Rabu, 12 Februari 2025


Kendalikan PMK. Vaksinasi di Jawa Tengah Capai 92%

14 Jan 2025, 13:22 WIBEditor : Herman

Vaksinasi Hewan Ternak

TABLOIDSINARTANI.COM, Semarang --- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) terus meningkatkan upaya pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kembali merebak di awal 2025. Penyakit yang menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, dan domba ini menjadi perhatian serius karena dampaknya terhadap kesehatan hewan dan ekonomi peternak.

Berbagai langkah dilakukan secara komprehensif, mulai dari vaksinasi, desinfeksi, pengobatan, hingga edukasi. Pelaksana Tugas Kepala Disnakkeswan Jawa Tengah, Ir. Ignasius Hariyanta Nugraha, M.Si., mengungkapkan bahwa pemerintah provinsi terus mengintensifkan tindakan kuratif dan preventif untuk menekan penyebaran PMK.

Hingga 29 Desember 2024, Disnakkeswan telah mendistribusikan 8.750 dosis vaksin Aftofor ke 15 kabupaten/kota serta Asosiasi Peternak Penggemukan Sapi Indonesia (APPSI). Vaksinasi dilakukan untuk memastikan kekebalan ternak meningkat, terutama di daerah yang menjadi pusat peternakan.

"Sampai 13 Januari 2025, vaksinasi sudah mencapai 92%. Hari ini, kami menerima bantuan tahap pertama sebanyak 40.000 dosis dari total alokasi 400.000 dosis untuk Jawa Tengah pada tahun 2025. Vaksin ini akan segera didistribusikan ke 35 kabupaten/kota mulai 14 Januari," ujar Hariyanta.

Penanganan PMK

Selain vaksinasi, tindakan pengobatan juga dilakukan terhadap 2.722 ekor sapi di 437 desa yang terindikasi terserang PMK. Desinfeksi dilakukan dengan menyemprotkan cairan desinfektan di kandang ternak, pasar hewan, hingga kendaraan pengangkut. Langkah ini telah menjangkau 97 desa di 54 kecamatan yang tersebar di 12 kabupaten/kota.

Langkah Edukasi dan Pencegahan

Pencegahan penyebaran PMK juga melibatkan edukasi intensif di 172 desa pada 19 kabupaten/kota. Edukasi ini mencakup pengetahuan tentang gejala PMK, cara mencegah penularan, dan pentingnya menjaga kebersihan kandang serta peralatan peternakan.

Untuk mempermudah laporan masyarakat, Disnakkeswan membuka hotline penanganan PMK di 085135097990 serta melalui media sosial resmi mereka di @disnakkeswanjtg.

“Kami mengajak masyarakat untuk melaporkan jika menemukan gejala PMK pada ternak di wilayah mereka. Laporan ini penting untuk memastikan langkah penanganan cepat,” tambah Hariyanta.

Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Nana Sudjana A.S., M.M., menyampaikan bahwa pemerintah provinsi telah memperketat pengawasan kesehatan hewan, baik di pasar ternak maupun pos lalu lintas ternak. "Kami juga telah mengeluarkan surat edaran tentang panduan penanganan dan pencegahan PMK. Pemerintah kabupaten/kota diminta untuk bekerja sama agar wabah ini bisa segera dikendalikan," ungkapnya dalam kunjungan kerja di Kabupaten Magelang, Kamis (9/12/2025).

Berdasarkan data per 12 Januari 2025, terdapat 3.968 ekor ternak atau 0,0721?ri total populasi 5,5 juta ekor di Jawa Tengah yang terindikasi PMK. Dari jumlah tersebut, 482 ekor telah dinyatakan sembuh, 89 ekor dipotong paksa, dan 154 ekor mati. Meskipun angka ini tergolong kecil, dampaknya sangat signifikan bagi peternak yang menggantungkan hidup dari hasil ternaknya.

Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. Drh. Agung Suganda, M.Si., turut memantau penanganan PMK di Jawa Tengah. Dalam kunjungan ke Nabil Farm di Semarang pada 31 Desember 2024, ia meninjau langsung pelaksanaan vaksinasi bersama sejumlah pejabat, termasuk Plt. Kepala Disnakkeswan Jawa Tengah, Ir. Ignasius Hariyanta Nugraha, M.Si., dan perwakilan dari APPSI Jawa Tengah.

Kolaborasi Penganan PMK

Provinsi Jawa Tengah juga memiliki Satgas Penanganan PMK yang dibentuk melalui Surat Keputusan Gubernur No. 443/38 Tahun 2022. Satgas ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, akademisi, organisasi dokter hewan, hingga perwakilan peternak.

Faktor Penyebaran dan Wilayah Rawan

Hariyanta menjelaskan bahwa penyebaran PMK di Jawa Tengah dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk transaksi ternak di pasar lintas wilayah. “Beberapa daerah seperti Blora, Wonogiri, Sragen, dan Pati mengalami serangan masif. Sebelum merebak di Jawa Tengah, wabah sudah lebih dulu terjadi di Jawa Timur. Aktivitas perdagangan ternak di perbatasan menjadi salah satu penyebab utama penyebaran ini,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa PMK tidak menular ke manusia, sehingga daging sapi tetap aman untuk dikonsumsi. Namun, bagian tertentu seperti mulut, kaki, dan jeroan dari sapi yang terinfeksi tidak disarankan untuk dikonsumsi.

Penyakit yang disebabkan oleh virus Aphthovirus ini dapat dicegah dengan vaksinasi dan penerapan biosekuriti ketat. Jika wabah terjadi, langkah pengobatan simptomatik, isolasi ternak yang sakit, serta pengendalian penyebaran harus dilakukan dengan segera.

Melalui upaya terpadu dan dukungan berbagai pihak, Jawa Tengah optimis dapat mengatasi wabah PMK. Edukasi kepada peternak, pengawasan ketat di lapangan, dan distribusi vaksin secara merata menjadi kunci keberhasilan dalam menekan penyebaran penyakit ini.

Reporter : Djoko W
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018