Sabtu, 19 April 2025


Penting, Tingkatkan Daya Saing dan Pengamanan Produk Unggas Lokal

07 Jul 2022, 16:57 WIBEditor : Herman

Lokakarya Nasional MIPI

TABLOIDSINARTANI.COM. Jakarta --- Ditengah geliat bisnis perunggasan tanah air, peningkatan daya saing produk dan pengamanan produk menjadi hal yang penting. Hal tersebut menjadi salah satu perhatian Perhimpunan Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI)  

Dalam Lokakarya Nasional, “Bisnis Unggas Lokal Dengan Produk Yang Berdaya Saing Ekspor” yang diselenggarakan Perhimpunan Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI) pada acara Indo Livestock 2022 Expo & Forum, terungkap pentingnya pengamanan dan peningkatan daya saing produk perunggasan tanah air.  

Diungkapkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Drh.Syamsul Ma’arif, M.Si bahwa Peningkatan daya saing produk & Pengamanan pasar dalam negeri menjadi salah kepentingan nasional.  

Syamsul Ma’arif menjelaskan keamanan pangan merupakan hak konsumen & telah menjadi isu prioritas prioritas dalam konteks perdagangan global. Sistem keamanan pangan harus didasarkan pada penilaian resiko yang terintegrasi mulai dari peternakan sampai dengan meja makan. 

Selain itu, sistem harus mendorong penetapan manajemen resiko yang tepat dalam bentuk peraturan yang jelas yang berasal dari pendekatan konsultatif dan terpadu yang dapat diterapkan secara nasional dan diakui secara internasional.  

Untuk mendukung kualitas produk perunggasan khususnya itik,  Balai Penelitian Ternak (Balitnak)  terus melakukan penelitian untuk membentuk galur itik unggul. Untuk itik petelur, Balitnak telah menghasilkan itik Hibrida Master yang merupakan persilangan antara Mojomaster Jantan dengan Alabio Master Betina.  

Itik unggul ini memiliki cirri postur tubuh ramping seperti botol, warna bulu seragam, garis bulu putih diatas mata (alis) warna ceker dan paruh hitam, dan warna telur berwarna seragam hijau kebiruan.  

Umur pertama bertelur itik Hibrida Master adalah 18-20 minggu, dengan puncak produksi telur 03,7?n rataan produksi telur 260 butir/tahun. Untuk itik pedaging, Balitnak memiliki itik PMp yang merupakan persilangan antara ituk Mojosari Putih dengan itik peking yang memiliki bobot badan relative besar. Iti Pmp ini bisa mencapai bobot 2 kg pada umur 10 minggu.  

Bicara mengenai industri daging itik,  Chairman 0f the 7th Word Waterfowl Conference in Indonesia, Dr/ L/ Hardi Prasetyo, M.Agr mengatakan produksi daging itik di Indonesia merupakan industri yang baru dan sedang tumbuh. Dari segi produksi, daging itik Indonesia berada di posisi 15, sistem produksi belum tertata dengan baik dan sistem tataniaga juga belum terbentuk dengan baik.    

“Ada 3 perusahaan pembibitan skala besar, disamping pembibitan kecil yang tersebar di beberapa daerah. Kualitas bibit masih sangat beragam, khususnya bagi pembibit skala kecil,” ungkapnya. 

Hardi juga menambahkan mayoritas peternak budidaya itik potong masih belum tertata dengan baik dan masih asal-asalan. Kualitas produk juga masih sangat beragam dan teknologi pembibitan dan budidaya sudah tersedia untuk induk maupun itik potong.  

Menurut Hardi, ada beberapa hal yang dibutuhkan pasar dalam negeri, seperti pada bibit itik (DOD) yaitu warna bulu seragam (putih), bobot DOD yang seragam, dan sifat pertumbuhan yang jelas dan perumbuhan yang seragam. Sedangkan untuk itik potong yaitu umut potong 5-6 minggu, bobot potong 1,3-1,5 kg dan 1,5-2 kg, hingga kualitas karkas yang seragam dan standar.  

Pelaku usaha telur asin yang telah mengeskpor produknya, Rully Lesman mengaku pentingnya standarisasi produksi dengan penerapan SOP dan NKV. Sebelum melakukan stadarisasi produksi, pemilik UD. Surya Abadi ini mengatakan kegagalan produksi mencapai 30%.  

Hal tersebut banyak disebabkan usaha yang masih bersifat tradisonal, packing memakai bekas peti telur ayam negeri dan peti buah, menggunakan jerami dan tanah liat, serta telur tidak mengalami proses pencucian.  

“Telur asin yang melewati beberapa tahap pencucian yang benar akan menambah masa simpan telur itu sendiri. Selain itu telur asin yang akan di ekspor misalnya ke Negara singapurharus melewati uji bakteri Colifm sebagai bakteri pengikut yang dapat merusak kuning telur berubah menjadi hitam,” ujarnya.   

Mengedepankan kualitas dan keamanan produknya, saat ini telur asin hasil produksi UD. Surya Abdi telah diterima di beberapa Negara. “Dengan produksi telur 50.000 per hari, pemasaran selain ke seluruh Indonesia juga sudah di ekspor ke beberapa Negara seperti Singapur, Hongkong, Jepang, Malaysia, USA, Australiam Uni Emirat Arab dan Brunei Darusallam,” ungkapnya. 

Reporter : Echa
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018