Kristianingsih memanfaatkan pasokan singkong yang melimpah dengan mengolah menjadi rengginang
TABLOIDSINARTANI.COM, Bojonegoro---Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong menjadi salah satu komoditas pangan penghasil karbohidrat yang potensial sebagai substitusi beras. Selama ini kebanyakan masyarakat mengolahnya sebatas digoreng atau direbus. Kadang ada juga yang membuat kripik.
Namun Kristianingsih, Ibu rumah tangga di Bojonegoro ini menyulap singkong menjadi rengginang. Dirinya tertarik mengembangkan produk olahan tersebut, karena wilayahnya berupa pegunungan kapur yang sebagian besar adalah penghasil singkong.
Dari 28 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro hampir setengah wilayahnya banyak tanaman hutan jati. Di sepanjang hutan banyak masyarakat menanam singkong dan pisang. “Karena bahan baku melimpah, otomatis harganya juga rendah. Masyarakat juga sudah terbiasa dengan singkong, jadi saya tinggal menambahkan teknologi pengolahan saja,” katanya.
Kristianingsih memulai usaha sejak tahun 2002. Menurutnya, selama ini produk makanan tradisional terbuat dari tepung beras dan tepung terigu. Dirinya lalu mencoba mengalihkan bahan baku tersebut ke tepung singkong. Apalagi bahan baku singkong cukup melimpah.
Selain itu Kristianingsih mencoba menyesuaikan dengan pola konsumsi masyarakat. Rengginang yang berbahan baku ketan biasanya akan dihindari orang yang mempunyai masalah dengan lambung, asam urat.
“Kita membuat murni dari singkong tidak ada campuran beras ketannya. Jadi kita mencoba untuk membuat sesuatu yang bisa dikonsumsi. Kita alihkan dengan bahan baku singkong tadi bahan bakunya lebih murah, tetapi nilai jualnya lumayan tinggi,” tuturnya.
Proses Pembuatan
Dalam pembuatan rengginang singkong, Kristianingsih mengatakan, prosesnya dimulai dengan memilih bahan baku singkong. Kemudian dikupas dan dicuci sampai bersih. Setelah itu diparut seperti kelapa. Langkah selanjutnya diperas untuk memisahkan antara ampas dengan pati singkong. “Kalau tidak kita buang, kadang-kadang rasa singkong menjadi pahit. Jadi untuk menghilangkannya kita peras,” ujarnya.
Setelah diendapkan kira-kira 2-3 jam ungkap Kristianingsih, baru dibuang airnya. Kedua bahan yaitu pati dan tepungnya diaduk lagi, baru kemudian dikasih bumbu garam. “Untuk rasa manis, tinggal menambah gula merah. Ada juga rasa terasi, rasa udang,” tuturnya.
Langkah selanjutnya setelah diaduk menurut Kristianingsih, dibentuk menjado granul atau berbentuk butiran-kecil. Setelah itu dikukus dalam cetakan. Biasanya untuk membuat 10 kg dibutuhkan 1 ons bawang putih. Jika 1 kwintal singkong biasanya 1 kg bawang putih, 1 ons garam. “Kalau yang manis itu ditambah 3 kg gula merah,” tambanya.
Kristianingsih mengungkapkan, butiran yang sudah tercetak ditaruh pada tempat mengukus dengan jarak antar cetakan agar tidak mengumpul. Pengukusan dilakukan sekitar 10 menit. Kemudian, langsung diangkat dan dijemur dengan sinar matahari langsung. Waktu yang dibutuhkan kira-kira 2 hari dengan tingkat ketebalan berkisar 2 milimeter.
Setelah kering menurutnya, bisa langsung digoreng. Jika tidak, maka dikemas dalam plastik dalam keadaan kering. Biasanya rengginang singkong ini bisa tahan sampai 1 tahun pada tempat yang kedap udara. “Jadi sewaktu-waktu kita butuh tinggal digoreng,” ujar Kristianingsih.
Saat ini pencetakan rengginang singkong produk Kristianingsih masih dilakukan manual menggunakan tangan, meski sebenarnya bisa memakai mesin. Namun untuk mengurangi angka pengangguran, dirinya sengaja mengolah secara tradisional supaya bisa menyerap banyak tenaga kerja. Dengan kapasitas produksi 3 kwintal per harinya dibutuhkan sekitar 20 karyawan.
Karena permintaan terus meningkat dan kapasitas produksinya sudah tidak mencukupi lagi, Kristianingsih mulai berfikir membuka tempat pelatihan pada tahun 2010. “Saya mengkondisikan supaya di tiap-tiap kecamatan ada produksinya,” katanya.
Saat ini Kristianingsih mempunyai 150 binaan yang masing-masing ada 8-10 orang yang mengelola. “Kami koordinasi supaya setiap tempat ada, dengan 58 titik toko modern tidak mungkin melakukan sendirian,” ujarnya.
Produk rengginang singkong olahannya sudah masuk marketplace Lazada, Shopee, Bukalapak serta Indomaret dan Alfamart. Untuk rengginang mentah kemasan 0,25 kg harganya Rp 12.500 dan yang 0,5 kg harganya Rp 25 ribu. Untuk yang 1 kg dijual grosiran dengan harga Rp 40 ribu. “Pembeli ada yang datang langsung dari luar kota,” tambahnya.