Melon Premium Jenis rangipo, chamoe dan Inthanon | Sumber Foto:Djoko W
TABLOIDSINARTANI.COM, Ungaran --- Melon ekslusif kualitas premium, varitas rangipo yang bergelantungan di green house hari itu di petik siswa siswi kelas 12 SMKN Moenadi Ungaran. Ada 3 green house yang digunakan sebagai tempat praktek budidaya melon premium model hidroponik drip system.
Masing-masing green house ditanami varitas rangipo, chamoe dari Korea dan inthanon. Ketiganya adalah varitas melon “bangsawan”, sebuah istilah di dunia pertanian dimana sebuah varitas dapat memberi keuntungan besar, namun harus dibudidayakan dengan cermat, serta memerlukan modal (input) dan disiplin kerja yang tinggi.
Wakasek bidang humas SMKN Moenadi, Taat Sutarso, STP, menjelaskan bahwa siswa siswi konsentrasi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan Hortikultura yang disingkat ATPH, asuhannya mendapat pembelajaran budidaya tanaman melon hidroponik dalam rumah kaca atau green house sebagai salah satu mapel wajib.
“Kenapa wajib dipelajari, karena budidaya ini mempunyai keunggulan tersendiri,” lanjut Taat,
Keunggulan itu antara lain Tanaman terlindungi dari serangan hama dan penyakit dari lingkungan luar. Pemupukan tanaman dapat terukur, tepat saji karena menggunakan sistem fertigasi tetes (irigasi). Tanaman ditanam di media cocopeat sehingga tidak terjadi over residu kimia pada buah
Selain itu ada keseragaman dan kestabilan mutu buah dari tampilan buah dan rasa. Tampilan luar buah dilihat dari warna kulit yang cerah mengkilap, warna buah yang segar. Rasa manis pada buah yang merata dari ujung hingga pangkal.
Nilai kandungan gizi pada buah melon lebih tinggi dan lengkap karena nutrisi pemupukan dan teknik yang diterapkan lebih mutakhir. Dan tanaman dan hasil buah lebih higienis karena aman dari serangan hama penyakit asal lingkungan sekitar.
Lebih lanjut, sarjana jebolan Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini mengatakan bahwa, disamping belajar budidaya yang rumit, siswa juga mengalami pembelajaran cara kerja dan ritme kerja sesuai standar perusahan besar.
“Membentuk karakter dan etos kerja yang kuat dan positif sangat essential di sekolah keahlian ini. Mutu atau kualitas lulusan sekolah akan teruji ketika mereka sudah terjun dimasyarakat dan dilingkungan kerja,” ujarnya.
Sampai saat ini masyarakat luas masih suka mempersonifikasi petani dengan prototype, seorang laki-laki paruhbaya atau tua, berbaju koko hitam celana komprang sebatas betis hitam juga, memakai caping bambu, tanpa alas kaki memanggul cangkul/
Kadang dilengkapi dengan seekor kerbau di depannya. Mereka kotor dan berkulit hitam karena harus bergulat dengan tanah dan lumpur sepanjang hari. Bodoh dan miskin karena pekerjaan bertani itu mudah dan berpenghasilan kecil.
Hal itu yang ditentang Kepala Sekolah SMK Negeri Moenadi Ungaran, Imro’atul Azizah, Spd, M Si,. Doktrin pertama yang dia lakukan bersama guru-guru rekan kerjanya kepada siswa-siswi yang baru diterima adalah menghilangkan mindset “petani bodoh dan kotor” dari alam bawah sadar mereka.
Proses pendidikan selama 3 tahun yang akan dilakoni para siswa-siswi SMKN yang berbasis pertanian ini, akan membuktikan bahwa ilmu pertanian tidak semudah yang dibayangkan orang.
Banyak cabang-cabang ilmu dasar yang harus dipelajari dan saling berkaitan. Namun apabila dapat dikuasai dan tekun di laksanakan, tidak mustahil ia akan menjelma menjadi petani sukses, kaya, berilmu dan kalau mau, dapat berdasi juga.
Lebih lanjut Azizah mengatakan bahwa untuk pembelajaran pertanian milenial, SMKN Moenadi telah menggandeng PT. Kebun Bumi Lestari (Farm Hill) Semarang dalam sebuah MoU sejak tahun 2019 lalu.
Dalam MoU disebutkan bahwa PT. KBL akan membantu pengadaan 2 unit green house beserta instalalsi hidroponik sisten tetes (drip system), dan pelatihan bagi para siswa dan pengajar tentang budidaya melon premium berstandar internasional.
Di lain pihak, SMKN Moenadi akan mendidik siswa siswinya sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang trampil dan ahli dibidangnya serta mempunyai karakter dan etos kerja yang kuat.
Azizah juga menambahkan bahwa ia bersyukur walau sekolah berada di kawasan perkotaan tetapi minat sekolah pertanian masih cukup tinggi. Tahun ini sekolahnya menampung tidak kurang dari 600 siswa dan siswi dalam 21 kelas.
Terbagi dalam tiga konsentrasi keahlian, yaitu Agribisnis Tanaman Pangan Hortikultura disingkat ATPH, Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian disingkat APHP dan Desain Komunikasi Visual disingkat DKV.
“Tahun ini sudah ada rencana bersama PT. KBL untuk merenovasi green house yang sudah dipakai 3 tahun lebih. Salah satunya akan ditambah dengan instalasi “ducth paket”. Juga akan dibangun fasisitas gedung beserta instalasi budidaya tanaman indoor” pungkas Azizah
Apabila rencana-rencana tersebut benar-benar terwujud, maka makin jauhlah kesan dunia pertanian yang mudah, murah dan petani yang kotor dan berpenghasilan rendah.
Walaupun sebagai insan pertanian yang tangguh, para siswa tetap harus sadar bahwa bapak-ibu, paman dan bibi mereka di pedesaan masih banyak yang terpaksa bergulat dengan tanah dan lumpur setiap hari demi sesuap nasi. Mereka harus siap membantu atau memberi contoh bagaimana bertani yang pintar dan menguntungkan.