Sabtu, 22 Maret 2025


Persiapkan Pensiun, Agung Bangun GI Farm

28 Des 2023, 12:54 WIBEditor : Herman

Pemilik GI Farm, Ida Bagus Agung Eka Putra

Bogor --- Mempersiapkan masa pensiun dengan membangun usaha menjadi pilihan banyak orang, tidak terkecuali Ida Bagus Agung Eka Putra. Lewat GI Farm yang memproduksi sayuran hasil budidaya hidroponik, ia mampu memproduksi ratusan kilogram sayur per hari yang beromset puluhan juta rupiah.

Bertani hidroponik kini menjadi pilihan bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan. Dengan lahan yang terbatas, setiap orang bisa bertani, bukan hanya menyalurkan hobi, tapi juga menjadi ladang penghasilan yang menggiurkan.

Contohnya Ida Bagus Agung Eka Putra. Meski bukan seorang yang memiliki latar belakang pertanian, tapi keinginan kuat untuk mempersiapkan masa pensiun bekerja di salahsatu Rumah Sakit di Bogor, memilih untuk bertani hidroponik.

“Sebentar lagi kan saya pensiun. Pada saat pensiun nanti dari pada bengang-bengong akhirnya saya berusaha mencari alternatif kegiatan yang kiranya dapat menambah penghasilan saya disaat pensiun,” kata Agung kepada SINTATV di Bogor, Kamis (21/12).

Pilihannya bertani hidroponik bukan tanpa alasan. Pasarnya yang sangat terbuka lebar menjadi salah satu pendorong ia membangun kebun hidroponik GI Farm yang terletak di Kota Hujan Barat.

Agung memulai usaha hidroponik sejak tahun 2020 dengan lima meja produksi yang dicicil, kemudian menambah satu buah meja tanam setiap bulannya. Hingga saat ini GI Farm sudah memiliki 48 meja dengan 70.000 lubang tanam. “Saya memulai hidroponik ini sejak tahun 2020 dengan 5 meja tanam setelah proses yang cukup lama,” katanya.

Melihat peluang pasar yang menjanjikan, pada tahun 2022 Agung membangun kembali kebun kedua dengan 21 meja produksi. Saat ini ia sedang menyelesaikan pembuatan kebun ketiga dengan 10 meja produksi. “Sekarang sudah ada sekitar 70.000 lubang tanam,”  ujar Agung.

Belajar dari Sosmed

Mengungkap awal belajar hidroponik, Agung menceritakan ketika memulai dirinya belajar dari sosial media, khususnya youtube yang dipelajari ketika waktu luang di kantor. “Saya mulai belajar di Youtube jadi saya banyak belajar di Youtube ketika luang. Saya buka bagaimana cara tanam hidroponik, gimana cara tanamnya, semainya sampai nutrisi pun saya dapat dari Youtube. Tidak ada istilahnya saya kursus khusus. Jadi semuanya otodidak,” tuturnya.

Belajar otodidak memang tak mudah. Ketika memulai Agung mengakui melalui proses yang cukup lama. Banyak trial error yang terjadi kurang lebih lima bulan. Selama proses belajar, Agung juga berkonsultasi dengan Dadan Ramadani (dr. Ponik) yang sudah berpengalaman di dunia hidroponik dan organik.

Saat ini GI Farm fokus memproduksi 4 komoditas yakni bayam hijau, bayam merah, siomak dan romaine. “Saya hanya fokus pada komoditas tersebut karena agar tidak terlalu banyak dan lebih mudah mengurusnya serta pasar yang sudah jelas,” katanya.

Dalam memasarkan sayur hidropiniknya, Agung mengaku awalnya cukup kesulitan dan kebingungan dalam mencari dan menemukan pasar. Kemudian mulai menyosialisasikan hasil kebun hidroponik melalui sosial media, khususnya facebook. Lambat tapi pasti, pasarnya mulai terbuka.

“Pemasaran diawal saya terus terang saja agak kesulitan tapi seiring berjalannya waktu saya rajin di media sosial di Youtube dan FB. Saya paling aktif di FB dari sana mungkin orang-orang melihat akhirnya pada tahu jadi konsumen langsung kontak saya. Jadi saya tidak pernah memasarkan doortodoor nama fb saya GI Farm Hydro,” kata Agung.

Saat ini GI Farm dapat menghasilkan 100 kg sayur perhari dan sudah bekerjasama dengan 2 supplier besar. Namun diakuinya, kapasitas yang dibutuhkan belum bisa memenuhi permintaan. Karena itu, Agung berencana membuka lahan baru seluas 1000 meter.

“Kalo saya rata-rata perhari kita 80-100 kg dari 4 item itu dan itu tidak ada liburnya, Saat ini permintaan dari supplier kami pun masih belum bisa terpenuhi, permintaannya banyak. Rencana dengan izin tuhan saya mau buka 1000 meter lagi karena perhari permintaan dari supplier rata rata 140 kg,” tutur Agung.

Untuk menghemati biaya produksi, Agung memang membuat hidroponik tanpa naungan. Dalam mengelola hirdoponik tanpa naungan, ia mengakui banyak kendala yang dialami. Mulai dari ketersediaan air saat musim kemarau hingga hama seperti ulat, jamur pada yang kerap menyerang komoditas bayam. Untuk mengatasi hama, Agung menggunakan pestisida secara bijak agar kualitas tanaman tetap terjaga.

Saat ini GI Farm memiliki 3 tenaga kerja teknis dan juga memberdayakan masyarakat sekitar yang membantu produksi sayuran di kebun. Omset yang dihasilkan GI Farm sekitar Rp 50 juta perbulannya. “Jika produksi lagi kurang baik omset menurun, sekitar Rp 30 juta perbulan,” tambahnya.

Agung berpesan, untuk penggiat hidroponik pemula tidak perlu takut untuk memulai usaha hidroponik, karena pasar masih terbuka lebar. “Jangan takut tidak laku, jangan bingung hasilnya mau dikemanakan. Asal kita serius menekuni hidroponik dan berjalan secara continue pasar akan mencari kita yang jelas pasar masih terbuka sangat lebar,” ungkapnya.

Agung yang belajar hidrponik secara otodidak ini kini bisa menatap masa pensiunnya dengan tenang. Kata pepatah siapa berusaha, ia akan dapat.

Reporter : Mas Awan
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018