TABLOIDSINARTANI.COM, Indramayu --- Harapan orang tua agar anaknya menjadi lebih baik dan sukses bukan sesuatu yang salah. Namun masih ada saja petani yang melarang anaknya untuk mengikuti jejak mereka sebagai petani. "Cukup ibu bapakmu saja yang jadi petani, kamu jangan!" merupakan pernyataan yang sering diterima oleh kaum milenial saat ini. Makanya tidak mengherankan regenrasi petani semakin menurun.
Pertanian bukan sesuatu yang menjanjikan, usaha pertanian terkesan kampungan atau tidak modern, kotor, dan kumuh ini menjadi momentum anak muda untuk urban ke kota besar mengadu nasib. Padahal belum tentu di kota besar akan menjadi berhasil.
Untuk meningkatkan kembali minat pertanian kepada generasi milenial, dapat dimulai dari sekolah-sekolah. Seperti di Kecamatan Bangodua, Indramayu, Balai Penyuluhan Pertanian Bangodua menjalin kerjasama dengan SMP Islam Baitush Shaleh Karanggetas. Kegiatan ini berupa mengisi mata pelajaran muatan lokal dan ekstrakulikuler pertanian. Jadi para siswa akan ditanamkan pola pikirnya bawha Indonesia merupakan negara agraris yang sumber utamanya berasal dari pertanian.
Mengapa SMP Islam Baitush Shaleh Karanggetas yang dipilih? Hal ini dilihat bahwa sekolah ini mempunyai lahan yang cukup luas, tetapi sayangnyan belum diolah secara produktif karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan. Dengan adanya ‘penyuluh pertanian masuk sekolah’ dapat memberikan pengajaran bahwa dengan menjalankan usaha tani yang baik akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Kerjasama ini kedepannya dapat menumbuhkan minat para siswa untuk bertani, sekaligus menciptakan suasana yang asri di lingkungan sekolah.
Untuk menumbuhkan semangat pertanian di genrasi muda, merupakan target utama pemerintah karena pertanian ini merupakan sektor yang paling utama. Untuk menjalankan hal ini pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, melainkan harus bekerjasama dengan daerah. Makanya tingkat kecamatan merupakan leading yang dapat menembus hingga ke golongan masyarakat di suatu daerah.