sosok pemerhati lingkungan Ir TM Zulfikar, ST, MP, IPU., | Sumber Foto:Istimewa
TABLOIDSINARTANI.COM, Banda Aceh --- Isu perubahan iklim kini memang tengah menjadi sorotan utama negeri ini. Terutama demi keberlanjutan pangan masyarakat.
"Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini bukan hanya disebabkan oleh faktor bencana alam, namun juga tidak terlepas ulah tangan manusia itu sendiri. Pasalnya ini perlu respon dengan upaya strategis yang harus ditempuh untuk mengurangi terjadinya bencana alam sehingga tidak lagi merugikan masyarakat dan petani, " ungkap sosok pemerhati lingkungan Ir TM Zulfikar, ST, MP, IPU., yang juga salah seorang alumni Magister Konservasi Sumber Daya Lahan USK Banda Aceh.
Menurutnya, bicara pertanian tidak bisa lepas bagaimana cara pengelolaan lingkungan itu sendiri. Sektor pertanian katanya bisa jalan apabila fungsi-fungsi produksinya itu dapat dikelola secara baik.
Misalnya, lanjut TM Zulfikar, sumber air yang terjaga dan tersedia kandungan unsur hara tanah dengan baik. "Pertanian tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumber air yang cukup. Semakin banyak air tersedia maka pertanian itu sendiri bisa berjalan dengan baik pula.
Namun sebaliknya jika berlebih perlu ada rekayasa teknologi, seperti tersedianya irigasi, waduk, dan embung yang fungsional, sehingga dengan demikian tetap terjaga keberlanjutan pangan. "Karena fungsi berbagai infrastruktur tersebut diharapkan dapat menyimpan air dan selalu tersedia sekalipun saat musim kemarau", jelasnya.
Penasehat/pembina Lembaga Seulawah Aceh (LSA), sebuah lembaga yang konsen mendampingi petani Aceh ini menerangkan bahwa keterkaitan pertanian dengan lingkungan katanya sangat erat hubungannya. Lingkungan sehat membuat unsur hara bagi tanah tersedia "Bila kita ingin unsur hara tersedia harus mulai menjaga lingkungan sehat agar terciptanya kesuburan tanah tersebut," timpalnya.
Kesuburan tanah berdampak terciptanya lingkungan yang berkelanjutan, tapi kalau lingkungan banyak tercemar ini dapat merusak bahan organik tanah sehingga menyebabkan kesuburan tanah akan berkurang.
Lebih lanjut TM Zulfikar yang pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif WALHI Aceh Periode 2010-2013, menyebutkan, kita perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pertanian itu menjadi sumber pangan utama serta berkelanjutan.
Bagaimanapun ini sangat berkorelasi dengan kelestarian lingkungan. "Untuk itu dibutuhkan bahan organik penyubur tanah, kalau tanah sudah sehat maka tidak perlu lagi pemupukan secara kimiawi," ujarnya berfilosofi.
Berbicara tentang Kasim Arifin Award yang diterimanya dari Universitas Syiah Kuala di akhir Desember 2021 yang lalu, dijelaskan bahwa seorang almarhum Kasim Arifin merupakan salah satu motivator atau penggerak pembangunan yang handal.
Lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut juga dapat dikatakan sebagai pahlwan di bidang pertanian dan lingkungan. Bayangkan beliau bersedia mengabdi di sebuah kampung pedalaman Maluku sana hingga bertahun-tahun dan menggerakkan masyarakat di bidang pertanian dan lingkungan. Artinya semangatnya untuk membangun pertanian dan mempertahankan kelestarian lingkungan sangat tinggi.
Sehingga Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, akhirnya menobatkan beliau sebagai salah satu tokoh legendaris lingkungan dan dijadikan salah satu ajang penerimaan penghargaan untuk tokoh lingkungan. Salah satu penghargaan atau award dari USK yang kemudian diambil dari nama Muhammad Kasim Arifin.
Kegiatan seperti ini harus berlanjut untuk mendorong banyak orang-orang yang bergiat di lingkungan dan diberikan award agar muncul ke permukaan tahap berikutnya. Pemerintah juga harus paham bahwa hari ini persoalan lingkungan sudah sangat memprihatinkan dan penuh risiko.
Dampak yang sudah muncul saat ini seperti terjadinya perubahan iklim, kekeringan di berbagai daerah, faktor cuaca dan hujan yang tidak bisa diprediksi, ini sangat mempengaruhi faktor pertanian itu sendiri.
"Bayangkan petani nggak tahu lagi kapan mau menanam dan mulai beraktivitas dengan risiko yang ada. Kok tiba-tiba hujan padahal seharusnya musim kemarau. Jadi ini yang kemudian harus di pahami oleh masyarakat, sehingga perlu dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi sedini mungkin dalam pengelolan pertanian dan lingkungan, " tuturnya.
Karena itu, pangan tidak boleh berhenti karena bagaimanapun pangan itu sangat bergantung kepada petani itu sendiri, dan itu tentunya harapan kita semua.
Mengenal Sosok
TM Zulfikar yang kelahiran Kota Langsa ini, juga salahsatu penerima Anugerah Kasim Arifin Award Tahun 2021, Katagori Pembina Lingkungan dari Universitas Syiah Kuala.
Keseriusan suami dari Muna Zahara dan ayah dua anak ini terhadap lingkungan telah mengantarkannya mendapat anugerah Kasim Arifin Award. Hal ini patut kita banggakan bersama dan menjadi pemicu semangat bagi aktivis lainnya.
Pasalnya, selain terlibat sebagai pegiat lingkungan sosok TM Zulfikar juga aktif menulis di berbagai media cetak lokal dan nasional serta kerap tampil sebagai narasumber di berbagai acara seminar maupun televisi. https://fb.watch/at8K-avQUH/
Disela-sela kesibukannya pun ia masih sempat mengajar di Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah dan menjadi Pembina Lembaga Seulawah Aceh yang bergerak di bidang pertanian dan sosial kemasyarakatan.
Kiprahnya bidang lingkungan tak diragukan lagi. Pada tahun 2014 ia menjadi Tim Ahli Bappeda Aceh, lalu tahun 2015-2016 sebagai Tim Asistensi Gubernur Aceh.
Selanjutnya pada tahun 2019 ia dipercayakan menjadi Penasehat Khusus Gubernur Aceh Bidang LHK serta sebagai Dewan Daerah WALHI Aceh Periode 2021-2025. Selain itu juga menjabat sebagai Koordinator Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Aceh sejak 2013 hingga sekarang.