Jumat, 26 April 2024


Tidak Taat Rekomendasi Pemupukan, Lahan Pertanian Kian Kritis

21 Apr 2021, 14:06 WIBEditor : Gesha

Hasil pertanaman di lahan petani mendapatkan hasil yang menggembirakan dengan menggunakan pemupukan berimbang | Sumber Foto:FERLY

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Produktivitas lahan-lahan sawah di Indonesia sebagian besar telah mengalami “leveling off” sehingga untuk memperoleh tingkat produktivitas padi yang sama diperlukan input lebih. Bahkan Pemupukan P dan K secara terus-menerus pada tiga dasa warsa terakhir ini menyebabkan sebagian besar lahan sawah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Lombok dan Bali berstatus hara P dan K tinggi.

"Pemetaan kami dari 2011-2014, terjadi peningkatan luas lahan sawah berstatus P tinggi dan peningkatan status K sedang. Di tahun 2017, dari 23 provinsi status P sedang sampai tinggi seluas 79 persen dan K sedang hingga tinggi seluas 80 persen, dengan luasan Sawah 7,5 juta hektar," ungkap Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Dr. Husnain, M.P., M.Sc, PhD dalam Focus Group Discussion (FGD) Rasionalisasi Aplikasi Pupuk dengan Teknologi Ramah Lingkungan dan 4.0, yang digelar TABLOID SINAR TANI, Rabu (21/4).

Penggunaan pupuk P dan K terus-menerus menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah. Ketidak seimbangan hara disinyalir mengakibatkan terjadinya pelandaian produktivitas (leveling off) padi sawah. Kadar hara P dan K yang tinggi menyebabkan ketersediaan hara mikro seperti Zn dan Cu tertekan. Hasil penelitian pada lahan sawah intensifikasi baik di Jawa maupun di luar Jawa juga menunjukkan bahwa sebagian besar tanaman padi sudah tidak tanggap terhadap pemupukan P dan K.

Tak hanya itu, BBSDLP juga menemukan fakta bahwa unsur kalium semakin terkuras dari tanah, karena tidak konsistennya pengembalian jerami ke lahan sebagai sumber kalium utama. "Padahal, cukup 1/3 bagian jerami saja yang ditinggal dalam lahan untuk kemudian diolah dan mengembalikan kalium pada tanah. Bisa dilakukan menggunakan alsin harvester," jelasnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki produktivitas lahan sawah, baik untuk lahan sawah yang sudah ada atau area bukaan baru salah satunya dengan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Diperlukan penerapan pemupukan berimbang berdasarkan uji tanah.

"Tanaman yang kelebihan pupuk biasanya lebih lunak dan disukai oleh hama penyakit dan mudah rebah. Inilah faktor penyebab hilangnya produksi nasional Indonesia sebanyak 20 persen. Hasil gabahnya pun rendah. Pemupukan berimbang harus dilakukan. Bukan hanya pemberian NPK, SP36 dan KCL tetapi juga bahan organik, sangat diperlukan karena banyak unsur mikro yang mutlak dibutuhkan tanaman," jelasnya.

Reformulasi Pupuk

Husnain juga mengatakan dalam kebijakan subsidi pupuk, mendorong penggunaan pupuk majemuk NPK Namun sayangnya dari penelitian BBSDLP tahun 2011 diperoleh hasil formulasi pupuk majemuk NPK 15-15-15 kurang sesuai untuk lahan sawah dengan kandungan hara yang beragam yang terlihat dari unsur hara P dan K yang beragam.

"Melihat status hara yang tinggi, kita merekomendasikan perubahan formulasi NPK majemuk menjadi 15-10-12. Formulasi ini sudah dites di berbagai lahan seluruh Indonesia. Kaliumnya bisa mengandalkan jerami. Dengan menurunkan formula hara P dan K, diharapkan dosis pupuk menjadi lebih efektif, efisien, ekonomis dan ramah lingkungan," tambahnya.

Rekomendasi pemupukan N, P, dan K merupakan perpaduan antara pupuk an-organik dalam bentuk pupuk tunggal (Urea, ZA, SP-26 dan KCl) dan pupuk majemuk NPK 15-10-12 plus Urea/ZA yang dikombinasikan dengan pupuk organik, kini telah disusun untuk tanaman padi, jagung, kedelai di seluruh kecamatan di Indonesia.

Perubahan formula pupuk majemuk NPK 15-10-12 yang baru, perlu dikawal dan disosialisasikan agar petani memahami arti efisiensi pupuk dan penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi. Dengan penghematan harga yang dapat dilakukan, diharapkan akan lebih luas lahanlahan pertanian yang mendapatkan bantuan subsidi pupuk dari pemerintah. 

 

 

 

 

 
Reporter : NATTASYA
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018