TABLOIDSINARTANI, Karanganyar --- Anjloknya harga porang membuat banyak petani meninggalkan komoditas ini, namun tidak untuk Joko Sutanto. Dengan kreativitasnya, Joko yang dibantu istri tercinta berhasil meramu umbi porang menjadi Gethuk Porang Lepi yang menggugah selera.
Porang yang pernah menjadi komoditas primadona kini mulai meredup, harga porang dipasaran ajlok sehingga membuat banyak petani porang kecewa. Hal tersebut juga sempat dirasakan Joko Sutanto petani porang yang tinggal desa Anggrasmanis, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Joko yang awalnya adalah belantik (penjual) sapi dan bertani lemon ini tertarik menanam porang karena tergiur harganya yang fantastis pada tahun 2019. Tanaman yang punya nama lokal iles-iles, ponang atau coblok ini, biasanya dibiarkan tumbuh liar dibawah pepohonan atau rumpun bambu, tiba-tiba menjadi viral karena kisah sukses seorang petani dari Desa Kepel, Jawa Timur yang menjadi milyader karena bisnis porang.
Joko Sutanto menanam porang di lahan kebunya seluas 2,5 Ha. Bibit asal katak seharga Rp 350.000 per kg pun dibelinya. Jadilah tanaman porang melengkapi tanaman jeruk lemon dan pekerjaannya sebagai belantik (dagang) sapi yang telah digeluti bertahun-tahun.
Siapa sangka pandemi covid-19 melanda seluruh dunia. Bisnis sapi dan jeruk lemon Joko terdampak, sehingga berjalan tersendat-sendat. Begitu pulang dengan porang, yang ketika tahun 2020, umbi porang masih laku Rp 13 ribu – Rp 15 ribu per kg, pada tahun 2021 anjlok hingga Rp 7 Ribu/kg.
Hal tersebut tidak membuat Joko menyerah seperti petani porang lainnya. Dengan keahlian istri tercinta dalam mengolah makanan dan saran dari teman untuk membuat makanan berbahan porang muncul ide membuat Gethuk Porang.
“Kebetulan disini merupakan penghasil singkong Jalaktawa yang terkenal medhuk, mempur dan gurih. Jadi kuliner Gethuk menjadi salah satu makanan primadona disini,” ujarnya.
Joko mencoba meramu umbi singkong jalaktawa yang sudah punya rasa mantap dengan umbi porang untuk dijadikan gethuk. Berkat ketekunan dan keuletan mencoba selama berbulan-bulan, Joko dan isteri berhasil memadukan umbi porang dan umbi singkong menjadi penganan gethuk yang gurih dan nikmat
Sebelum memasarkannya, Gethuk Porang yang diberi merek “Lepi” (Lemon dan Sapi) ini dibagi-bagi gratis kepada tetangga, perangkat desa hingga karyawan kantor yang ditemuinya dengan tujuan untuk mengetahui selera dan sambutan pasar.
“Setelah mereka menyatakan bahwa produk getuk porang saya enak, baru saya berani memproduksi Gethuk Porang untuk dijual.m” ujarnya.
Benar saja, dengan citasara yang nikmat dan bahan umbi porang yang memantik pemasaran para konsumen, penjualan gethuk porang Lepi mulai dikenal dan laku keras.Ditambah daya tahan makanan ini yang bisa mencapai 2-3 bulan dalam frezzer, dan 18 – 30 jam di suhu ruang menjadi nilai lebih Gethuk Porang Lepi,
Ditengah penjualan Gethuk Porang Lepi yang terus meningkat, Joko mengaku sempat mendapat complain dari konsumenya. “Tiba-tiba ada complain bahwa gethuknya sebagian ada yang kecut dan sebagian tetap enak. Dan hal tersebut membuat saya harus menghetikan produksi untuk mencari solusi,” kenangnya.
Dalam kebingungan karena minimnya pengetahuan dan pengalaman, Joko mencoba menghubungi Dradjat seorang pengusaha restoran di Matesih yang sering menjadi narasumber pelatihan UMKM. Atas sarannya, disempurnakanlah cara pengolahan dan kemasan gethuk porang, hingga menjadi produk seperti yang sekarang beredar di pasaran.
Gethuk Porang “Lepi” dikemas dalam plastik standar kemasan pangan, kemudian dimasukkan dalam kotak dari dus yang menarik. Tiap kemasan berisi 12 potong gethuk porang dengan harga Rp 16.000,- per dus.
“Area pemasaran sementara ini masih disekitar Kabupaten Karanganya dan Sragen. Permintaan dari luar kota atau luar pulau pernah dilayani sekali dua kali, namun sementara di stop dulu, menunggu turunnya ijin dari Badan POM yang sudah diurus beberapa waktu lalu,” ungkapnya.
Selain pemasaran yang sudah berjalan saat ini, Joko mengatakan ia juga masih mencari mitra peasaran produknya baik reseller perorangan maupun toko oleh-oleh yang ada untuk bisa melakukan kerjasama. Dan untuk varian rasa, baru ada satu varian rasa namun bukan tidak mungkin dalam waktu dekat akan muncul varian-varian rasa baru dari Gethuk Porang Lepi.
Pemasaran melalui pameran dan bazar juga dilakukan Joko, salah satunya di Bazar Tarubudaya yang diselengarakan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Dengan menonjolkan citarasa dan bahan baku porang sebagai daya tariknyam Gethuk Porang Lepi mendapat tempat ditenda paling depan pada bazar sehari yang digelar dihalaman kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan sampai halaman kantor Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah di Komplek Tarubudaya tersebut.