Senin, 14 Oktober 2024


Memperkuat Agribisnis Petani Milenial Berbasis Klaster

17 Apr 2024, 11:57 WIBEditor : Yulianto

Petani milenial menjadi tulang punggung pembangunan pertanian | Sumber Foto:Dok. Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Petani milenial kini menjadi tulang punggung pembangunan pertanian. Dengan kemampuannya dalam adaptasi teknologi, generasi muda akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi untuk mendukung usaha tani dari on farm, tapi hingga off farm, bahkan sampai pemasaran. Artinya, petani milenial melakukan kegiatan agribisnis.

Upaya memperkuat agribisnis petani milenial harus berbasis kluster komoditas. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, peningkatan kapasitas petani milenial dari mulai produksi, panen, pascapanen, pengolahan, pemenuhan persyaratan keamanan dan mutu, pemasaran, serta pengembangan usaha pertanian.

Untuk itu mendapatkan SDM pertanian handal yang mampu mengelola dari produksi hingga pengembangan usaha, petani milenial harus mendapat bimbingan teknis tematik dan kolaboratif dengan pelibatan multistakeholders, baik yang bersifat teknis pertanian maupun manajemen. Misalnya, literasi keuangan, pemasaran, pengemasan, contract farming, dan pengelolaan kebun/ lahan/ unit pengolahan hasil, dan lain-lain.

Petani milenial juga bisa melakukan magang usaha di lokasi yang lebih maju untuk mengadopsi proses bisnis maupun teknologi yang dilakukan. Selain itu, pelatihan bimbingan teknis digitalisasi melalui e-learning/platform digital dengan pendekatan komunitas (community based). Untuk meningkatkan kualitas dan ragam produk sesuai kebutuhan pasar dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk, harus ada transfer inovasi teknologi berbasis teknologi tepat guna.

Dalam mengelola usaha, petani milenial juga mendapat pengetahuan penguatan hilirisasi. Hilirisasi didasarkan pada potensi pasar dan keunikan produk, sehingga dapat menyasar pada berbagai segmen konsumen/pasar. Dengan demikian, akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing, serta nilai ekonomis produk melalui pengelolaan pasca panen dan proses pengolahan hingga tersaji dan dikonsumsi konsumen.

Namun demikian, agribisnis petani milenial berbasis kluster komoditas ini memerlukan sinergitas berbagai pihak. Terutama untuk mendukung pengelolaan hulu hingga hilir secara terpadu oleh kelembagaan ekonomi petani, baik yang berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum.

Kelembagaan ekonomi petani perlu ditingkatkan menjadi kelembagaan yang kuat dan mandiri, sehingga berdampak terhadap akselerasi pengembangan sosial ekonomi petani, aksesibilitas pada informasi pertanian, aksesibilitas pada sumber permodalan, infrastruktur dan pasar, adopsi teknologi pertanian, serta  jejaring kerjasama kemitraan, sehingga berdaya saing, produktif, berkelanjutan dan mampu meningkatkan nilai tawarnya.

Saat ini petani sebagai produsen dihadapkan dengan kondisi konsumen yang cerdas dan sangat kritis terhadap segala sesuatu yang menyangkut pembelian produk. Konsumen menginginkan produk yang dibeli memiliki kualitas yang baik, murah dan cepat (better, cheaper, faster). Keinginan tersebut dapat dipenuhi dengan adanya manajemen yang baik di dalam rantai pasok.

Seluruh aktor yang berada di sepanjang rantai pasok harus saling terintegrasi. Pasalnya, persaingan kini tidak lagi terjadi antara pelaku usaha secara individu, tapi antar rantai pasok. Rantai pasok yang dapat bersaing adalah yang dapat memenuhi permintaan konsumen dan memiliki nilai yang tinggi dari keseluruhan rantai pasok.

Terdapat tiga hal penting dalam rantai pasok agar dapat memenuhi konsumen akhir yaitu kelancaran aliran produk, aliran finansial, dan aliran informasi. Menjaga kelancaran aliran produk dalam rantai pasok sangat penting karena ketersediaan produk mempengaruhi kelancaran kedua aliran lainnya.

Untuk itu, petani milenial perlu ditingkatkan pengelolaan produknya dengan bersinergi bermitra dengan pelaku usaha di pasar untuk membangun jaringan pemasaran yang utuh dan saling menguntungkan. Pengembangan pasar secara digital perlu dibarengi dengan penataan manajemen produksi di dalam kelompok petani, sehingga kelancaran ketersediaan produk dapat terjamin. Kemampuan akses pasar dalam negeri maupun luar negeri sangat dipengaruhi oleh jaminan mutu produk.

Akses Permodalan

Pembiayaan agribisnis petani milenial dapat berasal dari investasi, corporate social responsibility (CSR), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan model pembiayaan lainnya. Perbankan maupun korporasi yang tertarik untuk mengembangkan usaha, misalnya agribisnis hortikultura, perlu disertakan dalam pengembangan hortikultura di setiap aspek yang dipandang komersial bagi petani dan memiliki potensi keberlanjutan yang sangat besar.

Untuk optimasi pembiayaan dari non-reguler harus ada pendampingan kepada petani agar dapat meningkatkan skala usaha dan perekonomian wilayah mendapat manfaat positif dari pengembangan hortikultura. Petani milenial perlu mendapat bimbingan dalam mengakses berbagai skema ini dan perlu meningkatkan kemampuan manajerial untuk dapat memenuhi standar mitra usaha pendanaan.

Penguatan kelembagaan ekonomi petani dilakukan secara berjenjang menurut kondisi dan kapasitas petani, sehingga mampu dan memenuhi syarat untuk membentuk badan usaha yang berbadan hukum. Dengan agribisnis, petani milenial berbasis kluster komoditas akan mendorong pembentukan kelembagaan ekonomi yang memiliki nilai tawar dan kemampuan mengakses informasi, sumber permodalan, serta akses pasar.

Koperasi petani milenial pada Program YESS menjadi salah satu leason learned penguatan agribisnis petani milenial melalui korporasi petani. Penguatan agribisnis petani milenial berbasis kluster komoditas dapat menjadi rintisan pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani yang dikembangkan dengan strategi memberdayakan dan mengkorporasikan petani.

Sinergi pemerintah, akademisi/lembaga riset, mitra usaha/ industri, asosiasi, komunitas, lembaga pembiayaan, dan media sangat diperlukan untuk mengakselerasi pertumbuhan agribisnis petani milenial.

Reporter : Dr. Inneke Kusumawaty, STP, MP
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018