari berbagai negara. Jika sebelumnya impor hanya dari Australia, Amerika Serikat, dan Selandia Baru, kini pemerintah mulai menjajaki opsi dari Brasil dan Meksiko untuk meningkatkan populasi sapi di Indonesia.
“Dalam lima tahun ke depan, kami menargetkan penambahan satu juta ekor sapi perah dan sapi potong melalui pelaku usaha yang telah berkomitmen dengan pemerintah,” katanya.
Pemerintah lanjut Boethdy juga mendorong pengembangan sentra-sentra peternakan sapi perah di luar Pulau Jawa. Beberapa investor telah menunjukkan minatnya untuk berinvestasi di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Tengah. Jika berjalan sesuai rencana, investasi ini akan mulai terealisasi pada tahun 2025.
Pemerintah telah merencanakan pemasukan sapi perah sebanyak 5.600 ekor pada 2025. Pada Maret tahun ini, sebanyak 3.160 ekor sapi perah akan mulai masuk. “Produksi dalam negeri harus ditingkatkan, karena konsumsi susu kita masih sangat rendah dibandingkan negara-negara lain. Dengan adanya program MBG, kami berharap anak-anak sekolah semakin terbiasa minum susu segar,” tambahnya.
Dengan adanya strategi penambahan populasi sapi perah, diharapkan pada 2029 ketergantungan terhadap impor susu bisa ditekan secara signifikan. Pemerintah menargetkan, pada tahun tersebut, impor susu hanya tinggal 30?ri total kebutuhan nasional.
Dari sisi daging sapi, kebutuhan nasional saat ini mencapai 0,83 juta ton per tahun. Dengan adanya peningkatan konsumsi akibat program MBG, kebutuhan diprediksi akan bertambah sekitar 0,05 juta ton.
Karena itu, pemerintah telah memfasilitasi komitmen dari 70 perusahaan yang siap mendatangkan 800 ribu ekor sapi potong. Sebanyak 49.676 ekor sapi potong akan diimpor sepanjang 2025, dengan 1.450 ekor pertama dijadwalkan tiba pada Maret 2025.
Selain itu, berbagai skema kemitraan juga diterapkan, termasuk pola Inti-Plasma, Joint Venture, Dairy Village/Korporasi Peternak, hingga model Titip Impor. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dengan mempertemukan investor dan pemilik lahan, serta mengatasi berbagai kendala yang dihadapi di lapangan.
Dengan berbagai langkah strategis, pemerintah optimistis Indonesia bisa mencapai swasembada susu dan daging sapi pada 2029. Langkah ini tidak hanya menekan impor, tapi juga meningkatkan kesejahteraan peternak lokal serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.