Minapadi dinilai mampu memberikan tambahan ekonomi untuk masyarakat. Karenanya, di tahun 2019 akan dikembangkan 400 ha minapadi di seluruh Indonesiq
TABLOIDSINARTANI.COM, Sukoharjo --- Budidaya campuran antara padi dan ikan atau populer disebut minapadi yang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) canangkan sejak tahun 2016 kini sudah banyak diaplikasi masyarakat. Tahun 2019 mendatang, KKP akan mengembangkan minapadi di sejumlah daerah seluas 400 ha.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto mengatakan, sejak tahun 2016-2018 KKP telah mengembangkan percontohan minapadi seluas 580 ha yang tersebar di 26 kabupaten. Percontohan minapadi yang dilakukan KKP selama ini cukup berhasil dan sudah banyak yang menginspirasi petani lainnya.
Minapadi dinilai dapat menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi karena mampu menyerap tenaga kerja, menambah lahan produksi ikan sehingga mendukung capaian target produksi ikan nasional. Karena produksi ikan yang dihasilkan meningkat, akan berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, mendukung kedaulatan pangan serta ramah lingkungan.
Direktur Produksi dan Usaha Budidaya, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) KKP mengatakan, minapadi ke depan akan dijadikan kegiatan unggulan karena dapat diterapkan dengan mudah oleh petani. “Minapadi dapat memberikan tambahan pendapatan petani hingga 40 persen. Kemudian, menghasilkan padi organik karena pada saat proses produksi padi tidak mengggunakan pestisida, serta minim dalam penggunaan pupuk,” katanya dalam kunjungan lapang bersama Permanet Representative FAO (delegasi negara-negara anggota FAO) ke lokasi budidaya mina padi di Sukoharjo, Jawa Tengah (1/11)
Umi mengatakan, dari satu hektar (ha) minapadi, petani mampu menghasilkan 1 ton ikan. Petani bisa panen padi sebanyak 8 – 10 ton/ha, dari sebelumnya hanya panen padi sebanyak 6 – 7 ton/ha. “Kegiatan ini sangat membanggakan karena program mina padi yang digarap KKP bersama Badan Pangan Dunia (FAO) di Kabupaten Sukoharjo menjadi percontohan internasional dan telah memposisikan Indonesia sebagai salah satu rujukan FAO di level Asia-Pasifik, dan saat ini sudah dikenalkan ke 5 benua,” papar Umi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, potensi lahan yang dapat digunakan untuk budidaya ikan sistem minapadi adalah seluas 4,9 juta ha. Sedangkan lahan yang sudah termanfaatkan hanya sebesar 128 ribu ha. “Ini menjadi potensi yang harus digarap untuk menjadi terobosan baru dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional,” ujarnya.
Badan Pangan Dunia (FAO), telah mendukung program minapadi di Indonesia sejak tahun 2016 yang berlokasi di Kabupaten Sleman Yogyakarta dan lima puluh kota dengan luasan masing-masing 25 ha. Nah, pada tahun 2018 program minapadi telah berhasil dikembangkan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng) seluas 18 ha.
FAO Representative Indonesia Stephen Rudgard, mengharapkan agar perwakilan delegasi FAO yang hadir saat ini dapat menyampaikan keberhasilan minapadi Indonesia keseluruh 193 negara annggota FAO sehingga minapadi dapat digaungkan ke seluruh dunia. FAO juga mengapresiasi pengembangan minapadi di Sukoharjo.
“Meskipun baru pertama kali dilakukan namun minapadi mampu memberikan hasil yang menggembirakan. Selain itu, minapadi ini juga melibatkan peranan wanita dalam kegiatannya, sehingga ikut mendukung kegiatan gender,” kata Stephen.
Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya menyatakan dukungannya terhadap kegiatan minapadi yang ada di Sukoharjo dan berkomitmen untuk mengalokasikan kegiatan yang sama di tahun mendatang serta mengharapkan kerjasama yang telah ada ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan.
“Sistem minapadi di Sukoharjo ini unik, menggunakan sistem salibu. Dalam sistem salibu ini sisa rumpun padi yang ditanam pada mina padi sebelumnya dapat tumbuh kembali pada fase minapadi berikutnya, sehingga menghemat biaya tanam, dan memberikan hasil yang tidak kalah dengan fase pertama,” papar Wardoyo.