Pemerintah luncurkan program Taksi Alsintan di Jawa Timur
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Dengan anggaran Kementan dari 2015-2022 yang cenderung terus menurun, termasuk pengadaan alsintan. Salah satu yang Kementerian Pertanian dorong untuk menumbuhkan mekanisasi pertanian adalah dengan penumbuhan taksi alsintan.
Ketua Subkelompok Alat dan Mesin Perkebunan dan Peternakan, Direktorat Alsintan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Cahya Trilaksanamengatakan, Taksi Alsintan adalah program penyediaan alsintan secara mandiri oleh pelaku usaha di sektor pertanian. Jadi, Taksi Alsintan adalah model bisnis jasa alsintan yang dikelola secara terintegrasi, terkonsolidasi, profesional dan modern dengan pemanfaatan pembiayaan dari skim kredit perbankan.
Menurutnya, pelaku usaha di sektor pertanian. Jadi, Taksi Alsintan adalah model bisnis jasa alsintan yang dikelola secara terintegrasi, terkonsolidasi, profesional dan modern dengan pemanfaatan pembiayaan dari skim kredit perbankan.
Menurutnya, petani diberikan kesempatan membeli alsintan dengan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian. Dengan demikian, petani menjadi lebih mandiri dan meningkatkan motivasinya untuk memproduksi secara efektif. “Program ini juga dapat membantu mengurangi ketergantungan petani pada bantuan pemerintah,” ujarnya.
Cahya menegaskan, pihak perbankan pun tak perlu khawatir merealisasikan KUR Taksi Alsintan kepada petani. Sebab, setiap alsintan yang diperoleh melalui KUR mendapatkan pengawalan dan pembinaan dari pemerintah, sehingga kredit macet bisa diminimalkan. “Taksi Alsintan juga akan meningkatan kinerja pemanfaatan alsintan. Level mekanisasi juga meningkat, serta berkembangnya model bisnis Taksi Alsintan,” tuturnya
Dalam pengelolaan alsintan memang bisa dengan UPJA maupun Taksi Alsintan. Bedanya, jika UPJA anggarannya berasal dari APBN, maka Taksi Alsintan sumber dananya dari kredit komersial. Dalam pengelolaan UPJA, Kementan mengupayakan agar petani, kelompok tani dan pengelola UPJA dapat mengubah pendekatan dalam menjalankan usaha pertanian dengan bertransformasi menjadi bisnis yang lebih modern dan efisien.
”Jika UPJA dikelola secara konvensional, maka UPJA harus profesional, terintegrasi, terkonsolidasi, dan diupayakan menuju digitalisasi manajemen bisnis jasa alsintan,” kata Cahya Trilaksana.
Dalam hal ini, petani akan dilatih dan didorong mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen usaha, pemasaran, dan teknologi pertanian terbaru. Harapannya, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar secara berkelanjutan.
“Upaya ini juga diharapkan dapat membantu mengembangkan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar,” kata Cahya