Kamis, 18 April 2024


Sambut Musim Hujan, Petani Klaten Tanam Gogo Rancah  

17 Nov 2021, 14:56 WIBEditor : Yulianto

Penyuluh Pertanian Cawas, Tut Wuri bersama petani tanam gogo rancah | Sumber Foto:Tut Wuri

TABLOIDISNARTANI.COM, Klaten---Musim hujan telah mengguyur sentra pertanian di Indonesia. Petani pun mulai mempersiapkan diri untuk turun ke sawah. Misalnya, petani di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten yang menerapkan pola tanam padi-padi-palawija.

Di daerah Cawas bagian selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul Provinsi D.I Yogyakarta, menyambut musim tanam padi Oktober-Maret, petani melakukan percepatan tanam sistem gogo rancah. Petani mulai mengolah lahan dengan cara manual. Namun ada sebagian yang sudah menggunakan tractor roda 4 (TR4).

Padi gogo rancah adalah padi yang ditanam dengan cara ditugal seperti padi ladang. Namun kemudian dialiri air seperti halnya padi sawah pada umur-umur sekitar 1 bulan sampai saat menjelang panen.

Petani langsung menugal dan menanam benih saat hujan pertama, seperti pada penanaman padi ladang. Setelah hujan turun beberapa kali dan tanah menjadi lunak, petani akan membuat pematang dan saluran air.

Satu bulan kemudian, hujan akan turun dengan optimal. Pada saat itulah tanaman padi sangat membutuhkan air. Karena pematang dan saluran air sudah siap, sawah pun tergenangi dengan sempurna. Sejak itu, padi dipelihara seperti padi sawah biasa.

Kelebihan sistem tanam gogo rancah dibanding sistem sawah adalah menghemat tenaga kerja tanam, pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Ketua Gapoktan Ngudi Makmur, Suprat Prapto Suwarno mengatakan, petani yang tergabung dalam Gapoktan Ngudi Makmur di Desa  Karangasem, Kecamatan Cawas telah menerapkan tanam gogo rancah sejak lama.

“Karena kondisi tanah tadah hujan, petani berupaya sesegera mungkin menanam saat hujan mulai turun,” katanya. Namun diakui, kekurangannya adalah kebutuhan  benih yang lebih banyak dibanding tanam dengan sistem pindah tanam.

Adapun produksi yang dihasilkan di musim labuhan dari tanam taju (tanam maju) ini hasilnya sedikit lebih banyak   dibanding sistem tandur (tanam mundur) atau dengan persemaian. “Petani saat ini sebagian sudah persiapan lahan secara  sederhana dan segera melanjutkan tanam padi gogo rancah  dengan alasan saat hujan turun petani langsung bisa taju, kata Suprat. 

Sementara itu Tut Wuri Handayani, penyuluh pertanian yang merangkap mantri tani di Kecamatan Cawas mengatakan, kegiatan  tanam padi gogo rancah diawal musim hujan atau musim labuhan istilah petani setempat. Kegiatan ini sudah menjadi  budaya turun temurun dengan tetap menjaga kearifan lokal. “Kami selaku penyuluh akan terus mendampingi dan mengawal petani ditengah musim yang terkadang tidak bisa diprediksi,” katanya.

Saat ini lahan pertanian di wilayah Cawas bagian selatan seluas 211 hektar (ha). Lahan tersebut berada di Desa Karangasem seluas 125 ha dan di Desa Burikan seluas 86 ha. “Tiga perempat dari  total luas lahan tersebut sudah tanam padi sistem gogo rancah,”ujar Wuri.

Sebagai pendamping petani, Tut Wuri salut dengan semangat dan tekad petani untuk  membangun komitmen khususnya di tengah Covid-19 dan ditengah cuaca yang tak menentu , namum petani tetap semangat karena pertanian tidak boleh berhenti. “Mereka tetap berproduktif,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Dedi Nursyamsi menegaskan, sebagai insan pertanian kita patut bersyukur karena sektor pertanian tetap bisa survive dalam menyediakan pangan bagi masyarakat dalam masa pandemi Covid 19 ini.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, di Indonesia yang tidak kena resesi dampak covid 19 adalah sektor pertanian. Untuk itu ia meminta pertanian harus dikembangkan dengan kuat, apalagi pertanian adalah sektor yang tidak membuat masyarakat miskin.

Lebih lanjut SYL menekankan pada masa pandemi Covid 19 ini, pertanian merupakan sektor yang tangguh bahkan menjadi satu-satunya sektor yang selamatkan perekonomian nasional. Karena itu, panen padi ini menjadi pembuktian bahwa dalam tantangan apapun, pertanian selalu berproduksi.

Reporter : Tut Wuri H/ Yeniarta (BBPP Ketindan)
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018