Jumat, 13 Desember 2024


Melon Premium dari Green House Bambu Asha Farm

14 Nov 2024, 08:47 WIBEditor : Herman

Green Hose Bambu Asha Farm | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, Blora --- Agus Supartoyo, pria asal Nganjuk, Jawa Timur, awalnya datang ke Kabupaten Blora, Jawa Tengah, untuk mengurus peternakan ayam petelurnya di Cepu, ujung timur Blora. Namun, ia merasa betah dengan lingkungan masyarakat setempat. Tak lama kemudian, ia membawa keluarganya pindah ke Desa Pojokwatu, Kecamatan Sambong, yang hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari Cepu.

Tantangan terbesar Agus datang pada tahun 2021 ketika pandemi COVID-19 melanda. Usaha peternakannya ikut terdampak, memaksanya mencari alternatif agar dapurnya tetap mengepul. Pilihannya jatuh pada agribisnis melon.

 "Saya belajar budidaya melon dari kanal YouTube yang menjelaskan langkah-langkah mulai dari persiapan lahan, teknik budidaya, hingga pemasaran," ungkap Agus. Inspirasi nyata datang setelah ia diajak melihat kebun melon milik temannya, yang akhirnya memantapkan niatnya.

Di tahun itu, Agus membangun greenhouse pertama di halaman belakang rumahnya seluas 900 m⊃2;, dengan kerangka dari bambu yang lebih ekonomis dibandingkan baja ringan. Ia menamai usahanya "Asha Farm."

Di greenhouse ini, Agus menanam 1.800 batang melon dalam 900 polybag, memanfaatkan kotoran ayam yang difermentasi sebagai pupuk dan menggunakan sistem irigasi tetes. "Saya kembali belajar dari YouTube untuk mempraktikkan teknik ini," aku Agus.

Meski berawal dari coba-coba, hasil panen pertamanya ternyata sukses. Melon yang ia tanam laris di pasaran lokal, mendorongnya untuk memperluas usaha. Pada tahun 2022, Agus menambah dua unit greenhouse dengan luas total 1.800 m⊃2;.

Tak berhenti di situ, pada 2023 ia menambah empat unit lagi, masing-masing seluas 500 m⊃2;. Saat ini, Asha Farm dikelola dengan konsep agrowisata yang menawarkan pengalaman menarik bagi pengunjung.

Greenhouse Asha Farm kini semakin modern, dengan sistem penanaman Nutrient Film Technique (NFT) yang lebih rapi dan bersih. Agus sendiri meracik nutrisi yang dibutuhkan tanaman, mencakup makronutrien dan mikronutrien penting untuk pertumbuhan melon berkualitas tinggi.

Setiap unit greenhouse diisi sekitar 2 batang melon per meter persegi, dan dalam satu musim panen, Asha Farm bisa menghasilkan 1.300 buah melon dengan berat rata-rata 1-2 kilogram per buah. Varietas melon yang ditanam selalu berganti, dari Kirani, Kinasih, hingga Adinda.

Dibantu oleh tujuh pekerja yang mayoritas adalah keluarga dan tetangganya, Agus tidak kesulitan memasarkan hasil panennya. Melalui media sosial, ia menginformasikan jadwal panen yang selalu ditunggu-tunggu pelanggan. Dalam tiga hari, seluruh panen melon premium habis terjual dengan harga Rp 28.000 per kilogram.

Dalam kunjungan lapangan yang diadakan oleh tim IGA Kemendagri, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DP4) Blora, Ngaliman, SP, MMA, memuji Agus sebagai salah satu dari 99 petani milenial di Blora yang tergabung dalam organisasi petani milenial yang didukung penuh oleh pemerintah.

Di Blora, banyak petani milenial yang sukses mengembangkan usaha agribisnis, seperti budidaya melon, selada, pisang, hingga tembakau.

DP4 Kabupaten Blora mendukung perkembangan para petani milenial dengan memberikan pelatihan, pendampingan, dan membantu mereka membentuk organisasi resmi, yang diresmikan oleh Bupati Blora Arief Rohman pada Juli 2024. Dengan dukungan penuh pemerintah dan semangat pantang menyerah, para petani milenial seperti Agus Supartoyo menjadi inspirasi baru bagi kemajuan pertanian Blora.

 

Reporter : Djoko W
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018