Jagung menjadi dalah satu komdoitas yang banyak dikembangkan melalui teknologi transgenik
TABLOIDSINARTANI.COM, JAKARTA---Indonesia terbilang tertinggal dalam pengembangan bioteknologi, khususnya teknologi rekayasa genetika untuk menghasilkan varietas unggul. Pro kontra terhadap bioteknologi tersebut membuat Indonesia yang sempat mengadakan uji coba kapas transgenik akhirnya menunda pengembangannya.
Saat inisebanyak 26 negara, termasuk 21 negara berkembang dan 5 negara maju, telah mengadopsi teknologi GMO (Genetic Modified Organisme). Pada tahun 2018, luas tanam GMO sudah mencapai 191 juta hektar yang ditanam 17 juta petani.
Bahkan di Benua Afrika sudah 11 negara menerapkan regulasi GMO, dengan kapas sebagai salah satu produk utamanya. Produksinya telah berkontribusi pada peningkatan kebutuhan pangan global, serta efisiensi produksi pertanian.
Bagaimana dengan Indonesia? “Indonesia tertinggal dalam penerapan bioteknologi akibat kegagalan pengembangan kapas sebelumnya,” kata Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, Bambang Prasetya saat Sarasehan Nasional Bioteknologi sebagai Upaya Menangani Krisis Pangan Global dan Penguatan Ketahanan Pangan Nasional, di Jakarta, Rabu (31/7).
Seperti diketahui, pengembangan kapas Bt yang merupakan hasil rekayasa genetik di Sulawesi Selatan menjadi salah satu kasus cukup besar dan mencuat dalam dunia bioteknologi di Indonesia. Pengembangan yang dilakukan salah satu perusahaan multinasional menimbulkan pro kontra di masyarakat. Salah satunya adalah isu lingkungan atau keamanan hayati.
Namun kini menurut Bambang, telah ada beberapa penerbitan sertifikat keamanan hayati antara tahun 2011- 2022. dengan 49 produk pangan. Terdiri dari kedelai, jagung, tebu dan kanola. Sebanyak 16 produk pakan, dan 20 produk terkait lingkungan yang terdiri dari 6 tanaman dan 14 vaksin hewan sudah mendapat rekomendasi keamanan hayati.
Di Indonesia, menurut Bambang, beberapa produk PRG seperti tebu tahan kekeringan telah memberikan manfaat signifikan, tidak hanya dari segi produksi gula, tetapi juga sebagai pakan hijauan untuk peternakan. Keuntungan lainnya, peningkatan hasil panen, efisiensi tenaga kerja dan pupuk, peningkatan pendapatan petani, serta penghematan pada pestisida dan fungisida.
"Genom editing adalah terobosan baru dalam bioteknologi. Pada tahun 2020, kita masih mendiskusikannya, namun pada Desember 2023, kita sudah memiliki konsep posisi terhadap genom editing," kata Bambang.
Namun lanjutnya, ada perbedaan antara genom editing dan GMO. "Jika kita mengambil atau menata DNA dalam spesies yang sama, itu disebut genom editing. Sedangkan jika DNA diambil dari spesies lain, itu disebut GMO," jelasnya.
Bambang menekankan pentingnya regulasi yang mengatur keamanan hayati di Indonesia, dengan UU No. 21 Tahun 2004 tentang Ratifikasi Protokol Cartagena dan PP No. 21 Tahun 2005 tentang Keamanan PRG sebagai dasar hukumnya.
“Pemerintah hadir dalam siklus ini untuk menjamin bahwa produk-produk hasil rekayasa genetika aman untuk masyarakat,” katanya. Dengan makin berkembangnya komoditi hasil PRG, Bambang menilai, hampir semua orang yang mengonsumsi produk seperti minyak goreng atau produk unggas, tidak bisa lepas dari paparan GMO.
Menghadapi tantangan ke depan, Bambang mengingatkan bahwa perubahan iklim akan membawa dampak besar terhadap tiga aspek utama, yaitu lingkungan sosial, ekonomi, dan ekologi. Karena itu, manfaat bioteknologi terutama dalam pengembangan benih tahan serangga, tahan virus, tahan herbisida, peningkatan nutrisi, dan peningkatan hasil panen, sudah semakin dipahami.
Menurut Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati, bioteknologi didefinisikan sebagai setiap aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologis, organisme hidup, atau turunannya untuk membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk penggunaan tertentu.
"Jika kita berbicara mengenai teknologi informasi, pengawasan yang lemah dapat berdampak luas. Sementara itu, nanoteknologi menawarkan manfaat besar melalui teknologi yang sangat kecil. Di sisi lain, bioteknologi memberikan warna tersendiri dalam perkembangan teknologi," tutur Bambang.