Sabtu, 20 April 2024


Disiapkan KUR Sebesar Rp 20,37 Triliun untuk Pekebun

30 Jan 2020, 14:38 WIBEditor : Indarto

KUR dengan bungan 6 persen/tahun untuk pekebun | Sumber Foto:Dok.Indarto

KUR yang dialokasikan di 13 komoditas perkebunan tersebut diharapkan bisa diakses kelompok tani sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta--- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) komitmen mendorong ekspor sub komoditas perkebunan kurun lima tahun ke depan (2020-2024) meningkat tiga kali dari sekarang. Sedangkan, untuk membiayai komoditas perkebunan berorientasi ekspor, pemerintah sudah menyipkan pembiayaan yang bersumber dari perbankan berupa kredit usaha rakyat (KUR) pada tahun ini sebesar Rp 20,37 triliun.

Dirjen Perkebunan Kasdi Subagyono mengatakan, untuk mendorong  gerakan tiga kali ekspor (Gratieks)  kurun lima tahun ke depan (2020 – 2024) Ditjen Perkebunan akan fokus mengembangkan 7 (tujuh) komoditas perkebunan yang berorientasi ekspor. Ketujuh komoditas itu  antara lain kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala dan vanili. Selain itu, pihaknya juga tetap mengembangkan sejumlah komoditas perkebunan lainnya di masyarakat.

“ Untuk mengembangkan komoditas perkebunan, khususnya yang berorientasi ekspor tak cukup hanya mengandalkan APBN. Karena itu, Kementan menyiapkan pembiayaan berupa KUR yang alokasi Rp 50 triliun. Dari jumlah tersebut sub sektor perkebunan mendapat alokasi Rp 20,37 triliun. Dengan KUR inilah kami minta setiap daerah mampu mengaksesnya,” papar Kasdi Subagyono, saat rapat kerja teknis (Rakernis) dengan Dinas Perkebunan dan UPT/D , di Jakarta, Kamis (30/1).

Menurut Kasdi, kepala dinas bisa membantu kelompok tani (pekebun) untuk mempermudah akses KUR yang bunganya hanya 6 persen/tahun. Melalui KUR inilah diharapkan para pekebun dan segenap stakehoulder perkebunan mampu memanfaatkan pembiayaan tersebut untuk meningkatkan produksi dan memperluas usahanya.

Guna mempercepat pelaksanaan ekspor 3 kali lipat, Ditjenbun Kementan akan mengembangkan Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai tambah dan Daya Saing (Grasida). Untuk mengiplementasikan kedua program tersebut,  Ditjenbun Kementan pun sudah mulai melakukan identifikasi terhadap daerah yang potensial.  Daerah-daerah tersebut nantinya diharapkan mampu dan bisa menyerap alokasi KUR dengan baik.

Kasdi juga mengatakan, petani atau pekebun yang sudah di korporasi diharapkan ada link dengan swasta atau BUMN sebagai off taker.  Ditjenbun juga menggunakan pendekatan kawasan atau klaster untuk pengembangan perkebunan di daerah supaya lebih efektif dan efisien.

Dalam paparannya, Kasdi mengatakan,  Ditjenbun Kementan sudah menargetkan alokasi KUR per komoditas yang tersebar di sejumlah provinsi  dengan total alokasi KUR sebesar Rp 19,769 triliun.  Diantara komoditas yang mendapat alokasi KUR tersebut adalah, komoditas kelapa seluas 180 ribu ha dengan nilai KUR Rp 4,275 triliun. Kopi, seluas 200 ribu ha senilai Rp 3,9 triliun.  Kakao seluas 200 ribu ha senilai Rp 3,9 triliun. Jambu mete seluas 5.000 ha senilai Rp 100 miliar.  Lada, seluas 15 ribu ha senilai Rp 540 miliar.  Pala seluas 10 ribu ha senilai Rp  225 miliar. Vanili seluas 2.000 ha senilai Rp 90  miliar.

Ditjenbun Kementan juga mengalokasikan KUR untuk komoditas karet seluas 80 ribu ha dengan nilai Rp 1,6 triliun. Teh, seluas 20 ribu ha senilai Rp  750 miliar. Cengkeh seluas 20 ribu ha senilai Rp 475 miliar. Kayu manis seluas 5.000 ha senilai Rp 112,5 miliar. Tebu seluas 150 ribu ha senilai Rp 3,2 triliun dan  tembakau seluas 10 ribu ha senilai Rp 225 miliar.

Dia juga berharap, KUR yang dialokasikan di 13 komoditas perkebunan tersebut diharapkan bisa diakses kelompok tani sesuai dengan target yang telah ditetapkan.  KUR yang  dialokasikan tersebut diharapkan menjadi pendorong kelompok tani dalam mengembangkan usaha perkebunannya, sehingga mampu meningkatkan produksi di tingkat hulu hingga 3 kali lipat dari sekarang.

Untuk mengembangkan sektor hulu,  Ditjenbun Kementan akan membangun logistik benih di setiap kawasan perkebunan. Artinya, kebun benih dan nurcery itu akan dikembangkan di kawasan. Perkebunan. Sehingga, sumber benih tersebut lebih dekat dengan kawasan perkebunan supaya pekebun lebih efisien.    

Setelah di hulunya lebih efisien, produksi kebunnya pun diharapkan mampu meningkat. Seperti kopi yang produktivitasnya sekarang hanya 0,7 ton/ha,  nantinya bisa ditingkatkan sampai 2 ton/ha. Bahkan, untuk tanaman rempah-rempah yang produktivitasnya saat ini hanya berkisar 0,6 – 0,8 ton/ha juga bisa ditingkatkan 3 kali lipat, 2 ton – 3 ton/ha.

Dalam beberapa kesempatan, Kasdi mengatakan, benih unggul yang diperlukan pekebun sudah ada ditempat riset (Litbang) dan Perguruan Tinggi (PT). Benih unggul inilah yang akan dikembangkan menjadi logistik benih disetiap kawasan perkebunan, sehingga mudah diakses pekebun.

 

Reporter : Dimas
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018