Keindahan bawah laut di Larantuka | Sumber Foto:ISTIMEWA
TABLOIDSINARTANI.COM, Flores Timur --- Dalam perairan yang tenang dan indah di sepanjang pantai Larantuka, terdapat sebuah harta karun alam yang perlu kita jaga bersama. Di bawah permukaan air yang biru, tersembunyi kehidupan laut yang kaya dan ekosistem yang rapuh. Inilah cerita tentang Larantuka dan upaya kita untuk mengamankan ekosistem ini melalui Daerah Perlindungan Laut.
Larantuka, sebuah permata tersembunyi di Timor Timur, tidak hanya menyajikan pemandangan yang memukau, tetapi juga menyediakan sumber daya laut yang berlimpah. Namun, semakin meningkatnya aktivitas manusia di sekitar pantai ini, ekosistem lautnya semakin terancam. Overfishing, polusi, dan perubahan iklim merupakan tantangan yang nyata yang harus dihadapi.
Untuk melindungi keanekaragaman hayati dan keindahan alam Larantuka, komunitas kita telah bersatu dalam upaya untuk mendirikan Daerah Perlindungan Laut. Sebuah inisiatif luar biasa yang berusaha untuk memastikan bahwa generasi mendatang juga dapat menikmati keajaiban alam yang ada di bawah permukaan air ini.
Larantuka, yang terletak di Flores Timur, mungkin memiliki jumlah desa dan kelurahan yang paling banyak, mencapai 18 kelurahan dan 2 desa. Meskipun berada di tepi pantai yang indah, semua wilayah ini belum memiliki kelompok masyarakat pengawas (pokmaswas).
Namun, harapan tumbuh di tengah tantangan ini ketika sekelompok anak muda di Larantuka memutuskan untuk mengambil inisiatif. Pada bulan Januari 2023, SK Kelurahan Larantuka akhirnya mengumumkan pembentukan Pokmaswas Sandominggo. Dan pada bulan Mei 2023, SK Pokmaswas dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil diperoleh.
"Kami melihat kerusakan perairan di Flores Timur, terutama di Selat Gonsalu dan khususnya di wilayah Kelurahan Larantuka," ungkap Monika Bataona, seorang mantan pendamping pokmaswas di Yayasan Misool Baseftin.
Ia merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Sebelum terbentuknya pokmaswas, sekelompok anak muda telah mulai melakukan penanaman karang sejak November 2022.
Mereka mengajukan saran kepada Lurah Larantuka untuk melindungi karang dan potensi laut yang bisa menjadi daya tarik wisata snorkeling dan diving. Monika menjelaskan bahwa tugas pokmaswas yang dibentuk mencakup melindungi dan merehabilitasi terumbu karang, menggerakkan wisata selam yang ramah lingkungan, serta memberikan pendidikan lingkungan kepada anak-anak dan remaja.
"Ada 12 anggota pokmaswas yang aktif melakukan penanaman karang. Sudah tercatat 5 kali penanaman karang dilakukan di perairan Larantuka dengan metode rangka spider, dengan ukuran panjang dan lebar mencapai 1 meter," jelasnya.
Monika mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi saat ini adalah kerusakan terumbu karang yang banyak patah. Ini disebabkan oleh aktivitas masyarakat dari luar kelurahan yang masih menggunakan pukat, memanah ikan, dan melakukan kegiatan lainnya yang merusak ekosistem laut. Akibatnya, kerusakan terumbu karang semakin meningkat.
"Meskipun kami telah melakukan penanaman pada bulan Januari 2023, pada bulan Mei dan Juni lalu, kondisi air tidak stabil. Terkadang air panas, dingin, atau bergelombang. Banyak karang yang mati, sehingga kami harus menggantinya dengan yang baru," jelasnya.
Rofinus Monteiro, seorang anggota pokmaswas dan Ketua Komunitas Bergiat untuk Nusa (Berguna), menambahkan bahwa karang di wilayah Larantuka cukup baik dari kedalaman 2 hingga 5 meter. Namun, setelah mencapai kedalaman 7 meter, dasar lautnya berpasir. Di sini juga terdapat berbagai jenis ikan karang yang kaya, menjadikannya daya tarik bagi para wisatawan yang ingin melakukan snorkeling.
"Kami bahkan telah membawa dua wisatawan asing untuk melihatnya. Jika terumbu karang tetap terjaga, maka mereka dapat menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida, yang membantu mengendalikan suhu Bumi," ungkap Rofinus dengan semangat untuk menjaga keberlanjutan lingkungan laut Larantuka.
Daerah Perlindungan Laut
Langkah tegas telah diambil oleh pihak Kelurahan Larantuka bersama Pokmaswas Sandomingo dengan pendirian Daerah Perlindungan Laut (DPL).
Lurah Larantuka, Petrus Ingnasius Dias, dengan bangga mengakui bahwa perairan di wilayahnya memiliki terumbu karang yang relatif baik dan kaya akan beragam jenis ikan karang.
"Demi menjaga ekosistem ini, kami telah memutuskan untuk menutup kawasan laut selama satu tahun, membentang dari timur ke barat sekitar 350 meter dari bibir pantai, dengan jarak 50 meter dari pantai. Ini berarti bahwa aktivitas memancing, memanah, dan kegiatan lainnya tidak diperbolehkan di area ini," jelasnya. Namun, ada wilayah di sebelah timur DPL yang tetap dibuka untuk warga yang ingin menangkap ikan.
Dia juga menekankan bahwa sambutan dari warga sangat positif, dan inisiatif ini telah disambut dengan baik. Hanya kegiatan snorkeling dan diving yang diperbolehkan, tetapi akan ada pemantauan yang ketat. Upaya sosialisasi akan terus diperluas, sehingga seluruh masyarakat di Flores Timur akan mengetahui pentingnya pelestarian ekosistem laut ini.