Jumat, 19 April 2024


Jangan Sampai Padi Bablas, Kenali dan Kendalikan Penyakit Blas

11 Mei 2020, 13:18 WIBEditor : Yulianto

Siswanto di lahannya yang terserang penyakit blas | Sumber Foto:Dewi R

TABLOIDSINARTANI.COM, Palangka Raya---Di tengah pandemi Covid 19, petani di Kota Palangka Raya dipusingkan dengan adanya serangan penyakit blas pada tanaman padi. Penyakit yang sering muncul saat musim hujan ini, jika tidak segera dikendalikan dapat menyebabkan gagal panen.

Kasus ini terjadi di area persawahan Kelompok Tani Swasembada, Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Setidaknya setengah hektar tanaman padi dari satu hektar rusak akibat penyakit ini.

Siswanto Basuki, salah seorang petani di Kelurahan Bukit Tunggal mengaku penyakit yang disebabkan jamur Pyricularia griseaini menyerang saat musim hujan. “Padi saya sejak umur 40 hari sudah mengalami gelaja rusak di bagian daun, seperti bercak cokelat dan seterusnya menguning. Dari satu hektar sudah lebih dari 50 persen telah terjangkiti penyakit blas ini,” ucapnya.

Siswanto yang menanam varietas SHS ini mengatakan, penyebaran penyakit ini sangat cepat meluas. Padahal seharusnya umur tanaman yang terserang sudah waktunya panen. “Karena terserang penyakit  blas, jadi gagal panen,” keluhnya.

Ciri tanaman terserang blas

Penyakit blas ini dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Ada beberapa ciri-ciri tanaman yang terserang penyakit blas daun (left blast).

Pertama, pada daun terdapat becak coklat berbentuk belah ketupat dan memanjang searah dengan urat daun. Pinggir becak berwarna coklat dengan bagian tengah berwarna putih keabuan.

Kedua, bercak-bercak tersebut, terlihat pada stadium pertumbuhan vegetative. Bercak-brecak dapat bergabung menjadi satu, sehingga secara keseluruhan tampak tanaman seperti terbakar. Ini cirri gejala serangan penyakit blas leher (node blast) yang paling mudah diketahui.

Ketiga, jika serangan terjadi pada tanaman yang telah keluar malainya, maka buku-buku yang terserang berwarna cokelat kehitaman dan busuk, sehingga mudah patah bila terhembus angin. Kemudian malai menjadi mengkerut, butir tidak terisi penuh dan kadang-kadang menjadi hampa.

Trik pengendalian

Untuk mengendalikan penyakit blas, petani bisa melakukan beberapa hal. Pertama,  penanaman benih sehat, perlakuan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih. Kedua, perendaman (Soaking) benih direndam dalam larutan fungisida (benomyl, trisuklazile, karbendazim) selama 24 jam, dan diaduk merata tiap 6 jam. 1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida.

Ketiga, cara tanam dengan sistem legowo dan didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten). Keempat, jangan memupuk nitrogen dengan dosis tinggi, karena menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan penyakit semakin parah. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas.

Kelima, gunakan varietas tahan blas seperti Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8. Ingat, jangan menanam padi secara monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas dan terus menerus.

Keenam, gunakan fungisida untuk penyemprotan tanaman. Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20?ektif menekan perkembangan jamur P. grisea. Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan dua kali saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.

Tabel. Fungisida untuk pengendalian penyakit blas melalui penyemprotan

 Nama Umum   

 (Bahan Aktif)

   Nama Dagang

  Dosis Formulasi / aplikasi

 Volume Semprot /ha

 Isoprotiolan

  Fujiwan 400 EC

 1 lt

 400-500 lt

 Trisiklazole

  Dennis 75WP, Blas 200SC, Filia 252 SE

 1 lt / kg

 400-500 lt

 Kasugamycin

 Kasumiron 25 WP

 1 kg

 400-500 lt

 Thiophanate methyl

 T yopsin 70WP

 1 kg

 400-500 lt

 

Reporter : Dewi Ratnasari (BPTP Kalteng)
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018