Selasa, 29 April 2025


Jaga Keseimbangan Ekosistem, Kementan Inventarisasi Musuh Alami

27 Jun 2023, 03:35 WIBEditor : Yulianto

Inventarisasi musuh alami pada tanaman hortikultura di Bondowoso

TABLOIDSINARTANI.COM, Wonosobo----Untuk menjaga keseimbangan ekosistem pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Hortikultura melaksanakan kegiatan inventarisasi musuh alami pada pertanaman cabai, bawang merah dan kentang di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Musuh alami merupakan organisme hidup dari kelompok serangga atau hewan lain dan patogen yang dalam kehidupannya secara aktif mencari, memangsa, maupun memarasit dan membunuh serangga-serangga hama serta membantu mengendalikan hama tanaman secara alami.  Musuh alami terdiri dari predator, parasitoid dan patogen serangga.

Kegiatan inventarisasi musuh alami ini melibatkan tim dari UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Provinsi Jawa Tengah, Laboratirum Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Temanggung, Petugas Pengamat OPT (POPT), Petugas Penyuluh Lapang (PPL) Kecamatan Kertek dan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo serta didampingi pakar dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Kami berharap agar petani memperhatikan segala faktor dan aspek dalam hal budidaya ketika melakukan pengendalian OPT Ramah Lingkungan, termasuk memanfaatkan musuh alami yang ada di alam, karena keberadaan musuh alami bermanfaat menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Pemanfaatan musuh alami ini merupakan salah satu prinsip Pengelolaan Hama Terpadu," kata Direktur Perlindungan Hortikultura, Jekvy Hendra.

Lokasi pelaksanaan inventarisasi musuh alami yaitu pertanaman cabai di lahan milik anggota Kelompok Tani Among Tani, Desa Reco, Kec. Keretek. Sedangkan tanaman bawang merah di Kelompok Tani Pranoto Tani Rahayu, Desa Pagerejo, Kec.Keretek. Untuk tanaman kentang di Kelompok Tani Maju Bersama, Desa Tieng, Kec. Kejajar.

Serangga yang diperoleh di lapangan hasil inventarisasi lalu dipisahkan jenisnya berdasarkan perannya di ekosistem. Aapakah serangga tersebut adalah hama, dekomposer, predator, maupun parasitoid. Hasil inventarisasi ditemukan juga serangga yang terinfeksi patogen. Setelah diketahui serangga tersebut termasuk musuh alami, langkah berikutnya yaitu mengidentifikasi serangga secara morfologi yang dilakukan di LPHP Temanggung, Jawa Tengah.

Lindung Tri Puspasari dari Universitas Padjadjaran menyampaikan, petani perlu dibekali dengan berbagai pelatihan dan pendampingan secara rutin agar semakin mengenal dan mampu memanfaatkan musuh alami sebagai salah satu teknik pengendalian OPT.

"Petani diharapkan mampu membedakan antara OPT dan musuh alami, juga petani diharapkan mempunyai prinsip bahwa penggunaan pestisida berlebihan selain mematikan OPT juga musuh alami. Perlu dilakukan evaluasi pemanfaatan ulang musuh alami secara berkala," ujar Lindung.

Menambahkan pernyataan Lindung, pakar dari Universitas Gadjah Mada, Suputa menyampaikan bahwa pentingnya meningkatkan potensi musuh alami dalam pengendalian hayati berdasarkan identifikasi spesies yang akurat dan pembelajaran musuh alami sebagai agens hayati oleh petani.

Ia menyarankan agar petugas POPT disarankan secara rutin melakukan pendampingan kepada petani dalam hal-hal sederhana. Misalnya, perbanyakan musuh alami yang telah dikumpulkan dan dikoleksi oleh petani. ”Ke depannya diharapkan juga dapat melakukan introduksi, konservasi, augmentasi, inokulasi dan inundasi musuh alami secara mandiri," kata Suputa.

Ia juga berharap, petugas POPT mampu membantu petani dalam menginventarisir dan mengidentifikasi musuh alami yang berpotensi dalam menurunkan populasi OPT di lahan pertanaman miliknya. Dengan demikian, ke depan petani akan mampu mengetahui proporsi jumlah perbandingan antara musuh alami dan OPT di lahannya dan dapat menghitung kebutuhan musuh alami untuk mengendalikan OPT secara mandiri.

Reporter : julian
Sumber : Humas Ditjen Hortikultura
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018