TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Pemerintah kini mendorong daerah yang berpotensi untuk pengembangan buah naga untuk membangun kampung buah naga. Namun demikian, untuk bisa membangun kampung buah naga ada beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi.
Guru Besar Fakultas Pertanian IPB sekaligus peneliti Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB, Sobir mengatakan, untuk budidaya buah naga syarat utama agar buah naga bisa tumbuh baik adalah kecocokan agroklimat.
“Dalam menanam buah naga, agroklimatnya harus benar-benar diperhatikan. Apakah sudah sesuai atau belum. Pernah ada yang menanam buah naga di tanah yang asam seluas 50 ha dan gagal. Jadi, harus diperhatikan benar agar penanaman secara organiknya tidak gagal,” ujar Sobir.
Selain agroklimat, Sobir menyatakan bahwa benih sangat krusial dalam menentukan keberhasilan. Untuk menanam buah naga secara organik, pilih bahan perbanyakan dari pohon induk yang sehat dan dari populasi yang sehat.
Kemudian, celup batang benih ke dalam PGPR selama 30 menit untuk merangsang perakaran dan menekan serangan penyakit tular tanah. “Banyak petani buah naga yang terburu-buru sehingga malah menyebabkan kehancuran,” katanya.
Sobir mencontohkan, di Batam merupakan salah satu pusat buah naga. Namun karena penggunaan benih yang tidak terkontrol, sekarang sudah selesai. “Tidak ada lagi,” tegasnya.
Gapoktan Beji Makmur Wonogiri merupakan salah satu kelompok tani yang sukses membudidayakan buah naga secara organik. Ketua Gapoktan, Wahyu Tulus Nugroho mengakui, sertifikat organik menjadi salah satu senjata petani untuk meningkatkan nilai tawar.
Petani di Gapoktan Beji Makmur akhirnya berhasil mendapatkan sertifikasi organik komoditas hortikultura pada 2018. “Petani itu tidak memiliki nilai tawar. Saat panen dan dijual, kalau tidak laku, dibeli dengan harga murah. Karena itu, senjata yang bisa digunakan untuk nilai tawar adalah sertifikasi organik,” ujar Wahyu.
Gapoktan Beji Makmur memanfaatkan lahan pekarangan untuk membudidayakan buah naga organik. Meskipun sempit, tapi saat musim kemarau kering, lahan pekarangan ini dapat sangat dimaksimalkan. Alhasil, pendapatan pun bisa meningkat.
Pada 2018-2019, Gapoktan Beji Makmur berhasil mengekspor 2,5 ton buah naga organik. Pada 2021, Kelurahan Beji berhasil menjadi Desa Wisata Organik. “Kami mengonsepkan pekarangan yang tadinya hanya pelengkap rumah diubah menjadi lahan yang menghasilkan,” katanya.
“Selanjutnya, kami telah menjadi wahana pembelajaran, dibuktikan dengan kunjungan dari berbagai pihak. Ini telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap dan semoga terus meningkat,” tambah Wahyu.