Selasa, 15 Juli 2025


Pertanian Melesat Maju, Begini Cara Menangkapnya

04 Jan 2022, 21:33 WIBEditor : Yulianto

Prrsiden Jokowi saat mencoba tranktor modern

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Konon, dahulu pertanian -khususnya tanaman pangan- diasosiasikan dengan bercocok tanam. Simpel. Hanya menanam dan berproduksi. Titik. 

Kini bisnis berbasis pertanian berkembang. Pemasaran yang dikelola manajemen modern atau perusahaan komersial muncul di mana-mana. Teknologi biologis benih moderen dikembangkan oleh perusahaan benih profesional dan penyewaan alsintan untuk pengolahan tanah, aplikasi drone untuk pemupukan dan penyemprotan herbisisa dan insektisida tumbuh di pedesan. 

Teknologi budidaya maju pesat dan pengolahan meningkat luar biasa. Komoditas biasa sekelas singkong pun bisa diolah jadi produk yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dan terus mengalirkan cuan. Kini pertanian yang terpaku pada aktivitas bercocok tanam saja adalah malapetaka.

 

Pertanian bukan bertujuan hanya untuk menghasilkan produk fisik tetapi harus semakin produktif dan memberikan penghasilan yang cukup dan terus meningkat sehingga menyejahterakan pelakunya, yaitu petani.

Pertanian terkait erat dengan sektor hulu dan hilir dengan ketergantungan yang semakin kuat, semakin cepat dan semakin besar. Besaran dan porsi margin kegiatan off-farm semakin besar dan tanpa memperhatikan keseimbangan sektor on-farm dan off-farm, dari hulu-budidaya-hilir, seluruh kegiatan akan tetap kerdil dan tertinggal. 

Sektor hulu memberi dukungan teknologi biologis, dukungan sarana produksi, permodalan dan mekanisasi, dan di sektor hilir meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan, pemasaran dan product development.  Semua ini telah meningkatkan produktivitas dan kualitas, menurunkan kehilangan hasil, menambah manfaat produksi dan meningkatkan pendapatan bagi semua pelaku di on-farm maupun off-farm.

Kandungan biaya dan margin keuntungan off-farm dalam produk pertanian semakin besar karena dampak peningkatan kualitas dan product development. Aktivitas bisnis di sektor pertanian dan tenaga kerja bergeser ke sektor off-farm. Proses produksi semakin padat modal sehingga peran lembaga perbankan semakin penting.

Agribisnis di bidang perkebunan sudah berkembang sejak jaman kolonial di negeri ini tetapi dalam aroma bisnis ala penjajahan yang menciptakan tekanan dan penderitaan para buruhnya. Kini agribisnis yang dibangun adalah yang menyejahterakan. Dan itu sudah terjadi.

Dunia bisnis bergerak lebih cepat melihat peluang dan menciptakan kesempatan kerja. Permintaan tenaga kerja di bidang agribisnis direnspon oleh lembaga pendidikan. Kursus singkat maupun pendidikan formal sangat responsif menyesuaikan pada perkembangan usaha dan perkembangaan pasar tenaga kerja. Kursus komputer, teknik komunikasi, manajemen, disain grafis, dan agribisnis  berkembang karena dunia bisnis berkembang ke arah sana dan menciptakan permintaan dan kesempatan kerja dengan keahlian di bidang tersebut.

Ada berita menarik sekaligus mengejutkan. Jurusan favorit di IPB (dan begitu juga di Fakultas Pertanian universitas lain) bukan lagi jurusan Teknik Budidaya Pertanian. Agronomi dan Hortikultura menempati rangking terendah dari 10 jurusan favorit. Mahasiswa baru lebih tertarik pada jurusan Manajemen, Komputer, Lingkungan, Gizi, Teknologi Pangan, dan Bisnis.

Seiring dengan perkembangan sektor pertanian sekarang, yang dibutukan  dunia pertanian tidak hanya keahlian teknik produksi, tetapi lebih pada masalah bisnis, manajemen, pengolahan, pemasaran, gizi dan keamanan pangan.

Perubahan dunia pertanian ini tidak hanya tercermin di dunia bisnis tetapi di dunia birokrasi. Lembaga pemerintah yang menangani masalah pertanian di negara-negara lain sudah melangkah jauh menyesuaikan dengan kebutuhan bisnis, sehingga penamaan/nomenklatur kementerian pertanian sudah berubah.

Di Belanda, Kementerian Pertanian sudah bernama Ministerie van Lanbouw, Natuur en Voedselkwaliteit  (Kementerian Pertanian, Alam dan Kuallitas Pangan. Di Thailand Ministry of Agriculture and Cooperative; di Jepang Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.

Di Jerman Kementerian Agraria dan Pangan. Di Rusia Kementerian Pertanian dan Pangan. Di Malaysia Kementerin Pertanian dan Industri Makanan. Di Korea Selatan Kementerian Pertanian, Pangan dan Pedesaan dan di Inggris Departemen Lingkungan HIdup, Pangan dan Pedesaan.

Ini mengindikasikan bahwa masalah pertanian sudah semakin menyatu sistem dengan industri pangan, kelestarian alam, pedesaan dan pangan (keamanan pangan). Aspek-aspek tersebut  memiliki keterkaitan masalah yang semakin kuat.

Kita memang masih menangani masalah-masalah tersebut secara terpisah, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Kementerian Koperasi, Agroindustri di Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Pedesaan. Mungkin luas dan kompleksnya permasalahan merupakan salah satu alasan, tetapi dengan demikian diperlukan koordinasi dan sinkronisasi yang kuat.

Apakah artinya semua ini?

Sementara kegiatan dunia bisnis pertanian, yaitu agribisnis erat keterkaitannya secara fisik maupun manajemen, dukungan kebijakan memerlukan koordinasi yang kuat. Sinkronisasi kebijakan menjadi keniscayaan. 

Dengan berkembangnya industri 4.0 dan bahkan menuju ke 5.0, yang berbasis data, informasi, otomatisasi, infrastruktur, maka peran masing-masing lembaga perakit kebijakan ini menjadi semakin pantang untuk berjalan sendiri-sendiri.

Terlebih lagi tuntutan lain seperti harus aman terhadap lingkungan, bebas polusi, memelihara keberlanjutan sumberdaya alam, tidak melanggar hak azasi manusia sampai pada sertifikat halal dan lain-lain semakin mengemuka, padahal tidak pernah muncul sebelumnya.

Mungkin ini bisa menginspirasi sejauh mana efektivitas kelembagaan pemerintah untuk mengembangkan sektor pertanian secara total dari hulu sampai hilir. Wallahualam.

Reporter : Memed Gunawan
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018