TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Jaminan ketersediaan pangan nasional di tengah krisis pangan dunia yang terjadi belakangan ini menjadi penting. Mungkin kini kita masih bisa menarik nafas lega karena cadangan beras cukup aman, bahkan diklain tanpa impor.
Namun dengan makin besarnya tantangan pembangunan pertanian, pertanian tak lagi bisa mengandalkan kerja secara tradisional, tapi harus sudah mengarah pada modernisasi pertanian. Salah satu komponen modernisasi adalah alat mesin pertanian (alsintan).
Untuk itu, pemerintah harus mendorong industri alsintan untuk bisa tumbuh di dalam negeri. “Negara dengan berbagai kebijakannya harus mendorong dan berpihak dalam rangka pengembangan industri alat mesin pertanian lokal,” kata Mindo Sianipar, Anggota DPR RI Komisi IV saat Webinar Dukungan Alsintan Dalam Modernisasi Pertanian yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, Rabu (27/7).
Mindo yang juga Ketua Asosiasi Alat Mesin Pertanian Indonesia (ALSINTANI) melihat, pelaku usaha alsintan dalam negeri saat ini sudah berjibaku berinvestasi dalam membangun industri dalam negeri. Untuk itu, ia berharap pemerintah membantu pelaku usaha alsintan, terutama dalam negeri agar berdampak pada perekonomian nasional.
“Saya berharap jangan ada alsintan impor yang datang utuh ke dalam negeri. Harus ada komponen lokalnya, paling tidak tenaga kerjanya,” kata Legislator Partai Demokrasi Perjuangan Dapil Jatim VII ini.
Hal lain yang menjadi sorotan Mindo adalah pemerintah harus bisa mendesain kegiatan pertanian dengan mengutamakan produk yang dibuat di dalam negeri. Dengan semangat kemandirian industri alsintan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu petani secara keseluruhan.
“Yang akan kita sejahterakan adalah petani Indonesia dan pengusaha dalam negeri, bukan dari luar. Kita harus berani mengatakan bahwa produk dalam negeri sudah ada. Ini tidak akan melanggaran ketentuan WTO,” tegasnya.
Bagi Mindo yang diperlukan adalah arah kebijakan pemerintah dalam membangun pertanian dan industri alsintan. Untuk itu, ia berharap pemerintah berlaku adil terhadap pelaku usaha dalam negeri. “Jangan sampai impor alsintan yang sudah jadi justru lebih murah mengimpor bahan baku. Ini kan tidak adil,” katanya heran.
Penguatan UPJA
Mindo menilai, dengan penguatan industri alsintan lokal akan mendorong peningkatan Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Alsintan yang sudah berjalan dengan baik di daerah sebagai pengguna langsung. Karena itu ia berharap, pemerintah dan kalangan industri alsintan membantu UPJA dalam meningkatkan pengetahuan untuk perawatan alsintan.
Terobosan program Taksi Alsintan dari Kementrian Pertanian juga menjadi hal positif dalam pengembangan usaha dibidang pertanian. “Dalam program Taksi Alsintan, saya minta libatkan pengusaha pertanian di daerah dalam mengembangkan bisnis sewa alat mesin pertanian ini,” kata Mindo.
Mindo mengharapkan, ke depan program Taksi Alsintan ini bisa direplikasi dan berkembang di seluruh daerah sentra produksi pertanian. Jika hal ini bisa terjadi, maka produksi padi secara nasional akan meningkat menuju kemandirian pangan.
Pemerintah daerah juga dapat berperan secara aktif dalam meningkatkan pertanian baik melalui bantuan pengadaan alsintan maupun merevitalisasi lahan tidur alias tidak terpakai. “Kita tidak bisa hanya berpangku tangan menunggu bantuan dari pemerintah pusat,” katanya.
“Perlu kerja gotong royong untuk mewujudkan kerja besar di bidang pertanian ini. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha lokal dan petani sebagai pengguna harus bahu membahu untuk meningkatkan kinerja pertanian di daerah masing-masing,” tutur Mindo. Bagi Mindo, pemerintah juga harus memberikan insentif untuk pelaku usaha dalam negeri.